Show simple item record

dc.contributor.authorMulyono, Rini Herlina
dc.date.accessioned2024-06-25T03:43:03Z
dc.date.available2024-06-25T03:43:03Z
dc.date.issued2024-06
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152910
dc.description.abstractKambing (Capra hircus) merupakan hewan yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia yang memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena sudah teruji beradaptasi baik terhadap lingkungan dan budaya lokal. Karakterisasi fenotipik pada berbagai rumpun kambing lokal telah dilakukan untuk memunculkan kebanggaan berbasis kedaerahan di berbagai pelosok negara. Kambing gembrong adalah salah satu jenis kambing lokal yang memiliki penampilan spesifik dan eksistensinya di Indonesia hanya ditemukan di pulau Bali (aset pulau Bali). Kambing ini ditemukan di daerah kawasan timur pulau Bali terutama pada daerah pantai di Kabupaten Karangasem. Kambing ini memiliki ciri khas dengan rambut yang panjang dan mengkilap terutama pada jantan. Rambut panjang kambing gembrong ini menutupi tubuh mulai dari kepala sampai dengan ekor. Panjang rambut kambing gembrong dapat mencapai 25-30 cm bila dibiarkan sehingga pencukuran rambut dilakukan setiap 12-16 bulan untuk mencegah rambut bagian kepala menutupi mata dan telinga. Kondisi panjang rambut kambing gembrong yang menutupi bagian kepala akan mempersulit kambing tersebut saat melakukan aktivitas makan. Budaya dan kebiasaan peternak terhadap eksistensi kambing gembrong di Karangasem merupakan faktor yang berakibat pada penurunan jumlah populasi kambing gembrong. Nelayan di Karangasem sering menggunakan rambut kambing gembrong sebagai umpan saat memancing ikan di laut karena dipercaya mendapatkan kemudahan memperoleh ikan yang banyak sehingga harga rambut kambing gembrong dapat mencapai Rp 400.000,00 kg. Masyarakat lokal mempercayai bahwa bila kambing gembrong jantan sering dikawinkan akan berakibat pada kerontokan rambut sehingga penduduk lokal menghindari terlalu sering mengawinkan kambing gembrong jantan. Peternak tidak berupaya untuk mencukur rambut pada bagian kepala kambing gembrong sehingga kambing gembrong kesulitan melakukan aktivitas makan. Introduksi kambing PE (Peranakan Etawah) dengan produktivitas yang lebih tinggi telah menggeser minat peternak untuk mempertahankan jumlah populasi kambing gembrong karena pemeliharaan kambing gembrong dilakukan bersama-sama dengan kambing peranakan etawa (PE), bahkan dipelihara bersama-sama dengan kambing kacang. Laju kepunahan kambing gembrong dipercepat dengan faktor prilaku peternak untuk menjual kambing gembrong pada saat memerlukan biaya untuk keperluan hidup. Faktor-faktor tersebut di atas yang mempercepat status eksistensi kambing gembrong ke arah kepunahan. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherDepartemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogorid
dc.titleKambing Gembrong dan Eksistensinya di Pulau Baliid
dc.typeArticleid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record