Profile of Animal Welfare Awareness of Topeng Monyet Performance in Indonesian Community
Date
2024Author
Yue, Neoh Chia
Darusman, Huda Shalahudin
Hidayat, Rahmat
Metadata
Show full item recordAbstract
Topeng monyet is a traditional performance in Central and West Java, Indonesia, featuring trained long-tailed macaques (Macaca fascicularis) that mimic human activities like riding bicycles, wearing clothes, and shopping. This practice raises concerns regarding animal welfare, zoonotic disease risks, and its implications for sustainable development goals (SDGs). Questionaire survery is carried out by using digital or printed PDF format, face-to-face interview and online form to determine the knowledge of respondents in 4 groups which are the public, government, non-governmental organization (NGO), and expert. A total of 28 respondents are obtained with each group of 7 respondents. The results of this study showed that experts had the total of highest score in animal welfare (3513) and SDGs (1982), while the public has the lowest mark (1421 & 1225) compared to other groups. The total mark for NGO is higher than government in animal welfare (3387 vs 1833) but lower in SDG (1668 vs 1781). Experts consistently showed the highest levels of understanding across various subjects, followed by government and non-governmental organisations (NGOs), and the public. This study concluded that experts had a better understanding, knowledge, levels of awareness and the key highlight the gap of knowledge and awareness between expert and public groups. Topeng monyet adalah pertunjukan tradisional di Jawa Tengah dan Barat, Indonesia, yang menampilkan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) terlatih yang meniru aktivitas manusia seperti mengendarai sepeda, mengenakan pakaian, dan berbelanja. Praktik ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kesejahteraan hewan, risiko penyakit zoonosis, dan implikasinya terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Survei kuesioner dilakukan dengan menggunakan format PDF digital atau cetak, wawancara tatap muka dan formulir online untuk mengetahui pengetahuan responden dalam 4 kelompok yaitu masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pakar. Sebanyak 28 responden diperoleh dengan masing-masing kelompok berjumlah 7 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pakar mempunyai total nilai tertinggi pada bidang kesejahteraan hewan (3513) dan SDGs (1982), sedangkan masyarakat mempunyai nilai terendah (1421 & 1225) dibandingkan kelompok lainnya. Nilai total LSM lebih tinggi dibandingkan pemerintah dalam kesejahteraan hewan (3387 vs 1833) namun lebih rendah dalam SDG (1668 vs 1781). Para ahli secara konsisten menunjukkan tingkat pemahaman tertinggi dalam berbagai bidang, diikuti oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah (LSM), serta masyarakat. Studi ini menyimpulkan bahwa para ahli memiliki pemahaman, pengetahuan, tingkat kesadaran yang lebih baik dan kuncinya menyoroti kesenjangan pengetahuan dan kesadaran antara kelompok ahli dan masyarakat.