Komunikasi Resiliensi Warga Terkena Dampak Proyek Pembangunan Bendungan Jatigede
Date
2024Author
Hariyati, Farida
Lubis, Djuara P.
Kinseng, Rilus A.
Sumardjo
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembangunan infrastruktur dapat memberikan manfaat bagi masyarakat namun di sisi lain menimbulkan implikasi negatif bagi sebagian penduduk. Kajian pemindahan penduduk akibat pembangunan (development-induced displacement) di mana khususnya di negara sedang berkembang didorong oleh adanya kebutuhan infrastruktur seperti bendungan untuk irigasi dan pembangkit listrik. Pembangunan Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang Jawa Barat menjadi salah satu permasalahan fenomena pemindahan paksa (forced displacement) yang membawa dampak psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya pada masyarakat. Pembangunan Bendungan Jatigede mengalami dinamika yang panjang dalam proses penyelesaian proyek sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi warga yang telah mendapatkan kompensasi di tahun 1982, dan kembali lagi ke tempat desa asal yang telah ditetapkan sebagai area pembangunan bendungan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memahami proses komunikasi warga terkena dampak proyek pembangunan dalam membangun resiliensi; 2) memetakan peran para pelaku yang terlibat dalam komunikasi resiliensi warga terkena dampak proyek pembangunan; dan 3) menganalisis peran komunikasi resiliensi dalam mendorong agensi dan belajar untuk menjalani perubahan penghidupan warga terkena dampak proyek pembangunan.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus tunggal terjalin, dengan unit analisis komunitas warga terkena dampak proyek pembangunan bendungan Jatigede di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini melibatkan 30 (tiga puluh) orang informan dari warga OTD dan didukung oleh pemerintah, penyuluh, penggerak media sosial, kelompok usaha, dan tokoh masyarakat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, FGD (focus group discussion), observasi, dan dokumentasi.
Hasil Penelitian mengungkapkan tentang proses komunikatif warga terkena dampak proyek pembangunan atau warga OTD dalam membangun resiliensi pasca penggenangan desa atau peresmian Bendungan Jatigede pada tahun 2015. Proses komunikatif diawali dengan terjadinya peristiwa pemicu (trigger event), dalam konteks penelitian ini adalah peristiwa penggenangan desa yang menyebabkan timbulnya ragam emosi negatif seperti luka batin, sengsara, stress, tidak ingin pindah, bukan masalah sederhana, trauma, kaget, ingin menangis. Emosi negatif ini merupakan reaksi terhadap kehilangan warga atas aset-aset yang dimiliki di desa asal.
Peristiwa pemicu menjadi titik awal untuk menuju pada lima proses komunikatif yakni, normal baru untuk mempertahankan cara-cara yang dijalankan warga ketika mereka masih berada di desa asal. Tahap ini menunjukkan bahwa percakapan, tradisi, dan ritual baik di dalam level antarindividu, keluarga, dan komunitas diupayakan tetap dilakukan oleh warga. Melalui proses jangkar identitas, warga OTD mengkonstruksi makna-makna identitas melalui pemaknaan kelekatan tempat (place attachment) atau sense-of place yang melibatkan koneksi emosional yang kuat dengan desa asal. Bagi warga OTD, desa mereka bukan sekedar ruang batas geografis, namun menjadi suatu ikatan atau jejaring sosial yang telah terbangun dari generasi ke generasi. Peneguhan identitas menjadi suatu negosiasi masa lalu (memori kolektif) dan masa kini untuk membentuk suatu identitas kolektif yaitu sebagai ’warga OTD’ dan masih dipertahankan hingga sekarang.
Proses memanfaatkan jejaring komunikasi mencakup adanya dukungan sosial dan modal sosial sebagai kekuatan yang dimiliki oleh warga OTD. Dukungan sosial terbentuk dari interaksi keterhubungan antarpribadi yang memungkinkan para warga OTD ini merasa diperhatikan dan dihargai. Interaksi dan komunikasi dengan sesama warga OTD merupakan suatu bentuk dukungan sosial, emosional, dan informasional di antara mereka untuk mengurangi emosi-emosi negatif. Selain itu, ada jejaring yang dibangun oleh warga OTD dengan berada dalam suatu wadah komunitas lokal yang juga berkomitmen untuk melestarikan nilai budaya lokal yaitu Budaya Cipaku, sebagai bentuk negosiasi dengan menghadirkan narasi-narasi budaya melalui pesan-pesan dalam media sosial.
Dalam proses logika alternatif, warga OTD mengkonstruksi makna untuk membingkai kembali situasi tekanan yang dialami dengan mempertimbangkan untuk belajar menggeluti pekerjaan baru sebagai salah satu output dari proses interaksi dan komunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Selanjutnya, dalam proses menekan perasaan negatif ditunjukkan dengan upaya-upaya komunikatif untuk lebih memfokuskan pada aspek positif dari situasi yang penuh tekanan, dan dengan proses sense making secara kolektif mendorong sentimen bersama di antara anggota komunitas warga OTD untuk membangun pola keterikatan dari pengalaman bersama.
Peran aktor atau pelaku komunikasi mampu memberikan kontribusi dalam membangun resiliensi warga OTD. Keluarga dan komunitas lokal mampu menjadi aktor komunikasi yang kuat dengan argumentasi bahwa keluarga dan komunitas menjadi sumber dukungan sosial yang signifikan, dan memberikan energi optimisme bagi warga OTD dalam menghadapi perubahan signifikan dalam kehidupan pasca penggenangan, serta membantu anggota keluarga untuk bersama mengatasi kesulitan dan tekanan, serta trauma. Keberadaan komunitas budaya lokal memberikan peran penting dalam menjaga memori dan identitas kolektif. Aktivitas budaya dan tradisi yang masih dipertahankan pasca penggenangnan dapat membantu memperkuat solidaritas dan dukungan antaranggota komunitas.
Perubahan penghidupan yang dialami oleh warga OTD terkait dengan kehidupan tradisional dalam masyarakat desa yang masih tergantung pada aset dalam bentuk lahan dan ternak. Hilangnya sumber penghidupan sebagai petani menjadi persoalan krusial karena sebagian warga belum siap untuk beralih pekerjaan. Perubahan penghidupan yang tidak mudah dijalani oleh warga terdampak. Dinamika dalam perubahan ini menunjukkan adanya ragam ‘willingness’ untuk belajar atau pembelajaran sosial diantara warga OTD, dimana sebagian warga dapat secara bertahap belajar mata pencaharian yang baru.
Collections
- DT - Human Ecology [567]