Model Pemanfaatan Larva Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Date
2024Author
Zulkifli, Sunarto
Jayanegara, Anuraga
Pramudya N, Bambang
Fahmi, Melta Rini
Metadata
Show full item recordAbstract
Kota Depok, Indonesia menghadapi tantangan signifikan dengan populasi lebih dari 2 juta orang, yang secara substansial memengaruhi masalah sampah, khususnya sisa makanan, yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca antropogenik global. Untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan, sangat penting untuk mengurangi jumlah susut makanan. Dalam mengatasi masalah ini, larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens) atau larva Black Soldier Fly (BSF) muncul sebagai solusi potensial karena kemampuannya untuk menguraikan sisa makanan menjadi biomassa. Selain itu, larva BSF dapat sekaligus menyediakan sumber protein yang berkelanjutan. Tantangan dalam mengimplementasikan larva BSF untuk manajemen sampah termasuk menemukan kinerja larva BSF, meningkatkan kesadaran di masyarakat, mengatasi keterbatasan infrastruktur, melibatkan para pemangku kepentingan, dan mengatasi ancaman keberlanjutan. Kebaruan penelitian ini adalah tersedianya model pemanfaatan larva BSF untuk mengelola sampah berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan di Kota Depok yang memiliki permasalahan dalam pengelolaan sampah. Tujuan utama penelitian ini adalah merancang model pemanfaatan larva BSF untuk pengelolaan sampah berkelanjutan di Kota Depok. Tujuan antara dari penelitian ini adalah mengkaji dampak jenis sampah terhadap Waste Reduction Index (WRI), mengidentifikasi stakeholder kunci, dan menganalisis leverage kunci keberlanjutan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk survei dan tinjauan sistematis. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini termasuk Openmee, Mactor, Rapfish dan Powersim. Aplikasi Openmee digunakan untuk melakukan proses penelitian meta-analysis. Aplikasi Mactor digunakan untuk menemukan stakeholder kunci, Aplikasi Rapfish digunakan untuk menemukan leverage kunci keberlanjutan. Aplikasi Powersim digunakan untuk membuat model.
Studi ini menganalisis 45 buah penelitian mengenai berbagai jenis sampah yang kemudian dikelompokkan dalam jenis sampah dapur, sampah buah/sayuran dan sampah kotoran. Penelitian ini menemukan bahwa sampah dapur memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap WRI. Sampah dapur juga memiliki dampak yang lebih baik daripada jenis sampah lainnya. Semakin tinggi nilai WRI, maka volume sampah yang akan dihabiskan semakin banyak. Semakin banyak volume sampah dapur atau sisa makanan yang diturunkan akan menghasilkan penurunan emisi gas rumah kaca lebih baik. Selanjutnya sampah dapur ini menjadi prioritas utama dalam penelitian ini.
Studi kemudian dilanjutkan dengan penelitian untuk mengidentifikasi stakeholder kunci untuk keberhasilan program. Penelitian ini mengidentifikasi 28 stakeholder yang terlibat dalam pemanfaatan larva BSF dan 4 (empat) skenario pemanfaatan larva BSF. Skenario tersebut antara lain: membangun infrastruktur Reaktor BSF tingkat kota, menerapkan kebijakan insentif dalam pemanfaatan larva BSF, membangun infrastruktur Reaktor BSF tingkat RW dan membuat tata kelola
sampah kota. Penelitian ini menemukan bahwa stakeholder kunci dalam kesuksesan program ini adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Disperindag, UPTD Pasar, Ketua RT dan Ketua RW. Skenario terbaik dalam pemanfaatan larva BSF ini adalah membangun infrastruktur Reaktor BSF tingkat RW.
Studi ini kemudian dilanjutkan dengan menganalisis keberlanjutan program. Dimensi yang diukur antara lain: dimensi sosial, lingkungan, ekonomi, tata kelola dan teknologi. Penelitian ini menemukan bahwa implementasi infrastruktur Reaktor BSF masuk dalam kategori cukup keberlanjutan. Leverage kunci keberlanjutan program ini adalah dimensi tata kelola. Sedangkan atribut keberlanjutan yang menjadi leverage keberlanjutan adalah pendampingan dari DLHK.
Penelitian ini juga merancang model pemanfaatan larva BSF untuk mengelola sampah. Model memproyeksikan pada tahun 2030 populasi Kota Depok mencapai 2.793.737 jiwa dan timbulan sampah yang dihasilkan mencapai 594.111 ton. Model menggunakan 4 (empat) skenario, antara lain: BAU, pesimis, moderat dan optimis. Skenario terbaik dalam model ini adalah skenario moderat yakni membangun 5 (lima) unit Reaktor BSF di setiap kelurahan dengan kapasitas 73 ton sampah per tahun. Skenario ini mampu menyelesaikan 68.662,70 ton sisa makanan pada tahun 2030 dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 11%. Produk samping yang diperoleh antara lain: 4.339,48 ton larva BSF dan 13.732,54 ton pupuk organik, dengan pendapatan total mencapai Rp75.913.483.419. Kebijakan terkait pemanfaatan larva BSF yang perlu diambil antara lain: pendampingan DLHK, pelibatan masyarakat secara lebih luas, pemanfaatan dana CSR (Corporate Social Responsibility), pemanfaatan lahan kosong, sinergi antar dinas dan persyaratan penyediaan Reaktor BSF untuk pemukiman baru.