Show simple item record

dc.contributor.advisorHariyadi, Sigid
dc.contributor.advisorSetiawan, Yudi
dc.contributor.authorFitrianto, Nanda
dc.date.accessioned2024-08-19T09:12:36Z
dc.date.available2024-08-19T09:12:36Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/157876
dc.description.abstractKabupaten Indramayu sebagai salah satu penghasil komoditas beras terbesar di Indonesia, tentu tidak lepas dari penggunaan herbisida sebagai upaya intensifikasi pertanian. Disamping dapat meningkatkan produksi pertanian, dampak yang dapat timbul akibat penggunaan herbisida yaitu mencemari lingkungan. Parakuat Diklorida merupakan salah satu bahan aktif herbisida yang sudah dilarang di beberapa negara, karena dampaknya yang buruk bagi lingkungan termasuk kawasan perairan. Beberapa petani di Indramayu masih menggunakan herbisida ini dalam pertanian padi. Berdasarkan hal tersebut, perlu mengetahui karakter penggunaan herbisida parakuat diklorida dan potensi dampak yang dihasilkan oleh penggunaannya pada perairan di Indramayu. Kuisioner diberikan kepada 21 Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) dan 120 petani komoditas padi, untuk mengetahui profil pertanian dan penggunaan herbisida. Kualitas air ditinjau dari beberapa indikator seperti suhu, pH, DO, kekeruhan, DHL, serta residu parakuat. Sampel air dan sedimen diambil pada bulan Agustus 2023. Model SWAT digunakan untuk mengestimasi konsentrasi residu pada perairan. Hasil dari model SWAT, akan digunakan untuk menghitung Risk Quotient sebagai indeks risiko ekologis pestisida pada perairan. Dari hasil wawancara terhadap PPL, diperoleh 10 dari 21 kecamatan masih menggunakan herbisida bahan aktif parakuat diklorida. Sekitar 66% dari total petani yang menjadi responden, menggunakan herbisida berbahan aktif parakuat diklorida. Dosis aplikasi masih sesuai ketentuan yang tertera pada label, dengan rata-rata 1,15 L/Ha untuk sekali penyemprotan. Dari hasil uji laboratorium, konsentrasi residu parakuat tidak terdeteksi pada aliran sungai (limit deteksi 0,005 mg/L). Temuan ini sesuai dengan hasil simulasi model SWAT monthly-step yang mendeteksi adanya konsentrasi parakuat di bulan Oktober – November 2023 dengan range 4,26×10-7 – 2,1×10-4 µg/L. Parakuat banyak ditemukan di tanah dan sedimen karena parakuat mudah teradsorb dalam tanah (nilai Koc = 1.000.000 L/Kg). Dari hasil aktual maupun simulasi, parakuat tidak berisiko terhadap organisme perairan (RQ<0,1).
dc.description.sponsorshipKementerian Pertanian
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisis Potensi Penyebaran Residu Parakuat Di Kawasan Perairan Indramayuid
dc.title.alternative
dc.typeTesis
dc.subject.keywordherbisidaid
dc.subject.keywordkontaminasiid
dc.subject.keywordpenilaian risikoid
dc.subject.keywordpestisidaid
dc.subject.keywordSWATid
dc.subject.keywordparakuatid
dc.subject.keywordcontamination
dc.subject.keywordherbicides
dc.subject.keywordparaquat
dc.subject.keywordpesticides
dc.subject.keywordrisk assessment


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record