dc.description.abstract | Masyarakat nelayan suku Bajo di Kampung Wuring merupakan salah satu
bagian masyarakat pesisir yang bisa beradaptasi dan mampu memanfaatkan
sumberdaya perikanannya. Namun mayoritas nelayan suku Bajo masih hidup serba
keterbatasan terutama nelayan kecil dan buruh nelayan. Nelayan masih memiliki
masalah dengan keberlanjutan hidupnya dari masalah sosial, ekonomi dan
lingkungan serta dampak perubahan iklim. Perubahan iklim seperti kondisi perairan
dengan gelombang tinggi dan hujan deras dan angin yang kuat mempengaruhi
keberlanjutan hidup masyarakat pesisir dan aktivitas tangkapan nelayan. Kondisi
ini mengakibatkan dampak yang signifikan pada kehidupan mereka, baik dari segi
ekonomi maupun lingkungan. Hal tersebut perlu dikaji, diukur dan diatur agar
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan alternatif strategi sustainable
livelihood dan pengembangan perikanan.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) menganalisis pendapatan nelayan
berdasarkan pengukuran kesejahteraan UMR Kabupaten Sikka, (2) menganalisis
status sustainable livelihood dan strategi nelayan suku Bajo di Kabupaten Sikka,
dan (3) Formulasi strategi sustainable livelihood nelayan suku Bajo dan
pengembangan perikanan di Kampung Wuring Kabupaten Sikka. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2023 di Kampung Wuring, Kabupaten
Sikka. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Data penelitian mencangkup data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Metode analisis data
menggunakan analisis pendapatan, Multiaspect Sustainability Analysis (MSA) dan
metode Interpretive Structural Modeling (ISM).
Studi ini menghasilkan tiga hasil utama. Pertama hasil analisis pendapatan
nelayan yang tergolong pada dua kategori usaha perikanan di Kampung Wuring
yaitu nelayan hand line dan dan purse seine yang dimana menghasilkan
pendapatannya berbeda. Berdasarkan pendapatan nelayan yang mencapai UMR
Kabupaten Sikka perbulan yaitu pertama nelayan hand line dari pemilik/kapten
kapal sebesar Rp 5.992.467 dan ABK sebesar Rp 3.449.401. Kedua nelayan purse
seine dari pemilik/kapten kapal sebesar Rp 11.908.456 dan pembakar sebesar Rp
2.623.478 sedangkan nelayan yang tidak mencapai UMR adalah ABK nelayan
purse seine sebesar Rp 1.982.968 perbulan. Sedangkan berdasarkan pola musim
tangkapan nelayan dalam sebulan yang tidak mencapai UMR adalah ABK nelayan
hand line di musim barat II sebesar Rp 1.224.896, pembakar nelayan purse seine di
musim timur sebesar Rp 598.118 dan ABK nelayan purse seine sebesar Rp 505.499.
Kedua berdasarkan hasil MSA menunjukan analisis status sustainable
livelihood nelayan suku Bajo di Kampung Wuring dengan total nilai rata-rata
sebesar 49,32. Status nilai yang sangat berkelanjutan adalah aspek human capital
(80) dan social capital (66,8). Pada aspek physical capital (40) dan economic and
financial capital (33,2) memiliki status nilai kategori keberlanjutan. Sedangkan
hanya aspek natural capital (26,6) yang termasuk dalam kategori kurang
berkelanjutan. Adapun strategi dan adaptasi nelayan suku Bajo dalam menghadapi
perubahan iklim yaitu pengetahuan memprediksi alam dengan melakukan
perubahan area fishing ground ketika puncak musim barat, memobilisasi anggota
keluarga, diversifikasi bentuk bangunan rumah dan diversifikasi kegiatan ekonomi.
Ketiga berdasarkan hasil analisis ISM menunjukkan mempermudah akses
permodalan, mencari pasar investor dan memberikan pelatihan bagi pelaku usaha
pengolahan ikan (kebutuhan), masih rendahnya pola pikir masyarakat, hasil
tangkapan yang belum optimal (Masalah), diversifikasi pekerjaan dan alat tangkap,
memberikan edukasi pentingnya pendidikan dan tabungan serta peduli lingkungan
(program) merupakan sub elemen kunci dalam strategi sustainable livelihood
nelayan suku Bajo dan pengembangan perikanan di Kampung Wuring Kabupaten
Sikka. | |