PEMANFAATAN INFRARED THERMOGRAPHY SEBAGAI ALAT PENGUKURAN SUHU TUBUH SAPI PEDAGING DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Abstract
Infrared thermography (IRT) bisa mengukur radiasi yang dipancarkan oleh
suatu objek secara cepat. Penelitian ini bertujuan mengukur efektivitas IRT dalam
mengukur suhu tubuh secara non-invasif dan mengukur Daya Tahan Panas (DTP)
pada sapi pedaging di peternakan rakyat yang terletak di Kecamatan Terbanggi
Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan masing-masing 5
ekor sapi Peranakan Simental (PS) sapi Peranakan Limousin (PL), berjenis kelamin
jantan, berusia 1,5-2,5 tahun, dan telah dipastikan berada dalam kondisi sehat.
Profil mikroklimat lingkungan diukur tiga kali sehari, pagi (07.00, cekaman
ringan), siang (12.00, cekaman berat), dan sore (16.00, cekaman sedang) hari. Suhu
rektal dan suhu permukaan tubuh (dahi, mata, pipi, moncong, telinga, leher, kaki,
rusuk, legok lapar, dan panggul), diukur pagi dan siang hari. Seluruh regio
menunjukkan suhu permukaan yang beda nyata (p<0,05) dibandingkan dengan
suhu rektal pada setiap waktu dan jenis sapi. Perbandingan suhu tubuh PS dan PL
pada pagi dan siang hari menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05).
Perbandingan nilai DTP sapi PS dan PL tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan nilai
DTP masing-masing 89,56 dan 94,60. Disimpulkan belum ada regio pada PS dan
PL menggunakan IRT yang menggambarkan suhu rektal, serta PS dan PL memiliki
daya adaptasi yang sama terhadap lingkungan sekitar.