Pengembangan Produk Sari Pati Ayam Herbal untuk Meningkatkan Produksi ASI dan Kesehatan Bayi Menggunakan Model Hewan Coba
Date
2024Author
Puspasari, Erna
Sulaeman, Ahmad
Palupi, Eny
Pasaribu, Fachriyan Hasmi
Apriantini, Astari
Metadata
Show full item recordAbstract
Sari pati ayam merupakan salah satu minuman tradisional dari Asia (Cina) yang terbuat dari ekstrak ayam. Sari pati ayam memiliki berbagai manfaat, termasuk manfaat untuk laktasi. Biasanya, masyarakat Cina menambahkan beberapa herbal untuk meningkatkan manfaat sari pati ayam dan menyesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sari pati ayam herbal dibuat campuran ekstrak ayam, jahe merah, minyak wijen, gula merah, biji pala, garam, dan air.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bagi bayi baru lahir. Selain itu ASI juga berfungsi sebagai imunisasi pertama bayi, memberikan perlindungan dari berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, diare dan penyakit yang berpotensi mengancam jiwa. Salah satu alasan bayi belum/tidak pernah disusui adalah karena ASI yang tidak keluar dan jumlah ASI yang tidak memadai, sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan produksi ASI. Sari pati ayam herbal dapat menjadi alternatif dalam memenuhi upaya ini karena memiliki potensi sebagai laktagogum. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian sari pati ayam herbal terhadap peningkatan produksi ASI melalui intervensi pada model hewan coba tikus menyusui dan pertumbuhan bayi tikus galur Sprague dawley.
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan penelitian. Pada tahap pertama merupakan pengembangan produk minuman sari pati ayam herbal yang menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor, yaitu jenis pengolahan ayam dan gula yang digunakan. Pada tahap kedua merupakan tahap intervensi pada hewan coba menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL), dengan faktor konsentrasi protein minuman sari pati ayam herbal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2023 sampai Januari 2024. Proses pembuatan sari pati ayam herbal dan uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Pangan Fakultas Ilmu Pangan Halal Universitas Djuanda. Analisis kandungan gizi (proksimat, asam amino dan mineral) sari pati ayam herbal dilakukan di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech, Bogor. Pelaksanaan uji pada hewan tahap praklinik berupa pemeliharaan hewan coba dan pemeriksaaan kolesterol dan protein total dilakukan di Laboratorium Biofarmaka IPB. Analisis dipeptida, prolaktin, laktoferin, immunoglobulin A dilakukan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Analisis histopatologi berupa perhitungan jumlah sel alveoli, pengukuran diameter sel alveoli dan pengamatan sel radang dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB Bogor.
Penelitian tahap pertama dimulai dengan pembuatan produk sari pati ayam herbal menggunakan metode pemasakan double boiled selama 4 jam pada suhu 1000C, dengan beberapa tahap yaitu tahapan preparasi, pemasakan, penambahan madu, dan pasteurisasi. Penelitian tahap kedua dilakukan intervensi hewan coba. Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah yaitu tikus betina galur Sprague dawley berjumlah 30 ekor. Proses aklimatisasi dilakukan selama 14 hari, kemudian dilakukan perkawinan saat usia tikus mencapai 8 – 10 minggu dengan menempatkan satu tikus jantan (200-250 g) dan empat tikus betina (150 – 175 g) dalam satu kandang. Setelah terjadi kebuntingan, tikus betina dipisahkan dalam kandang individu dan dipelihara sampai masa laktasi. Pengelompokan hewan coba terdiri dari empat kelompok, yaitu kelompok normal (diet standar dan aquades), kelompok kontrol positif (diet standar dan domperidone 0,54 g/ 200 g BB), kelompok perlakuan I (KP I) (diet standar dan formula terpilih dengan dosis protein 0,162 g/ 200 g BB), dan kelompok perlakuan II (KP II) (diet standar dan formula terpilih dengan dosis protein 0,324 g/ 200 g BB).
Hasil penelitian tahap satu, berdasarkan hasil pengujian kimia dan uji organoleptik, formula terpilih (formula 1) memiliki kandungan energi 121,75 ± 11,68 kkal/100g, protein 4,05 ± 0,26 %, abu 0,73 ± 0,04 %, air 68,84 ± 2,96 %, lemak < 0,02 %, dan karbohidrat 26,39 ± 2,78 %. Kadar dipeptida yang terdapat pada formula terpilih adalah 353,52 ± 19.71 ng/mL. Hasil penelitian tahap dua pada pengujian serum darah menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis statistik terdapat perbedaan siginfikan pada pengukuran kadar kolestrol, prolaktin dan laktoferin induk tikus, kadar IgA bayi tikus dan uji laktagogum pada hari ke 14. Pada pengukuran berat badan dan kadar protein total induk tikus menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hasil uji prolaktin dan laktoferin pada serum darah induk tikus kenaikan paling tinggi didapat pada kelompok perlakuan II, di mana kenaikan prolaktin sebesar 214,18 ± 71,99 mg/mL dan kenaikan laktoferin sebesar 904,02 ± 435,35 pg/mL. Bobot relatif kelenjar mammae paling besar terdapat pada kelompok perlakuan II. Konsentrasi IgA paling tinggi juga terdapat pada kelompok perlakuan II sebesar 398,34 ± 214,85 pg/mL.
Hasil gambaran histopatologi pada perhitungan jumlah sel alveoli, berdasarkan hasil statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada semua kelompok, namun dalam kelompok yang diberikan intervensi (kelompok kontrol positif, KP I, dan KP II), KP II menunjukkan jumlah sel alveoli tertinggi. Pengukuran rata-rata diameter sel alveoli pada semua kelompok berdasarkan hasil statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pengamatan sel limfosit pada kelenjar mammae dilakukan pada semua kelompok. Hasil pengamatan menunjukkan ditemukan sel limfosit pada kelompok kontrol positif, KP I, dan KP II, namun tidak ditemukan pada kelompok normal. Keberadaan sel limfosit memiliki jumlah bervariasi, yang mencerminkan kondisi fisiologis dan imunologis yang berbeda antar individu.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan potensi sari pati ayam herbal dalam meningkatkan produksi ASI berdasarkan peningkatan kadar prolaktin dan kesehatan bayi berdasarkan pengukuran kadar immunoglobulin A bayi tikus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi terhadap upaya peningkatan produksi ASI sehingga jumlah ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif dapat meningkat.
Collections
- DT - Human Ecology [567]