Ekstraksi Mekanis Glukomanan Tepung Porang dengan Metode Pengisapan
Abstract
Perbedaan harga umbi porang segar dengan tepung glukomanan yang signifikan menjadi alasan perlunya upaya pengolahan. Salah satu tahapan pengolahannya adalah ekstraksi mekanis. Ekstraksi mekanis dilakukan menggunakan pengaduk, exhaust, dan cyclone separator yang bekerja dengan prinsip pemisahan berdasarkan densitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja mesin ekstraksi glukomanan yang diproduksi PT Daud Teknik Maju Pratama. Penelitian dilaksanakan pada Februari–Juli 2024 di PT Daud Teknik Maju Pratama dan F-Technopark Teaching Industry dengan faktor perlakuan panjang mulut isap exhaust. Hasil yang terbaik kemudian dibandingkan dengan mesin penepung mini. Panjang mulut isap terbaik adalah 0 cm yang mampu mengisap 24,10% massa sampel A dan 1,49% massa sampel B. Kadar glukomanan tertinggi dari taraf tersebut adalah 13,12% untuk sampel A dan 39,17% untuk sampel B. Kadar kalsium oksalat terendah dari taraf tersebut adalah 210,6 mg/100 g untuk sampel A dan 55,8 mg/100 g untuk sampel B. Mesin ekstraksi glukomanan dan mesin penepung mini membutuhkan biaya listrik Rp227,61 dan Rp1322,80 per kg dalam sekali pengukuran. Dibandingkan dengan mesin penepung mini, mesin ekstraksi glukomanan lebih baik dalam penurunan kalsium oksalat tetapi lebih buruk dalam peningkatan kadar glukomanan. Penggunaan listrik mesin ekstraksi glukomanan lebih efisien dibandingkan dengan mesin penepung mini. The significant price difference between porang tuber and glucomannan flour makes processing necesarry. One of the processing stages is mechanical extraction. Mechanical extraction is carried out using stirring, exhaust, and cyclone separator that works with principle of separation based on density. This study aims to analyze the performance of glucomannan extraction machine produced by PT Daud Teknik Maju Pratama. The research was conducted in February-July 2024 at producing company and F-Technopark Teaching Industry with the treatment factor of exhaust mouth length. The best results then were compared with mini miller machine. The best suction mouth length was 0 cm which was able to suck 24,10% of the sample A’s mass and 1,49% of the sample B’s mass. The highest glucomannan content was 13,12% for sample A and 39,17% for sample B. The lowest calcium oxalate content was 210,6 mg/100 g for sample A and 55,8 mg/100 g for sample B. Glucomannan extraction machine and mini miller machine require electricity cost of Rp227,61 and Rp1322,80 per kg each measurement. Compared with the miller machine, the glucomannan extraction machine was better at reducing calcium oxalate but worse at increasing glucomannan content. Electricity usage of extraction machine is more efficient than miller machine.