Preferensi Ekologi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap Kandungan Minyak Atsiri di Kawasan Danau Toba Sumatera Utara.
Date
2024Author
Kintamani, Endang
Kusmana, Cecep
Tiryana, Tatang
Mirmanto,, Edi
Batubara, Irmanida
Metadata
Show full item recordAbstract
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) termasuk ke dalam famili
Rutaceae dan daerah persebaran alaminya di Indonesia terdapat di Sumatera
Utara dan Aceh. Andaliman dikenal sebagai rempah “merica batak” pada
kuliner khas suku Batak. Tumbuhan ini merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK), memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat menghasilkan minyak atsiri.
Penelitian ini bertujuan untuk a) mendiskripsikan nama, jumlah dan
karakteristik varietas andaliman lokal dari Humbang Hasundutan, Samosir dan
Tapanuli Utara, b) menganalisis struktur tegakan dan komposisi jenis
tumbuhan yang tumbuh di habitat alami andaliman berdasarkan gradien elevasi,
c) menentukan kadar minyak atsiri, jenis dan kadar komponen kimia serta
potensi pemanfaatan minyak atsiri buah andaliman dari beberapa varietas
sebagai antipenuaan kulit, d) menentukan kadar minyak atsiri, jenis, dan kadar
komponen kimia serta potensi pemanfaatan minyak atsiri daun andaliman dari
beberapa varietas sebagai antiSARS-Cov-2, dan e) menentukan faktor
lingkungan yang berpengaruh sifnifikan terhadap kadar minyak atsiri dan
komponen kimia minyak atsiri buah andaliman sebagai antipenuaan kulit.
Penelitian varietas andaliman dilakukan melalui survey vegetasi,
pengamatan ciri morfologi dan wawancara dengan masyarakat lokal. Di
Kawasan Danau Toba, khususnya Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir
dan Tapanuli Utara sebagai lokasi ditemukannya andaliman tercatat sebanyak
sepuluh varietas, yaitu: Simanuk, Sihorbo Humbang Hasundutan, Sirangkak,
Humbang Hasundutan 1, Humbang Hasundutan 2, Sihalus, Sihorbo Samosir,
Siholpu, Siganjangpat, dan Tapanuli Utara 3. Setiap varietas memiliki ciri
morfologi, rasa, dan aroma yang unik serta tumbuh pada elevasi yang berbeda.
Penelitian struktur dan komposisi andaliman berdasarkan gradien
elevasi dilakukan dengan menggunakan petak berukuran 20 x 20 m dengan tiga
ulangan pada setiap tingkat elevasi, Humbang Hasundutan (1700-1800 meter
diatas permukaan laut), Samosir (1600-1700 mdpl) dan Tapanuli Utara
(1500-1600 mdpl). Analisis data meliputi indeks nilai penting (INP), indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kesamaan komunitas, indeks
morishita dan asosiasi interspesifik menunjukkan bahwa kondisi vegetasi pada
ketiga lokasi memiliki komposisi jenis yang bervariasi, namun komposisi jenis
pada lokasi dengan elevasi 1500-1600 mdpl dan 1700-1800 mdpl secara
umum memiliki kesamaan yang tinggi. Struktur vegetasi pada ketiga lokasi
juga memiliki pola yang sama, dimana kerapatan individu tertinggi ditemukan
pada jenis tumbuhan dengan tingkat pertumbuhan pancang. Sebaran kelas
diameter didominasi tumbuhan pada kelas diameter dibawah 10 cm, dan secara
vertikal didominasi oleh tumbuhan yang hidup pada stratum D dan E. Adapun
untuk kelimpahan andaliman (Z. acanthopodium) tertinggi ditemukan pada
elevasi 1700-1800 mdpl dengan kerapatan semai 67 ind/ha, pancang 742
ind/ha, dan tiang 8 ind/ha. Sebaran diameter dan tinggi andaliman pada ketiga
lokasi penelitian secara umum didominasi oleh andaliman dengan diameter
batang kurang dari 10 cm dan tinggi kurang dari 5 meter. Pola sebaran
andaliman pada ketiga lokasi adalah seragam (Ip<0). Andaliman memiliki
asosisasi positif yang kuat dengan jenis kemenyan (Styrax paralleloneurum)
pada lokasi dengan elevasi 1500-1600 mdpl dan 1700-1800 mdpl, serta
berasosiasi kuat juga dengan jenis pinus (Pinus merkusii) dan Saurauia leprosa
pada lokasi dengan elevasi 1600-1700 mdpl.
Penelitian minyak atsiri andaliman buah andaliman dilakukan dengan
distilasi air untuk mengisolasi minyak atsiri, dan penentuan senyawa kimia
menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Heatmap
digunakan untuk mengelompokkan dan menunjukkan kelimpahan senyawa
dari sepuluh varietas. Penambatan molekul dilakukan dengan menggunakan
AutoDockTools 1.5.7 menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri buah andaliman
dari sepuluh varietas di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir dan
Tapanuli Utara yang tertinggi yaitu Varietas Siganjangpat 1,33±0,05 % (v/w)
dan Tapanuli Utara 3 1,33±0,04 % (v/w). Terdapat 21 senyawa kimia pada
minyak atsiri buah andaliman dengan komponen kimia utama yaitu geranil
asetat (29,87%) dan D-limonena (26,49%). Varietas Sihalus yang berasal dari
Samosir memiliki kelimpahan senyawa geranil asetat dan D-limonena tertinggi
yang berpotensi sebagai antipenuaan kulit.
Penelitian minyak atsiri daun andaliman dilakukan dengan distilasi air
untuk mengisolasi minyak atsiri, dan penentuan senyawa kimia dilakukan
dengan GC-MS. Metode Principal Component Analysis (PCA) dilakukan
untuk mengelompokkan varietas andaliman. Penambatan molekul dilakukan
dengan menggunakan AutoDockTools 1.5.7. Kadar minyak atsiri daun
andaliman dari tiga varietas di Tapanuli Utara yang tertinggi yaitu Varietas
Tapanuli Utara 3 0,05±0,01 % (v/w). Terdapat 53 komponen kimia pada
minyak atsiri daun andaliman dengan komponen kimia utama yaitu limonena
(Siganjangpat: 87,7%, Siholpu: 50,4% dan Varietas Tapanuli Utara 3: 42,6%).
Varietas Siholpu memiliki senyawa beta-kariofilena yang paling berpotensi
sebagai antiSARS-Cov-2.
Penelitian pengaruh faktor luas bidang dasar, tanah dan elevasi
terhadap kadar minyak atsiri, kadar geranil asetat, dan D-limonena pada
minyak atsiri buah andaliman sebagai antipenuaan kulit dilakukan dengan
metode analisis vegetasi untuk mendapatkan luas bidang dasar, analisis tanah
(pH, C, BOT, N, CNR, P, K, Ca, Mg, KTK, KB, SA, DU, CL, WC, dan BD),
dan elevasi diukur pada setiap plot. Kandungan minyak atsiri buah andaliman
meliputi kadar minyak atsiri, kadar geranil asetat, dan D-limonena. Analisis
data dilakukan menggunakan Partial Least Square Regression for Generalized
Linear Models (PlsRglm) menunjukkan faktor tanah, terutama tekstur tanah liat,
berpengaruh signifikan terhadap kandungan minyak atsiri buah andaliman
secara keseluruhan (kadar minyak atsiri, kadar geranil asetat, dan D-limonena).
Selain faktor tanah, luas bidang dasar dan elevasi juga menjadi faktor esensial
yang perlu diperhatikan pada budi daya buah andaliman sebagai antipenuaan
kulit.
Collections
- DT - Forestry [347]