Show simple item record

dc.contributor.authorKumalawati, Afrillya Sari
dc.date.accessioned2010-05-07T09:50:14Z
dc.date.available2010-05-07T09:50:14Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15489
dc.description.abstractPenelitian mengenai variabilitas parameter oseanografi, yang meliputi: suhu, salinitas, nutrien (fosfat, nitrat, silikat) dan klorofil dilakukan di Perairan Nangroe Aceh Darussalam, ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia mulai dari akhir bulan Oktober hingga awal November 2002. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai karakter massa air di sana. Parameter fisik, kimiawi, dan biologi dibandingkan untuk menjelaskan sebaran suhu, salinitas, nutrien dan klorofil-a. Sebanyak 39 stasiun diklasifikasikan dalam 12 penampang, baik membujur maupun melintang. Analisis data dilakukan dengan menggukan Scftware Surfer ver. 7.6 and ODV (Ocean Data iliew). Analisis korelasi antar parameter fisik dan kimiawi terhadap parameter biologi dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk melihat regresi linearnya dan korelasinya. Suhu perrnukaan di perairan NAD pada bulan Oktober-November 2002 berkisar antara 28,5-29,2 "C, dengan kisaran lapisan tercampur mulai dari permukaan hingga kedalaman SO m. Lapisar! termoklin berada pada kedalaman antara 7G-160 m, dengan suhu sebesar 13-28 "C. Massa air permukaan di perairan dekat Selat Malaka lebih hangat dibandingkan dengan massa air dekat Samudera Hindla. Kedua massa air tersebut akan membentuk front (pertemuan massa air) di tengah-tengah aritara keduanya, yaitu ai Penampang E. Salinitas permukaan di perairan NAD pada saat penelitian berkisar antara 31,8-33,7 psu. Di beberapa stasiun tak ditemukan lapisan tercarnpur, dan langsung terbentuk lapisan haloklin. Di bawah lapisan haloklin salinitas meningkat dengan lambat bersamaan dengan bertambahnya kedalaman, dengan variasi salinitas menjadi lebih kecil. Pada diagram T-S, salinitas maksimum terl~hadt i perairan NAD paling barat, yaitu di Penampang F yang merupakan sisa-sisa massa air Subtropiwf Lower Water Uirta Upa Subtropik). Salinitas yang terlacak s e b e ~3r5 ,O-35,3 psu yang menurut Wyrtki (1961) berada pada kedalaman antam 100-200 m. Pengaruh massa air dari Teluk Persia juga terlihat pada kedalaman 200-400 m dengan salinitas sebesar 35,3-35,4 psu dengan adanya bentuk core (lapisail gumbar). Dari analisis tersebut, diperoleh 2 karakter massa air yaitu massa air bersalinitas rendah dan suhu lebih tinggi di perairan dekat Selat Malaka, dan massa air bersalinitas tinggi dan bersuhu rendah di perairan sebelah barat (dekat dengan Samudera Hindia). Konsentrasi fosfat pada daerah penelitian berkisar antara 0,005-0,4 pg-at P/I. Berdasarkan sebaran vertikalnya, kandungan fosfat tinggi berada di lapisan permukaan Penampang F yang diindikasikan adanya penaikan massa air karena adanya fosfat tinggi di permukaan dan lereng menaik fosfat dari kedalaman 45 m dari zrah selatan ke arah utara. Penyuburan perairan dengan unsur fosfat dapat berbeda antara 1 stasiun dengan stasiun lainnya akibat percampumn secam horizontal dan percampumn nutrien secara vertikal pada perairan, digabungkan dengan efek dari proses biologi, penambahan dan transpor nutrien. Sebamn horizontal nitrat pada lapisan permukaan memperlihatkan konsentrasi sebesar 0,Ol-5,8 pg-at Nil, dengan nilai terbesar pada stasiun yang dekat dengan daratan dan Selat Malaka. Secara umum, nitrat bertambah dengan semakin bertambahnya kedalaman, hingga mencapai kandungan nitrat sebesar 20 pg-at N/I di kolom perairan. Pada kedalaman 50 dan 100 m sering terlihat kandungan nitrat yang berfluktuatif, yang diindikasikan sebagai lapisan pegat (nitraklin). Kandungan silikat pada perairan NAD semakin besar dengan bertambahnya kedalaman, hingga mencapa 70 vg-at Sill. Faktor yang mempengaruhi sebaran kandungan silikat di perairan adalah karena pemanfaatan silikat secara langsung oleh fitoplankton dan faktor dispersi (penyebaran arus). Pada sebaran horizontal silikat permukaan, kisarannya 7- 60 pg-at Si/l yang terlihat rendah di bagian utara perairan NAD dan tinggi di perairan NAD bagian barat. Kandungan klorofil-a pada lapisan permukaan berkisar antara 1,s-3,4 mg/m3 dengan nilai besar di stasiun yang berdekatan dengan Selat Malaka dan stasiun yang dekat dengan Pulau Nikobar. Sebaran vertikalnya termasuk merata di semua penampang kecuali di Penampang E dan F. Diduga karena pada Penampang E terjadi fiont, sedangkan di Penampang F terjadi upwelling (penaikan massa air). Penaikan massa air ini dapat dilihat pada sebaran melintang salinitas, silikat dan fosfat di Penampang F. Hubungan parameter terhadap klorofil-a berbeda berdasarkan kedalaman. Pada iapisan permukaan, suhu yang berkorelasi terhadap klorofil-a, kemudian nitrat pada kedalaman 25 m, dan fosfat pada kedalaman 50 m dengan koefisien determinasi sebesar 45,17 %. Pada kedalaman 50 m parameter kimiawi berpengaruh secara bersama-sama, sehingga klorofil-a mencapai konsentrasi yang besar. Selain alasan tersebut, koreiasi tersebut diakibatkan karena letzknya yang berada pada lapisan tercampur bagian bawah maupun teisedianya nutrien. Kedalaman 75 m dipengaruhi oleh parameter, baik suhu maupun nutrien yang bersama-sama saling mendukung produktivitas klorofil-a walaupun koefisien determinasinya kecil. Suhu berperan utama pada kedalaman 100 m, sementara pada kedalaman 150 m, nitrat memiliki peranan yang paling penting.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleVariabilitas parameter oseanografi dan sebaran klorofil-a di Perairan Nangroe Aceh Darussalam pada bulan Oktober-November 2002.id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record