Improving the Understanding of Small-scale Grouper and Snapper Fisheries in Saleh Bay-West Nusa Tenggara, Indonesia to Enhance Their Management
Date
2024Author
Herdiana, Yudi
Wiryawan, Budy
Wisudo, Sugeng
Loneragan, Neil
Tweedley, James
Metadata
Show full item recordAbstract
Groupers (Serranidae: Epinephelinae) are a crucial component of fisheries in coastal tropical and sub-tropical regions, providing essential protein and supporting livelihoods. While global landings of grouper have been steadily increasing, with China and Indonesia contributing over 60% of the total catch, challenges persist in managing their stocks, particularly in small-scale fisheries in developing nations. This study aimed to propose an effective management strategy for key grouper species in Saleh Bay, West Nusa Tenggara, Indonesia by addressing knowledge gaps and evaluating different management options. Specifically, this involved understanding the dynamics of these fisheries, including fishing methods and the composition of their landings, examining the life history and stock condition of a key but previously data-poor grouper species, i.e., brown-marbled grouper Epinephelus fuscoguttatus, and critically evaluating various management procedures using the Method Evaluation and Risk Assessment (MERA) tool.
Findings reveal that 57.7% of the total catches of small-scale reef and demersal fisheries in Saleh Bay consisted of grouper and snapper (Lutjanidae). The fishery is complex, with eight fishing methods employed to catch 75 species. Four species, namely the leopard coral grouper (Plectropomus leopardus), orange-spotted grouper (Epinephelus coioides), spotted coral grouper (Plectropomus maculatus), and malabar blood snapper (Lutjanus malabaricus) were primarily targeted, using three main fishing methods, i.e., bottom longline, speargun, and handline, together accounting >90% of the total catch. The composition of catches using these methods changed significantly with fishing depth, season, and/or year. Fishing activities follow a temporal pattern influenced by monsoonal seasons, and fishers utilized specialized tactics to target high-value species for maximum profit.
Preliminary biological studies and data from the fish landing monitoring program were used to re-evaluate the spawning potential ratio (SPR) of E. fuscoguttatus. This is one of 12 species targeted for management in Saleh Bay, and of concern as the SPR was previously estimated to range from only 0.05 to 0.07, well below the reference SPR limit of 0.20 and target of 0.30. A new estimate of L50 (length at which 50% of the population is mature) was derived which is ~100 mm smaller than the previous estimate. This new L50 estimate, when combined with the length-based SPR, yielded higher SPR estimates (0.11 to 0.25), although still below the target SPR.
Finally, the study employs the MERA approach to assess management procedures for P. leopardus in Saleh Bay. Results indicated that the current size limit and spatial closure regulations may be ineffective due to low compliance and the limited extent of no-take zones within marine protected areas in Saleh Bay, which are smaller than the home range of this species. Recommendations for enhancing the sustainability of grouper and snapper fisheries in Saleh Bay include exploring total allowable catch controls, implementing seasonal closures to limit fishing effort, strengthening existing regulations, and conducting further studies on life-history aspects and stock assessment.
In summary, this study underscores the significance of thoroughly understanding the dynamics of small-scale fisheries and the necessity for adaptive management strategies that align with specific local contexts. Sustained collaboration among researchers, fisheries managers, and stakeholders is crucial for tackling management challenges and enforcing effective management to ensure the sustainability of the fisheries. Additional emphasis should be placed on research and capacity-building to enhance data collection, improve stock assessments, and refine management strategies, all aimed at advancing the long-term resilience of small-scale fisheries in Saleh Bay. Perikanan kerapu (Serranidae: Epinephelinae) merupakan salah satu sub-sektor penting bagi perikanan tangkap di wilayah pesisir di negara tropis maupun subtropis, yang juga menyediakan protein penting sekaligus mendukung mata pencaharian. Meskipun penangkapan ikan kerapu secara global terus meningkat, dengan Tiongkok dan Indonesia menyumbang lebih dari 60% total tangkapan, pengelolaan stok kerapu masih menghadapi tantangan besar, khususnya pada perikanan skala kecil di negara-negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan strategi pengelolaan yang efektif untuk beberapa spesies kerapu yang menjadi target pengelolaan di Teluk Saleh, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia dengan mengatasi kesenjangan pengetahuan dan mengevaluasi opsi-opsi pengelolaan yang mungkin diimplementasikan. Secara spesifik studi ini mencakup pemahaman terhadap dinamika perikanan, termasuk metode penangkapan ikan dan komposisi hasil tangkapannya, kajian riwayat hidup (life-history) dan kondisi stok spesies kerapu yang memiliki data yang terbatas (seperti kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus), serta evaluasi secara kritis berbagai prosedur pengelolaan menggunakan aplikasi Method Evaluation and Risk Assessment (MERA).
Hasil studi ini menunjukkan bahwa 57,7% dari total tangkapan perikanan karang dan demersal skala kecil di Teluk Saleh terdiri dari ikan kerapu dan kakap (Lutjanidae). Perikanan ini merupakan perikanan yang kompleks, dimana teridentifikasi sebanyak delapan metode penangkapan yang dioperasikan untuk menangkap 75 spesies kerapu dan kakap. Empat spesies diantaranya, yaitu kerapu sunu (Plectropomus leopardus), kerapu lumpur (Epinephelus coioides), kerapu lodi (Plectropomus maculatus), dan kakap merah (Lutjanus malabaricus) menjadi target tangkapan utama nelayan di Teluk Saleh. Keempat spesies tersebut ditangkap dengan menggunakan tiga metode penangkapan utama, yaitu, rawai dasar (bottom longline), panah (speargun), dan pancing ulur (handline). Hasil tangkapan dari ketiga alat tangkap tersebut berkontribusi sebesar >90% terhadap total tangkapan di Teluk Saleh. Komposisi hasil tangkapan bervariasi seiring dengan kedalaman perairan, musim, dan/atau tahun. Aktivitas penangkapan ikan mengikuti pola waktu yang dipengaruhi oleh pola musim, dan nelayan menggunakan taktik tertentu dimana meraka cenderung menargetkan spesies bernilai ekonomi tinggi demi memaksimalkan pendapatan.
Studi biologi dan analisis data hasil tangkapan dari program pemantauan pendaratan ikan digunakan untuk mengevaluasi kembali rasio potensi pemijahan (spawning potential ratio, SPR) dari spesies E. fuscoguttatus. Spesies ini merupakan salah satu dari 12 spesies yang menjadi fokus pengelolaan di Teluk Saleh. Spesies ini menjadi perhatian karena hasil pendugaan sebelumnya menunjukan nilai SPR yang hanya berkisar antara 0,05 hingga 0,07, jauh dibawah titik acuan batas (limit reference point, LRP) dari SPR (0,20) dan titik acuan target (target reference point, TRP) 0,30. Hasil studi ini menghasilkan nilai pendugaan L50 (panjang dimana 50% populasi telah dewasa) yang ~100 mm lebih kecil dari estimasi sebelumnya. Dengan menggunakan nilai dugaan L50 dari studi ini, pendugaan nilai SPR dari tahun 2017 hingga 2022 menjadi lebih tinggi (berkisar antara 0,11 hingga 0,25), meskipun masih di bawah nilai TRP nya.
Terakhir, studi ini menggunakan aplikasi MERA untuk mengevaluasi prosedur pengelolaan untuk P. leopardus di Teluk Saleh. Hasil studi menunjukkan bahwa pembatasan ukuran tangkap dan penutupan lokasi penangkapan melalu sistem zonasi kawasan konservasi saat ini mungkin tidak efektif karena rendahnya kepatuhan dan terbatasnya luas zona larangan tangkap di dalam kawasan-kawasan konservasi di Teluk Saleh tersebut. Luasan zona larang tangkap yang ada saat ini masih lebih kecil dari wilayah jelajah spesies ini. Rekomendasi untuk meningkatkan keberlanjutan perikanan kerapu dan kakap di Teluk Saleh mencakup penjajakan penerapan pembatasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan, penutupan musiman untuk membatasi upaya penangkapan (terutama pada musim pemijahan), memperkuat penegakan aturan yang sudah ada, serta melakukan studi lebih lanjut mengenai aspek life-history dan pendugaan stok.
Secara umum, studi ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman menyeluruh terhadap dinamika perikanan skala kecil dan perlunya strategi pengelolaan adaptif yang selaras dengan konteks lokal. Kolaborasi berkelanjutan antara peneliti, pengelola perikanan, dan pemangku kepentingan sangat penting untuk mengatasi tantangan pengelolaan dan menegakkan pengelolaan yang efektif untuk menjamin keberlanjutan perikanan. Penekanan tambahan harus diberikan pada penelitian dan peningkatan kapasitas yang bertujuan untuk memperbaiki pendataan, meningkatkan kualitas pendugaan stok, dan menyempurnakan strategi pengelolaan, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan jangka panjang perikanan skala kecil di Teluk Saleh.
Collections
- DT - Fisheries [725]