Adaptasi dan Stabilitas Hasil Sepuluh Genotipe Cabai Hibrida Hasil Pemuliaan IPB di Dataran Rendah
Date
2024Author
Sidiq, Abdul Rahman Fajar
Ritonga, Arya Widura
Syukur, Muhamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Cabai besar (Capsicum annuum sp.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang mencatatakan peningkatan produksi setiap tahunnya meski dihadapkan pada permasalahan penurunan luas tanam. Pada tahun 2022 tercatat luas tanam cabai besar 176.110,90 ha. Beberapa dekade ini telah terlaporkan terjadi penurunan luas tanam cabai di dataran tinggi yang disebabkan oleh intensifnya penggunaan pupuk anorganik dan pestisida mengakibatkan penurunan kesuburan lahan. Selain itu persaingan budidaya komoditas sayuran lainnya di dataran tinggi juga menjadi penyebab berkurangnya luasan penanaman cabai di dataran tinggi. Kondisi ini menuntut untuk mencari alternatif lokasi penanaman yaitu dataran rendah. Selain penurunan luas tanam cabai, tantangan yang dihadapi dalam budidaya cabai adalah produktivitas yang masih dibawah potensinya. Secara nasional tercatat produktivitas cabai sebesar 9,53 ton ha-1, kondisi ini jauh lebih rendah dari potensi hasilnya yang mampu mencapai 22 ton ha-1. Program pemuliaan diperlukan untuk membentuk varietas cabai baru yang memiliki potensi hasil tinggi sehingga mampu mencukupi kebutuhan nasional. Optimalisasi fenomena heterosis dengan membentuk varietas hibrida diharapkan mampu tersedia varietas unggul baru cabai dengan produktivitas tinggi dan adaptif di lingkungan dataran rendah. Heterogenitas lingkungan Indonesia berpengaruh terhadap perbedaan performa genotipe cabai pada beberapa wilayah. Semua ini mengindikasikan adanya pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan terhadap keragaam dan karakter hasil cabai. Melalui penelitian ini diharapkan mampu memperoleh informasi keragaan dan pengaruh interaksi genotipe x lingkungan terhadap karakter komponen hasil dan hasil pada cabai hibrida. Selain itu untuk mendapatkan informasi daya adaptasi dan stabilitas hasil genotipe-genotipe cabai hibrida. Percobaan ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan sepuluh genotipe cabai hibrida dan empat lingkungan uji. Pemilihan lokasi uji diharapkan cukup mewakili sebaran sentra produksi cabai besar di Indonesia. Dilakukan analisis ragam gabungan untuk mendapatkan informasi interaksi genotipe-lingkungan. Pada semua karakter kuantitatif yang diamati menunjukkan adanya pengaruh interaksi genotipe-lingkungan yang nyata, sehingga menunjukkan adanya perbedaan respon genotipe pada setiap lingkungan uji. Genotipe IPBF1074005, IPBF1374005, dan IPBF1374003 memiliki karakter yang unggul tertutama pada karakter komponen hasil dan hasil. Mulai dari umur berbunga dan umur panen yang cukup genjah dibandingkan varietas komersil, tebal daging buah, diameter buah, panjang buah, bobot buah, dan jumlah buah. Hal ini selaras dengan produktivitasnya yang tinggi dengan rata-rata lebih tinggi dari rata-rata uji 13,22 ton ha-1. Informasi daya adaptasi dan stabilitas diperoleh melalui analisis dengan pendekatan parametrik dan nonparametrik. Genotipe yang dinyatakan memiliki stabilitas statis dengan produksi tinggi berdasarkan hasil analisis dengan metodeFrancis dan Kannenburg serta metode Thennarasu adalah genotipe IPBF1374003 dan IPBF1074003, sedangkan genotipe yang dikelompokkan memiliki stabilitas dinamis berdasarkan metode Finlay-Wilkinson, Shukla, dan Eberhart-Russell adalah IPBF1374003, IPBF1074003, dan Panex 100. Genotipe yang dikelompokkan stabil dinamis menurut metode Kang adalah genotipe IPBF1374003, IPBF1074003, IPBF1074005, dan Baja. Genotipe IPBF1074005 selalu menunjukkan fluktuasi produksi sesuai perubahan lingkungan namun selalu memiliki tingkat produksi yang paling tinggi pada semua lingkungan. Berdasarkan analisis metode AMMI diperoleh informasi bahwa genotipe stabil pada semua lingkungan adalah IPBF1074003, IPBF1374003, dan Panex 100. Terdapat tiga genotipe yang spesifik beradaptasi baik pada lingkungan Karawang yaitu IPBF1074005 dan IPBCH3. Genotipe Gada dan Baja beradaptasi baik pada lingkungan Bogor, genotipe IPBF1374005 beradaptasi baik pada lingkungan Yogyakarta, sedangkan Balebat beradaptasi pada lingkungan Lampung. Diperlukan pengujian lebih lanjut dengan jumlah lingkungan yang lebih banyak untuk memperoleh informasi komprehensif dan mendalam terkait daya adaptasi dan stabilitas genotipe.
Collections
- MT - Agriculture [3782]