Show simple item record

dc.contributor.advisorRiani, Etty
dc.contributor.advisorBatu, Djamar TF Lumban
dc.contributor.advisorHariyadi, Sigid
dc.contributor.authorKautsari, Neri
dc.date.accessioned2024-06-30T13:50:52Z
dc.date.available2024-06-30T13:50:52Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/153028
dc.description.abstractPenurunan stok teripang pasir telah terjadi di beberapa Negara di Dunia termasuk di Indonesia. Salah satu perairan di Indonesia yang terindikasi mengalami penurunan stok teripang pasir ialah perairan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jika eksploitasi terus dilakukan secara intensif maka dikhawatirkan teripang pasir di Perairan Teluk Saleh akan mengalami kepunahan. Penurunan populasi teripang di suatu perairan tentunya akan memberikan dampak negatif bagi ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi tingkat pelestarian dan perbaikan stok teripang di alam adalah melalui upaya restocking, namun upaya ini masih mengalami beberapa kendala diantaranya belum tersedianya benih yang memiliki kuantitas dan kualitas yang memadai. Rendahnya keberhasilan pemijahan diduga disebabkan belum diketahuinya ciri morfologis antara induk jantan dan betina serta belum diketahuinya kejut suhu optimal dalam merangsang pelepasan gamet. Kelulushidupan larva yang rendah diduga disebabkan oleh terbatasnya informasi terkait kondisi lingkungan (suhu, pH dan salinitas) yang optimal serta pakan yang sesuai dalam mendukung perkembangan, pertumbuhan dan kelulushidupan larva pada setiap fase. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perbedaan struktur morfologis induk teripang jantan dan betina; (2) menentukan kejut suhu optimal untuk menstimulir pelepasan gamet teripang jantan dan betina; (3) menganalisis pengaruh kondisi lingkungan (suhu, salinitas dan pH) terhadap perkembangan, ukuran dan sintasan larva teripang H. scabra; (4) menganalisis pengaruh jenis mikroalga yang digunakan sebagai pakan terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup larva H. scabra. Penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan. Tahapan pertama difokuskan pada pengamatan perbedaan morfologis antara jantan dan betina. Induk teripang pasir yang digunakan sebagai sampel diperoleh dari perairan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, NTB. Pengamatan perbedaan morfologis jantan dan betina dilakukan dengan mengamati warna tubuh, ukuran tubuh dan bentuk gonopor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan warna dan ukuran antara induk jantan dan betina. Perbedaan induk jantan dan betina terletak pada gonopor dan area di sekitar gonopor. Pada betina, gonopor terlihat jelas seperti pori-pori dan area di sekitar gonopor terlihat seperti area permukaan tubuh lainnya. Pada jantan, lubang gonopor tampak sama dengan betina, namun area sekitar gonopor terlihat seperti pori-pori yang besar dan ukurannya hampir sama dengan gonopor. Ciri lain jantan yaitu adanya lipatan kulit yang tipis dan menyerupai garis yang menghubungkan antara gonopor dan ujung anterior tubuh. Teripang yang keadaan gonadnya kosong memiliki ciri yang hampir sama dengan jantan namun kerutan antara gonopor dan ujung anterior terlihat lebih jelas. Tahap ke-dua penelitian ialah pengamatan pengaruh kejut suhu terhadap keberhasilan pelepasan gamet dan keberlanjutan induk teripang pasir (H. scabra). iii Kejut suhu yang diamati ialah kejut suhu +2, +4, +6, +8, +10 dan +12oC ditambah dengan kontrol (27oC). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel yang diamati ialah jumlah individu yang melepaskan gamet, waktu dan durasi pelepasan sperma dan telur, jumlah telur dan jumlah individu yang mengalami stres. Penelitian tahap ini dilakukan di laboratorium mandiri yang berlokasi di Desa Teluk Santong, Kecamatan Plampang, Sumbawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejut suhu yang optimum dalam pemijahan teripang pasir adalah +4 oC. Kejut suhu di bawah kejut suhu optimum tidak mampu merangsang induk teripang jantan dan betina dalam melepaskan sperma dan telur sedangkan kejut suhu di atas kejut suhu optimum dapat merangsang pengeluaran sperma dan telur namun mulai kejut suhu +8oC menyebabkan terjadinya stres pada induk teripang pasir. Stres dicirikan dengan adanya kontraksi dan pembengkakan tubuh. Kejut suhu +10 dan +12oC menyebabkan stress berat pada induk teripang sehingga tidak direkomendasikan dalam pemijahan teripang. Tahap ke-tiga penelitian ini ialah pengamatan pengaruh lingkungan (suhu, salinitas dan pH) terhadap perkembangan, ukuran dan kelulushidupan larva pada setiap fase. Pengaruh lingkungan yang diamati pada penelitian ini ialah suhu (20, 22, 24, 26, 28, 30 dan 32oC), salinitas (24, 26, 28, 30, 32, 34 dan 36 ppt) dan pH (6.5, 7.0, 7.5, 8.0, 8.5 dan 9.0). Pengamatan dilakukan pada setiap fase perkembangan larva yaitu fase auricularia menuju fase doliolaria dan fase doliolaria menuju fase pentaktula. Variabel yang diamati pada tahapan ini ialah perkembangan (metamorfosis), ukuran dan kelulushidupan setiap fase larva. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan optimum dalam mendukung perkembangan larva auricularia menuju doliolaria adalah suhu 28oC, salinitas 34 ppt dan pH 8.5 hingga 9.0. Nilai suhu dan pH optimum pada fase doliolaria dan pentaktula tidak berbeda dengan nilai optimum pada fase auricularia. Nilai salinitas optimum pada fase pentaktula memiliki rentang yang lebih luas dibandingkan nilai salinitas optimum pada fase auricularia dan pentaktula. Nilai salinitas optimum pada fase pentaktula berkisar antara 28 hingga 34 ppt. Pemeliharaan larva H. scabra diluar kondisi lingkungan optimum menyebabkan terhambatnya perkembangan larva, kecilnya ukuran larva dan rendahnya kelulushidupan larva. Tahap ke-empat pada penelitian ini ialah pengamatan pengaruh starvasi (kelaparan) dan pengaruh pemberian pakan mikroalga terhadap perkembangan, ukuran dan kelulushidupan larva H. scabra. Jenis mikroalga yang diujikan sebagai pakan ialah Nannochloropsis sp, Isochrisis aff galbana dan Pavlova sp. Sebelum diujikan, ketiga jenis mikroalga diamati ukuran, gambaran morfologi dan kandungan asam lemak dan asam amino. Variabel pengamatan pada tahapan ini sama dengan variabel pengamatan pada tahap ke-tiga yaitu perkembangan, ukuran dan kelulushidupan larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa I. galbana adalah jenis pakan yang paling baik dalam mendukung perkembangan larva H. scabra. Perkembangan larva lebih cepat pada larva yang diberi pakan I. galbana dibandingkan lainnya. Ukuran dan kelulushidupan larva pada ketiga jenis mikroalga tidak berbeda nyata.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleUpaya Meningkatkan Keberhasilan Reproduksi dan Kelulushidupan Larva Teripang Pasir (Holothuria scabra) dalam Rangka Menjaga Keberlanjutan Stok di Alam.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordH. scabraid
dc.subject.keywordthermal shockid
dc.subject.keywordlarvalid
dc.subject.keywordenvirmentid
dc.subject.keywordmikroalgaeid


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]
No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record