dc.description.abstract | Penggunaan internet yang semakin meningkat terutama di kelompok usia
remaja menyebabkan berbagai dampak seperti peningkatan interaksi social dan
media pembelajaran hingga dampak buruk seperti peningkatakan perilaku agresif
di dunia maya (cyberbullying).
Penelitian bertujuan 1) mengidentifikasi karakteristik keluarga,
karakteristik responden, kelekatan orang tua-anak, harga diri, kepuasan hidup,
penggunaan internet bermasalah, dan cyberbullying pada remaja; 2) Menganalisis
hubungan karakteristik responden dan karakteristik keluarga dengan kelekatan
orang tua-anak, harga diri, kepuasan hidup, penggunaan internet bermasalah, dan
cyberbullying pada remaja; 3) Menganalisis pengaruh kelekatan orang tua-anak,
harga diri, remaja, kepuasan hidup, penggunaan internet bermasalah terhadap
perilaku cyberbullying pada remaja.
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Padang dengan responden merupakan
siswa tingkat SMP-SMA. Penelitian dilakukan dua tahap, yakni studi pendahuluan
dan studi lanjutan. Studi pendahuluan dilakukan untuk menemukan fenomena
cyberbullying pada remaja di Kota Padang mengingat informasi cyberbullying di
Kota Padang yang sangat terbatas. Metode yang digunakan pada studi ini adalah
metode survei online. Studi pendahuluan melibatkan 103 responden yang
merupakan siswa tingkat SMP-SMA di kota Padang dengan pengambilan data
menggunakan survei secara online. Hasil studi menemukan sebanyak 75 responden
yang melihat atau menemukan peristiwa cyberbullying di sekitar mereka. Sebanyak
39 responden pernah mengalami cyberbullying dan sebesar 31 responden mengaku
pernah melakukan cyberbullying.
Penelitian selanjutnya dilakukan untuk menguji pengaruh kelekatan
orangtua-anak, harga diri, kepuasan hidup, penggunaan internet bermasalah
terhadap perilaku cyberbullying pada remaja. Pendekatan dan metode dalam
penelitian ini yakni pendekatan kuantitatif dengan desain ekspalanatori.
Pengumpulan data melalui metode survei secara daring. Populasi pada penelitian
ini merupakan siswa sekolah tingkat SMP dan SMA dengan karakteristik memiliki
kedua orangtua dan aktif menggunakan internet. Teknik pengambilan contoh
berupa cluster random sampling dengan responden sebanyak 376 siswa. Hasil data
penelitian diindeks lalu dilakukan analisis data yakni analisis deskriptif dan analisis
inferensia (uji hubungan dengan Korelasi Pearson dan uji pengaruh dengan SEM).
Hasil penelitian menunjukkan usia responden yang mengikuti penelitian pada
rentang usia 12-18 tahun dengan rata-rata usia responden sekitar 14.96 tahun
dengan sebaran jenis kelamin remaja perempuan menjadi proporsi terbesar sebesar
64.9 persen. Berdasarkan dengan tingkat pendidikan, sebanyak 199 responden
(52.9%) berada pada tingkat sekolah menengah atas (SMA). Pada karakteristik
keluarga, ditemukan rentang usia ayah responden berada pada usia 36-69 tahun
dengan rata-rata usia ayah sebesar 48.8 tahun. Usia ibu responden berada pada
rentang usia 33-67 tahun dengan rata-rata usia ibu responden sebesar 45.65 tahun.
Sebanyak 39.1 ayah responden memiliki lama tingkat pendidikan akhir selama 12
tahun dengan rata-rata lama pendidikan ayah sebesar 13.75 tahun. Tingkat
pendidikan ibu responden memiliki proporsi terbesar lama pendidikan 16 tahun
(38.6%) dengan rata-rata lama Pendidikan ibu sebesar 14.06 tahun. Untuk status
pekerjaan, proporsi terbesar pada ayah responden hanya 8 ayah responden berstatus
tidak bekerja dan sebanyak 174 ibu memiliki status tidak bekerja. Dalam hal tingkat
pendapatan, sebesar 22.6 persen ayah responden memiliki tingkat pendapatan di
atas Rp 5000000 sedangkan sebesar 51.1 persen ibu memiliki tingkat pendapatan
di bawah Rp 1000000.
Hasil uji deskriptif variabel menunjukkan nilai rata-rata kelekatan orangtua anak sebesar 63.84. Sebanyak 162 responden memiliki tingkat kelekatan dengan
orangtua pada tingkat sedang. Variabel harga diri memiliki nilai rata-rata sebesar
55.86 dan sebanyak 232 responden memiliki tingkat harga diri yang rendah. Nilai
rata-rata kepuasan hidup responden sebesar 67.93. Sebanyak 159 responden
memiliki tingkat kepuasan hidup pada tingkat sedang. Nilai rata-rata penggunaan
internet bermasalah responden secara keseluruhan sebesar 43.52. Sebanyak 332
responden memiliki tingkat penggunaan internet yang rendah. Perilaku
cyberbullying memiliki nilai rata-rata sebesar 17.46 dengan proporsi terbesar
responden berada pada tingkat rendah (375 responden).
Hasil uji hubungan menunjukkan kelekatan orang tua – anak berkorelasi
posistif signifikan dengan pendapatan ayah serta berkorelasi negatif signifikan
dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan usia orang tua. Harga Diri
berkorelasi negatif dengan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan serta
berkolerasi positif signifikan dengan tingkat pendidikan ibu dan pendapatan ayah.
Kepuasan hidup berkorelasi negatif signifikan dengan usia, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan serta berkorelasi positif signifikan dengan tingkat pendidikan
orang tua dan pendapatan ayah. Penggunaan internet bermasalah berkorelasi positif
signifikan dengan usia dan tingkat pendidikan. Dan perilaku cyberbullying
berkorelasi positif signifikan dengan usia serta berkorelasi negatif signifikan
dengan jenis kelamin. Lama pendidikan ayah dan ibu berhubungan negatif
signifikan dengan perilaku cyberbullying.
Uji pengaruh menggunakan analisis SEM dengan bantuan AMOS 21. Hasil
analisis SEM menunjukkan perilaku cyberbullying dipengaruhi oleh kepuasan
hidup dan penggunaan internet bermasalah. Hasil uji mediasi menemukan kepuasan
hidup menjadi mediator pengaruh kelekatan orang tua-anak dan self-esteem
terhadap perilaku cyberbullying. Pengguna internet bermasalah juga memediasi
pengaruh self-esteem terhadap perilaku cyberbullying.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti pengukuran kelekatan
orang tua-anak lebih baik diukur pada ayah dan ibu sehingga dapat melihat
perbedaan signifikansi pengaruh ayah dan ibu terhadap perilaku cyberbullying pada
remaja di tiap tingkat sekolah. Kriteria responden pada “aktif di media sosial”
bukan penentu responden mengalami masalah dalam penggunaan internet. Dan
penelitian ini hanya berfokus pada perilaku perundungan di dunia maya, diharapkan
penelitian ke depannya dapat juga berfokus pada dampak dari perilaku
perundungan tidak hanya pada korban namun juga bagi pelaku perundungan. Selain
itu, penelitian diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang penting mengenai
pengaturan penggunaan internet secara bijak serta dampak yang ditimbulkan dari
perilaku cyberbullying baik bagi diri sendiri hingga orang lain. | |