Regulasi Diri sebagai Mediator Komunikasi Orang Tua-Anak dengan Resiliensi Remaja pada Keluarga Dual-Earner di Pinggiran Kota

Abstract

Proses transisi saat remaja memberikan banyak tekanan dan tuntutan sehingga diperlukan kemampuan untuk menghadapi permasalahan tersebut. Kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan disebut sebagai resiliensi. Tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk menganalisis pengaruh komunikasi orang tua-anak dengan regulasi diri sebagai mediator terhadap tingkat resiliensi remaja. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan studi kuantitatif menggunakan desain explanatory secara langsung yang melibatkan 122 remaja usia 11 sampai 15 tahun di dua SMP negeri pinggiran kota dengan orang tua yang sama-sama bekerja. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan positif antara dimensi keterbukaan dengan regulasi diri dan resiliensi remaja. Artinya semakin tinggi keterbukaan dalam komunikasi orang tua-anak maka semakin tinggi kemampuan regulasi diri dan tingkat resiliensi remaja. Analisis SEM-PLS yang dilakukan menemukan adanya pengaruh positif signifikan peran regulasi diri sebagai mediator antara komunikasi orang tua-anak dengan resiliensi remaja.

The transition process during adolescence provides a lot of pressure and demands so that the ability to deal with these problems is needed. The ability that allows a person to thrive in the face of adversity is referred to as resilience. The purpose of the research conducted was to analyze the effect of parent-child communication with self-regulation as a mediator on the level of adolescent resilience. This research was conducted through a quantitative study approach using a direct explanatory design involving 122 adolescents aged 11 to 15 years in two public junior high schools with parents who both work. The results of the correlation test show that there is a positive relationship between the dimensions of openness with self-regulation and adolescent resilience. This means that the higher the openness in parent-child communication, the higher the ability of self-regulation and the level of resilience of adolescents. SEM-PLS analysis conducted found the role of self-regulation as a mediator between parent-child communication and adolescent resilience which showed a significant positive relationship.