Pengetahuan Etnotaksonomi Tumbuhan Pangan pada Suku Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
Abstract
Pulau Enggano sebagai pulau kecil dan terluar memiliki keanekaragaman
hayati dengan tingkat endemisitas dan risiko kepunahan yang tinggi. Kepunahan
keanekaragaman hayati erat kaitannya dengan hilangnya sistem pengetahuan
tradisional yang diwariskan melalui bahasa, sehingga peran penutur Bahasa
Enggano menjadi sangat penting dalam membentuk sistem etnotaksonomi.
Penelitian ini mengidentifikasi etnotaksonomi tumbuhan pangan suku asli Enggano
dan mengukur tingkat pengetahuan tradisional dan vitalitas Bahasa Enggano pada
salah satu suku yaitu Suku Kaamay. Metode penelitian yang digunakan yaitu
observasi partisipatif, freelisting dan wawancara mendalam kepada 40 narasumber
suku asli Enggano, dan wawancara semi terstruktur pada 40 orang dewasa dari Suku
Kaamay menggunakan TraLaVi (Traditional Knowledge and Language Vitality
Indeks). Penelitian ini menemukan 150 spesies tumbuhan pangan beserta
etnotaksonominya yang menunjukkan adanya erosi pengetahuan tradisional.
Tingkat pengetahuan tradisional dan vitalitas bahasa Suku Kaamay termasuk
kategori mati (0,037), menekankan pentingnya revitalisasi Bahasa Enggano dalam
konservasi tumbuhan. Enggano Island, as a small and outermost island, possesses biodiversity with
a high level of endemism and a significant risk of extinction. The extinction of
biodiversity is closely linked to the loss of traditional knowledge systems passed
down through language, making the role of Enggano language speakers crucial in
shaping ethnotaxonomic systems. This research identify the ethnotaxonomy of food
plants of the indigenous Enggano people and measure the level of traditional
knowledge and the vitality of the Enggano language among one of the tribes, the
Kaamay Tribe. The research methods used were participatory observation,
freelisting, and in-depth interviews with 40 informants from the indigenous
Enggano tribe, and semi-structured interviews with 40 adults from the Kaamay
Tribe using TraLaVi (Traditional Knowledge and Language Vitality Index). This
study identified 150 food plant species along with their ethnotaxonomies, indicating
an erosion of traditional knowledge. The traditional knowledge and language
vitality of the Kaamay Tribe are classified as extinct (0.037), emphasizing the
importance of revitalizing the Enggano language in plant conservation.
