Pengaruh Praktik Kesejahteraan Hewan Terhadap Kualitas Mikrobiologi Daging Itik di Pasar Tradisional di Kota Bogor
Date
2024Author
Nadhira, Ivania Farrah
Purnawarman, Trioso
Basri, Chaerul
Metadata
Show full item recordAbstract
Itik merupakan tunggas air yang cukup populer diternakan karena itik lebih tahan terhadap perubahan lingkungan. Permintaan daging itik meningkat seiring dengan meningkatnya keinginan masyarakat mengonsumsi daging yang berkualitas. Praktik kesejahteraan hewan selama pemotongan merupakan hal penting dalam menjaga kualitas pangan. Pemotongan hewan ternak disarankan dilakukan dirumah pemotongan khusus agar praktik kesejahteraan hewan tersebut dapat diperhatikan. Namun, pemotongan itik di Kota Bogor masih dilakukan di pasar tradisional sehingga belum diketahui bagaimana praktik kesejahteraan hewannya. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi praktik kesejahteraan hewan, kualitas mikrobiologi daging itik, dan hubungan praktik kesejahteraan hewan terhadap kualitas mikrobiologi daging di pasar tradisional di Kota Bogor. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu dalam pengambilan kebijakan terkait praktik kesejahteraan hewan di pasar tradisional di Kota Bogor.
Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap tempat pemotongan itik di Kota Bogor. Seluruh tempat pemotongan itik berjumlah tujuh tempat pemotongan di tiga pasar tradisional. Data praktik kesejahteraan hewan dikumpulkan dan dinilai menggunakan checklist, sementara mikrobiologi daging diperiksa dengan pengujian laboratorium berdasarkan metode uji SNI 2008 dan ISO 2017. Data praktik kesejahteraan hewan diolah menggunakan Microsoft excel 2010®, sementara daging itik mengacu standar batas maksimum mikroba pada BSNI 2023 untuk total bakteri, Salmonella spp., dan Staphylococcus aureus dan acuan standar International Commission on Microbiological Specification for Food untuk Enterobacteriaceae. Hubungan antara praktik kesejahteraan hewan dengan kualitas mikrobiologi daging yang dihasilkan, dianalisis dengan uji kolerasi spearman rho menggunakan SPSS statistic v.22.
Hasil penilaian praktik kesejahteraan hewan menunjukan bahwa 71% pemotongan itik di pasar tradisional di Kota Bogor berkategori sedang, sementara 29% lainnya berkategori buruk dan belum ada pemotongan yang berkategori baik. Jumlah total bakteri berada dibawah batas kriteria maksimum mikroba yang ditetapkan BSNI 2023 yaitu 100% kurang dari = 1x106 cfu/gr. Sementara bakteri lainnya yang diuji yaitu Enterobacteriaceae memiliki 9,52% kurang dari = 1x102 cfu/gr, Salmonella spp. memiliki 52,39% negatif Salmonella dan Staphylococcus aureus memiliki 90,48% kurang dari = 1x102 cfu/gr. Berdasarkan uji korelasi sperman rho, praktik kesejahteraan hewan memiliki korelasi negatif terhadap seluruh mikroorganisme. Jumlah Enterobacteriaceae dan Staphylococcus aureus berkorelasi kuat terhadap praktik kesejahteraan hewan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar praktik kesejateraan hewan selama proses pemotongan itik di pasar tradisional di Kota Bogor berkategori sedang. Daging itik di tempat pemotongan memiliki total bakteri yang memenuhi standar batas maksimum mikroba, sementara bakteri yang diuji lainnya masih belum semuanya sesuai standar batas kriteria maksimum. Praktik kesejateraan hewan berkorelasi terhadap jumlah Enterobacteriaceae dan Staphylococcus aureus. Saran peneliti dalam memperbaiki praktik kesejahteraan hewan di pemotongan itik di Kota Bogor adalah dengan adanya program dan kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi oleh lembaga yang membawahi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan mengenai pentingnya kesejahteraan hewan dan dampaknya terhadap kualitas daging yang dihasilkan Ducks are quite popular waterfowl to be farmed because ducks are more
resistant to environmental changes. The demand for duck meat is increasing along
with the increasing of people desire to consume meat with a qualified quality.
Animal welfare practices during slaughter are important in maintaining food
quality. Farm animal slaughtering is recommended to be carried out in special
slaughterhouses so that animal welfare practices can be observed. However, duck
slaughtering in Bogor City is still carried out in traditional markets so that animal
welfare practices are not yet known. The study was conducted to evaluate animal
welfare practices, the microbiological quality of duck meat, and the relationship
animal welfare practices and the microbiological quality of meat in traditional
markets in Bogor City. The results of the study are expected to assist in policy
making related to animal welfare practices in traditional markets in Bogor City.
This study used a survey method on duck slaughter facilities in Bogor City.
There were seven duck slaughter facilities in three traditional markets. Animal
welfare practice data were collected and assessed using a checklist, while meat
microbiology was examined using laboratory testing based on the SNI 2008 and
ISO 2017 test methods. Animal welfare practice data were processed using
Microsoft Excel 2010®, while duck meat referred to the maximum contamination
limit standard in BSNI 2023 for total bacteria, Salmonella spp., and Staphylococcus
aureus and the International Commission on Microbiological Specification for
Food standard reference for Enterobacteriaceae. The relationship between animal
welfare practices and the microbiological quality of the meat was analyzed using
the Spearman rho correlation test using SPSS statistic v.22.
The results of the animal welfare practice assessment showed that 71% of
duck slaughter in traditional markets in Bogor City were categorized as moderate,
while 29% were categorized as poor and there were no slaughters categorized as
good. The total number of bacteria was below the maximum microbial criteria limit
set by BSNI 2023, which had 100% less than = 1x106
cfu/gr. Meanwhile, other
bacteria tested, namely Enterobacteriaceae had 9.52% less than = 1x102
cfu/gr,
Salmonella spp. had 52.39% negative Salmonella and Staphylococcus aureus had
90.48% less than = 1x102
cfu/gr. Based on the spearman rho correlation test, animal
welfare practices had a negative correlation with all microorganisms. The number
of Enterobacteriaceae and Staphylococcus aureus were strongly correlated with
animal welfare practices.
Collections
- MT - Veterinary Science [922]