Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berdasarkan Nilai Manfaat Sumberdaya di Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara
Date
2024Author
Mazlan
Yulianda, Fredinan
Yulianto, Gatot
Rachmawani, Dori
Metadata
Show full item recordAbstract
Mangrove merupakan tumbuhan yang dapat ditemukan di daerah estuaria dan pantai yang landai dengan jenis substrat berlumpur, mangrove juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem Mangrove berada di wilayah peralihan antara darat dan laut, ekosistem ini memiliki peran yang sangat penting baik secara ekologi maupun ekonomi, sehingga mangrove dijuluki sebagai ekosistem yang multifungsi, adapun manfaat mangrove dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah tambak dan biota asosiasi yang memiliki nilai ekonomi sehingga potensi yang terdapat pada ekosistem mangrove dapat terekpose. Potensi ekosistem mangrove yang sangat besar membuat keberadaannya terancam, sehinga penting untuk jaga kelestariannya. Pengelolaan untuk menjaga keseimbangan ekosistem mangrove perlu dipertahankan agar manfaat ekonomi ini dapat berlanjut. Kerjasama antara pemangku kepentingan, pelestarian lingkungan, dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan kelangsungan ekosistem mangrove sebagai kawasan perlindungan kawasan dan penyedia jasa ekonomi karena pengelolaan yang tidak memperhatikan keberlanjutan ekosistem dapat menyebabkan kerusakan yang fatal akibat ulah manusia yang tidak mengerti manfaat dari ekosistem mangrove sehingga membuat kerusakan yang dapat mengancam keberlanjutan ekosistem mangrove. Kerusakan mangrove yang terjadi disebabkan oleh manusia adalah pemanfaatan mangrove untuk berbagai keperluan seperti pembuatan tambak, pemukiman, dan industri, semakin banyak pemanfaatan yang tidak memperhatikan ekologi maka semakin rusaknya kondisi ekosistem mangrove diakibatkan oleh konversi lahan menjadi berbagai peruntukan. Pencegahan kerusakan pada ekosistem mangrove dapat dilakukan dengan cara mengelola ekosistem mangrove untuk memastikan ketersediaan sumberdaya karena pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove yang baik akan memberikan dampak langsung terhadap masyarakat sekitar kawasan mangrove.
Metode pendekatan menggunakan analisis nilai ekonomi total dan pengelolaan ekosistem mangrove berdasarkan akar permasalahan lalu dilakukan analisis strategi pengelolaan ekosistem mangrobe menggunakan SWOT. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan pengusaha tambak di Kabupaten Tanah Tidung Kalimantan Utara. Penetapan sampel dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dimana secara jumlah sampel dapat menggambarkan dan merepresentasikan hasil disuatu wilayah sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luasan ekosistem mangrove yang siginifikan di Kabupaten Tana Tidung dari tahun 1994 sampai tahun 2023 mencapai 26.881 hektar akibat alih fungsi lahan menjadi tambak. Tambak merupakan salah satu dari manfaat dari ekosistem mangrove sebagai penyedia jasa lingkungan seperti nursery ground, Potensi nilai manfaat yang terdapat pada ekosistem mangrove di Kabupaten Tana Tidung mencapai Rp 318.978.426.178 per/tahun sehingga dapat dipastikan bahwa mangrove sangat berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dapat memanfaatkannya dan perlu dilakukan pengelolaan agar manfaat yang diperloeh dapat di rasakan secara terus menurus.
Strategi pengelolaan ekosistem mangrove berdasarkan akar permasalahan sebagai salah satu pengelolaan alternatif yang tepat untuk diterapkan di Kabupaten Tana Tidung dengan memberikan rekomendasi pengelolaan memalui akar permasalahan pada lokasi penelitian, karena model pengelolaan ini memperhatikan keberlanjutan ekosistem. Pengelolaan ini dapat diimplementasikan oleh masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian. Rekomendasi pemanfaatan ekosistem yang ramah lingkungan seperti tambak silvofishery serta pemanfaatan memperhatikan keberlanjutan ekosistem sehingga terbentuknya keseimbangan antara ekologi dan ekonomi ekosistem mangrove di Kabupaten Tana Tidung. Adapun rekomendasi strategi pengelolaan ekosistem mangrove yang disarankan adalah (1) Pengelolaan yang memanfaatkan ekosistem mangrove secara optimal untuk hasil perikanan tangkap, tambak, dan ekowisata dengan memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan ekosistem mangrove. (2) Pengelolaan yang melakukan penanaman mangrove (rehabilitasi dan restorasi) untuk memperbaiki kondisi ekosistem mangrove. (3) Strategi pengelolaan dengan cara meningkatkan partispasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove. (4) Strategi pengelolaan yang meningkatkan pengawasan pemanfaatan ekosistem mangrove untuk mengawasi oknum yang melakukan pemanfaatan tampa izin. (5) Strategi pengelolaan dengan melakukan peningkatan perekonomian masyarakat dengan cara memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di mangrove seperti mengolah buah mangrove menjadi produk, penangkapan ikan dan kepiting, serta membuat tambak silvofishery yang ramah lingkungan sehingga dapat dipastikan keberlanjutan dari ekosistem mangrove tersebut terjamin. Mangroves are plants found in estuarine and gently sloping coastal areas with muddy substrates, influenced by tidal sea water. The Mangrove ecosystem is located in the transitional zone between land and sea, playing a crucial role both ecologically and economically. Therefore, mangroves are dubbed as a multifunctional ecosystem. The benefits of mangroves, whether direct or indirect, include ponds and associated biota with economic value, thus exposing the potential of the mangrove ecosystem. The immense potential of mangrove ecosystems makes their existence threatened, thus it is important to preserve them. Management to maintain the balance of the mangrove ecosystem needs to be upheld to ensure the continuity of these economic benefits. Collaboration among stakeholders, environmental conservation, and sustainable resource management are crucial to ensure the sustainability of the mangrove ecosystem as a protected area and provider of economic services. Mismanagement can lead to irreversible damage caused by human activities that fail to recognize the benefits of the mangrove ecosystem, thus posing a threat to its sustainability. Human-induced mangrove damage arises from various uses such as pond construction, settlements, and industries. The more ecologically disregarding the utilization, the more deteriorated the condition of the mangrove ecosystem due to land conversion for various purposes. Prevention of mangrove ecosystem damage can be achieved through managing the ecosystem to ensure resource availability because proper mangrove ecosystem management and utilization will directly impact the surrounding communities.
The methodological approach employs total economic value analysis and mangrove ecosystem management based on root problem analysis followed by SWOT analysis for management strategies. Samples are selected from the population that is considered to represent the population. The population in this research consists of the community and pond entrepreneurs in Tana Tidung Regency, North Kalimantan. Sample selection is done using purposive sampling, where the sample size can represent and depict the results in an area as expected.
Research results indicate a significant reduction in mangrove ecosystem area in Tana Tidung Regency from 1994 to 2023, reaching 26,881 hectares due to land conversion into ponds. Ponds are one of the benefits of the mangrove ecosystem as environmental service providers such as nursery grounds. The potential value of benefits in the mangrove ecosystem in Tana Tidung Regency reaches IDR 318,978,426,178 per year, indicating the great potential of mangroves in improving the welfare of communities that can utilize them, thus requiring management to ensure continuous benefits.
Management strategies for the mangrove ecosystem based on root problems serve as one of the appropriate alternative management to be applied in Tana Tidung Regency by providing management recommendations through addressing the root problems at the research location, as this management model considers ecosystem sustainability. This management can be implemented by communities to enhance the economy. Recommendations for environmentally friendly ecosystem utilization such as silvofishery ponds and utilization considering mangrove ecosystem sustainability are made to establish a balance between the ecology and economy of the mangrove ecosystem in Tana Tidung Regency. Recommended mangrove ecosystem management strategies include: (1) Optimal utilization management of mangrove ecosystems for capture fisheries, ponds, and ecotourism while considering mangrove ecosystem preservation and sustainability. (2) Mangrove planting management (rehabilitation and restoration) to improve mangrove ecosystem conditions. (3) Management strategy by increasing community participation in mangrove ecosystem management. (4) Management strategy by enhancing monitoring of mangrove ecosystem utilization to oversee unauthorized utilization. (5) Management strategy by improving community economies through utilizing natural resources found in mangroves such as processing mangrove fruits into products, fish and crab catching, and establishing environmentally friendly silvofishery ponds, ensuring the sustainability of the mangrove ecosystem.
Collections
- MT - Fisheries [3014]