Strategi Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia Unggul Agroindustri Gula Tebu di Era Industri 4.0
Date
2024Author
Mursiti
Sailah, Illah
Marimin
Romli, Muhammad
Denni, Alex
Metadata
Show full item recordAbstract
MURSITI. Strategi Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia Unggul
Agroindustri Gula Tebu di Era Industri 4.0. Dibimbing oleh ILLAH SAILAH,
MARIMIN, MUHAMMAD ROMLI, dan ALEX DENNI.
Permasalahan SDM agroindustri gula tebu di pabrik gula saat ini disebabkan
beberapa hal seperti tidak adanya standar kompetensi dan infrastruktur kompetensi
lainnya, SDM yang tidak link and match dengan kebutuhan industri, perlunya
penerapan artificial intelligence lebih luas di pabrik gula, rendahnya budaya
industri di daerah Indonesia, serta kurangnya karyawan yang analitis, cerdas dan
bersifat sosial. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dalam upaya pengembangan
SDM untuk mencapai swasembada gula. Berdasarkan permasalahan tersebut, telah
diperoleh solusi konseptual berupa serangkaian kegiatan dalam mewujudkan
transformasi sistem pengembangan SDM, telah teridentifikasi faktor-faktor yang
terkait dengan SDM seperti ketersediaan tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja,
kesenjangan tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja
terampil, produktivitas kerja, output potensial tenaga kerja dalam bentuk diagram
lingkar sebab dan akibat, serta kemudahan pemahaman sistem pengembangan SDM
dalam bentuk diagram kotak hitam yang terdiri dari faktor input-proses-output baik
yang yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.
Tebu merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran
strategis dalam perekonomian Indonesia. Data statistik dalam 5 tahun terakhir
(2018–2022), rata-rata jumlah produksi gula sebesar 2.208.000 ton/tahun,
produktivitas rata-rata tebu sebesar 67,88 ton/ha masih jauh lebih rendah dari ratarata
produktivitas tebu dunia sebesar 100 ton/ha. Di masa mendatang, pemerintah
berupaya agar Indonesia dapat mencapai swasembada gula. Salah satu strategi
untuk meningkatkan daya saing pabrik gula adalah adanya dukungan sumber daya
manusia unggul yang memadai. Secara umum, modernisasi industri gula di
Indonesia berjalan cukup lambat diakibatkan mesin pabrik tua yang mayoritas
masih digunakan pabrik gula. Hal ini dapat diperbaiki dengan memanfaatkan
teknologi untuk membangun industri gula. Pertanian 4.0 ditandai dengan
penggunaan mesin-mesin otomatisasi yang terintegrasi dengan jaringan internet.
Tantangan SDM di era Industri 4.0 mengakibatkan peran manusia digantikan oleh
teknologi seperti robot, artificial intelligent dan sistem canggih sehingga pemangku
kepentingan diharapkan mengembangkan SDM yang mampu mengawal teknologi
4.0. Penelitian ini berfokus pada SDM yang merupakan aset penting di era Industri
4.0 untuk mengawal perubahan teknologi yang cepat serta juga diharapkan
memberikan output signifikan terhadap organisasi. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Menganalisis situasi SDM agroindustri gula tebu di era Industri 4.0; (2)
Mengevaluasi teknologi gula tebu, merancang pemetaan kompetensi, standar dan
kualifikasi kompetensi kerja SDM agroindustri gula tebu; dan (3) Merancang
strategi kebijakan pengembangan SDM agroindustri gula tebu di era Industri 4.0.
Analisis situasi SDM agroindustri gula tebu menggambarkan permasalahan
SDM yang sedang terjadi di era industri 4.0 dituangkan dalam bentuk rich picture
dan mendefinisikan akar permasalahan dalam pengembangan SDM. Selanjutnya,
telah dilakukan evaluasi terhadap teknologi produksi dengan dengan menggunakan
dua metode yaitu pengambilan keputusan non-numerik multi expert multi criteria
v
dan pengambilan keputusan numerik. Kedua metode menghasilkan keputusan yang
sama yaitu bagian tebang-muat-angkut menjadi prioritas yang memerlukan
teknologi baru. Selain analisis hasil evaluasi teknologi produksi gula, juga telah
dilakukan analisis terhadap SKKNI bidang gula kristal rafinasi dengan hasil bahwa
SKKNI tersebut telah mengidentifikasi unit kompetensi pada proses pemurnian
sampai penyelesaian gula. Berdasarkan kedua analisis evaluasi teknologi dan
SKKNI gula kristal rafinasi maka fokus pemetaan kompetensi gula tebu adalah
pada bidang tebang-muat-angkut dan penggilingan. Objek penelitian dilakukan
terhadap pabrik gula di Indonesia yang telah menerapkan teknologi 4.0. Hasil
pemetaan kompetensi bidang tebang-muat-angkut dan penggilingan menghasilkan
lima puluh tujuh unit kompetensi. Pemetaan kompetensi yang dihasilkan dapat
dijadikan acuan untuk membentuk infastruktur kompetensi SDM agroindustri gula
tebu. Proses verifikasi dan validasi juga telah dilakukan di pabrik gula tempat
dimana dilakukan penelitian bersama pakar.
Penelitian bidang sumber daya manusia agroindustri gula tebu termasuk
jarang dilakukan padahal penting untuk keberlanjutan industri gula tebu. SDM
menjadi salah satu penyebab terjadinya efisiensi pabrik gula belum optimal. Peran
pemangku kepentingan sangat penting dalam hal ini. Diperlukan strategi kebijakan
pengembangan SDM 4.0 agroindustri gula tebu sebagai rekomendasi guna
mendukung terwujudnya sumber daya manusia unggul agroindustri gula tebu di era
Industri 4.0 untuk mendukung pembangunan industri nasional 2035. Penelitian ini
menggunakan metode soft system methodology dan scenario planning. Hasil
penelitian telah mampu memetakan posisi pabrik gula tebu saat ini dalam bentuk
empat kuadran. Berdasarkan kondisi tersebut, telah dihasilkan empat skenario SDM
4.0, yaitu (1) SDM unggul menuju SDM 4.0; (2) SDM dasar menuju SDM 4.0; (3)
SDM waspada menuju SDM 4.0; (4) SDM kritis menuju SDM 4.0. Adapun asumsi
model yang digunakan yaitu SDM pelatih yang tersedia dan berkualitas baik,
kurikulum yang efektif, infrastruktur yang memadai, adanya komitmen dan
kesadaran akan pentingnya pelaksanaan pelatihan, tersedianya anggaran, sistem
pertanian yang efektif, birokrasi kementerian yang ramping. Penelitian ini telah
mengidentifikasi beberapa rekomendasi strategi kebijakan pengembangan SDM
unggul pada agroindustri gula tebu sebanyak tiga belas (13) buah kebijakan yaitu:
(1) Fasilitasi infrastruktur kompetensi; (2) Fasilitasi insentif berupa pendidikan dan
pelatihan baik hard dan soft skills; (3) Fasilitasi pembekalan sertifikasi dan
sertifikasi bagi tenaga kerja; (4) Fasilitasi super tax deduction untuk industri dalam
rangka pengembangan pendidikan dan pelatihan; (5) Fasilitasi hibah penelitian
untuk pengembangan industri gula; (6) Fasilitasi insentif bagi industri yang
membangun pabrik gula di wilayah tertentu; (7) Kurikulum berbasis kompetensi;
(8) Fasilitasi insentif untuk pabrik gula dalam mengadopsi teknologi gula tebu; (9)
Penggunaan SDM lokal di sekitar industri beroperasi; (10) Industri memberikan
tempat magang bagi siswa/mahasiswa; (11) Praktisi industri memberikan
pengetahuan terkini ke dunia pendidikan formal; (12) Pengembangan kelembagaan
tebu; dan (13) Fasilitasi infrastruktur perkebunan tebu.