Faktor-Faktor Kesuburan Tanah yang Berpengaruh terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit
Date
2024Author
Ramdan, Evan Purnama
Widodo
Hendrastuti, Elisabeth Sri
Giyanto
Hartono, Arief
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkembangan penyakit busuk pangkal batang semakin serius, sebab pada tanaman muda gejala muncul lebih awal dengan serangan lebih parah. Pengendalian secara kultur teknis, biologi, dan varietas tahan yang telah dilakukan di lapangan belum mampu menekan penyakit. Ganoderma boninense sebagai parasit fakultatif (patogen lemah) hanya mampu menginfeksi tanaman lemah. Dalam konsep segitiga penyakit, perkembangan penyakit dipengaruhi oleh patogen, tanaman, dan lingkungan. Kondisi kelapa sawit yang lemah dapat dipengaruhi oleh lingkungan biotik dan abiotik tanah sebagai media pertumbuhan tanaman. Biomassa sawit yang dipanen sangat banyak dapat mempengaruhi kecukupan nutrisi yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah. Selain itu, pemupukan yang tidak mencukupi maupun proses dekomposisi yang lambat dari pelepah dan tandan buah kosong yang dikembalikan ke dalam tanah memperlambat kembalinya nutrisi yang dibutuhkan. Oleh karena itu perlu untuk meneliti faktor lingkungan (tanah) yang mempengaruhi penyakit busuk pangkal batang. Tujuan penelitian ini yaitu 1) memperoleh status kesuburan dan pola unsur hara pada kelapa sawit pada berbagai tingkat insidensi penyakit BPB, 2) mendapatkan informasi kelimpahan, keragaman dan fungsional mikrob pada kelapa sawit pada berbagai tingkat insidensi penyakit BPB, dan 3) mengetahui sifat-sifat tanah yang berhubungan dan berpengaruh terhadap penyakit BPB.
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahapan pada skala lapangan dan laboratorium. Tahap pertama adalah pengukuran insidensi dan keparahan penyakit busuk pangkal batang di kebun kelapa sawit. Kemudian pada kebun yang sama dilakukan pengambilan sampel tanah. Selanjutnya sampel tanah dianalisis sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik yang dianalisis meliputi tiga tekstur tanah (pasir, liat, debu), sedangkan sifat kimia yang dianalisis meliputi C-organik, N total, P-HCl 25%, P-Olsen, Ca, Mg, K, Na, KTK, KB, Al, H, Fe, Cu, Zn, dan Mn. Sifat fisik dan kimia tanah kemudian dianalisis statistik untuk mengetahui beda rata-rata di lokasi penelitian. Status kesuburan tanah ditetapkan berdasarkan pedoman Balai Penelitian Tanah, Bogor. Variabel pembatas kesuburan tanah dianalisis chi square untuk menentukan pengaruhnya terhadap keparahan penyakit dan total mikrob.
Tahap kedua, isolasi mikrob dari jenis bakteri dan cendawan. Penghitungan populasi dengan standard plate count dilakukan untuk mengukur kelimpahan total mikrob, bakteri, dan cendawan. Sturuktur mikrob pada setiap kategori insidensi penyakit dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi mikrob. Selain itu, pengujian mikrob fungsional dilakukan untuk memperoleh mikrob pelarut posfat dan penambat nitrogen. Tahap ketiga, data unsur hara, kelimpahan dan keanekaragaman mikrob, serta insidensi dan keparahan penyakit dianalisis untuk mengetahui hubungan antara sifat-sifat tanah dengan intensitas penyakit menggunakan analisis korelasi Pearson. Selain itu, analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh sifat-sifat tanah terhadap intensitas penyakit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa insidensi penyakit pada kelapa sawit di lokasi penelitian berkisar antara 10% sampai 54% dengan gejala yang ditemukan di lapangan berkisar dari serangan ringan hingga pohon mati. Hasil penilaian kesuburan tanah menunjukkan bahwa lahan kelapa sawit yang terinfeksi G. boninense di lokasi penelitian memiliki kesuburan tanah yang rendah dengan kandungan C-organik yang rendah, berkisar antara 0,40 hingga 1,15%. Namun salatu unsur hara (fosfor) memiliki perbedaan signifikan dengan pola semakin tinggi fosfor, maka insidensi penyakit BPB akan semakin rendah. Oleh karena itu, pengelolaan perlu dilakukan dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah serta mengikuti prinsip budidaya tanaman kelapa sawit yang sehat.
Temuan lain pada penelitian ini adalah total mikrob melimpah pada lahan dengan kategori insidensi penyakit rendah dengan populasi kepadatan mikrob sebanyak 4,99×107 cfu g-1. Pola kelimpahan mikrob akan semakin banyak seiring rendahnya insidensi penyakit. Akan tetapi indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi total mikrob masih menunjukkan nilai indeks yang rendah. Secara berturut menunjukkan nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,88 sampai 1,07. Oleh karena itu, ekosistem tanah pada kelapa sawit yang terinfeksi penyakit busuk pangkal batang kurang stabil dan dalam kondisi tercekam akibat infeksi G. boninense penyebab penyakit busuk pangkal batang.
Berdasarkan korelasi Pearson, sifat-sifat tanah seperti Mg, K, Na, KB, Fe, Mn, mikrob penghasil senyawa organik volatile dan penambat nitrogen memiliki hubungan signifikan dan kuat dengan intensitas penyakit busuk pangkal batang. Berdasarkan analisis regresi, untuk menurunkan intensitas penyakit busuk pangkal batang perlu menaikkan pH, Mg, K, KB, mikrob penghasil senyawa organik volatile, mikrob antagonis diikuti dengan penurunuan Mn dan mikrob penambat nitrogen. Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk menginformasikan keputusan terkait pengendalian penyakit busuk pangkal batang di perkebunan kelapa sawit. Untuk mengurangi kejadian dan keparahan penyakit, rekomendasi pemupukan kelapa sawit harus memperhatikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang mempengaruhi busuk pangkal batang.
Collections
- DT - Agriculture [752]