| dc.description.abstract | Pelabuhan Benoa memberikan kontribusi terbesar pendaratan hasil tangkapan tuna longline skala industri, mencapai 60%. Kontribusi besar tersebut, memerlukan perbekalan yang banyak sehingga berpotensi menimbulkan limbah. Pelabuhan Benoa belum memiliki tempat pengelolaan sampah dan belum terlaksananya konsep bank sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah perbekalan melaut dan mengestimasi potensi limbah yang dihasilkan pada unit penangkapan longline 100-150 GT yang berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali. Penelitian ini menggunakan case study (studi kasus), dengan satuan kasus adalah potensi limbah dari perbekalan melaut serta pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit penangkapan melalukan trip selama 6-10 bulan dengan hasil tangkapan utama ikan tuna. Jenis perbekalan yang digunakan mencakup solar, minyak pelumas, air
bersih, dan kebutuhan konsumsi. Total kebutuhan biaya perbekalan kapal longline
100-150 GT adalah Rp1.389.328.745,00 per unit per tahun, dengan alokasi terbesar untuk solar. Sampah anorganik dari perbekalan diperkirakan mencapai 2.576,58 kg per tahun per GT, yang perlu dikelola dengan baik untuk mengurangi
dampak pencemaran laut. | |