Show simple item record

dc.contributor.advisorNuryati, Sri
dc.contributor.advisorSukenda, Sukenda
dc.contributor.advisorYuhana, Munti
dc.contributor.authorSeptarisa, Geza Intan
dc.date.accessioned2024-06-11T07:24:44Z
dc.date.available2024-06-11T07:24:44Z
dc.date.issued2024-06-11
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152760
dc.description.abstractPenyakit vibriosis merupakan salah satu wabah penyakit yang menjadi kendala dalam kegiatan budidaya, salah satunya disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus yang berpengaruh dalam penurunan produksi pada budidaya udang vaname. Penggunaan bahan herbal merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan serangan penyakit yang disebabkan oleh beberapa bakteri. Salah satu bahan herbal yang memiliki kandungan yang mampu meningkatkan daya tahan (imunitas) adalah tanaman pisang ambon. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak batang pisang ambon (EBPA) melalui pakan dalam meningkatkan respons imun, pertumbuhan dan resistansi udang vaname terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri V. parahaemolyticus. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri atas 5 perlakuan dan 4 ulangan meliputi 2 perlakuan kontrol (kontrol negatif dan kontrol positif) dan 3 perlakuan pemberian pakan yang mengandung EBPA yaitu dosis 0,5 g kg-1 (P1), 0,75 g kg-1 (P2), dan 1 g kg-1 (P3) pakan. Pakan diberikan sesuai perlakuan sebanyak 5 kali sehari pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, 18.00, 22.00 WIB dengan feeding rate 10-8% bobot biomassa udang. Pemeliharaan udang dengan pakan perlakuan dilakukan selama 30 hari, dilanjutkan dengan uji tantang dan pemeliharaan pasca uji tantang selama 28 hari. Pembuatan EBP A menggunakan batang pisang yang sudah panen buah lalu dipotong kecil-kecil dan ditambahkan etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (1 g batang pisang : 10 mL etanol 96%) serta dilakukan proses evaporasi untuk mendapatkan ekstrak kental dari batang pisang ambon. Dilanjutkan dengan pembuatan pakan uji dengan mencampurkan akuades 300 mL dengan putih telur 2% sebagai binder kemudian ditambahkan EBPA dengan dosis 0,5 g kg-1, 0,75 g kg-1, dan 1 g kg-1 sesuai perlakuan, campuran bahan tersebut kemudian diaduk rata lalu dicampurkan pada pakan dan dibiarkan mengering pada suhu ruang hingga siap untuk digunakan. Hewan uji yang digunakan adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei) berukuran rata-rata 1,43  0,02 g ekor-1 dengan wadah pemeliharaan yang digunakan berupa bak tabung diameter 112 cm dan tinggi 110 cm dengan ketinggian air 22 cm, sedangkan wadah untuk uji tantang menggunakan akuarium ukuran 60x30x30 cm3 dengan volume air 20 L. Udang ditebar pada wadah pemeliharaan dengan kepadatan 100 ekor bak tabung-1 dan pada wadah uji tantang dengan kepadatan 20 ekor akuarium-1. Bakteri yang digunakan untuk uji tantang adalah bakteri V. parahaemolyticus yang telah ditandai dengan rifampisin resistan yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Organisme Akuatik. Uji tantang dilakukan dengan metode injeksi mengacu pada hasil LD50 (konsentrasi V. parahaemolyticus yang menyebabkan kematian udang sebanyak 50%). Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah parameter pertumbuhan meliputi laju pertumbuhan spesifik (LPS) dan feed conversion ratio (FCR). Kemudian udang diuji tantang dengan diinjeksi bakteri V. parahaemolyticus (10-5 CFU mL-1) dengan parameter pengamatan meliputi respons imunitas (total haemocyte count (THC), aktivitas fagositosis (AF), phenoloxidase (PO), respiratory burst (RB)), kelimpahan bakteri, histopatologi, ekspresi gen Lipopolysaccharide- and β-1, 3-glucan-binding protein (LGBP) dan peroxinextine (PE), dan gejala klinis. Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname yang diberi EBPA pada pakan selama 30 hari pemeliharaan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap rata-rata bobot akhir, LPS, RKP, dan TKH dibandingkan kontrol. Pengamatan terhadap respons imunitas menunjukkan bahwa penambahan EBPA melalui pakan selama 30 hari mampu memberikan nilai THC, AF, RB, dan PO yang berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol, baik sebelum dan setelah uji tantang yang diukur pada pada hari ke 0, 30, H+1 (1 hari setelah uji tantang), H+7 (7 hari setelah uji tantang), H+14 (14 hari setelah uji tantang), H+21 (21 hari setelah uji tantang), H+28 (28 hari setelah uji tantang). Penghitungan populasi bakteri di usus udang vaname meliputi jumlah vibrio total dan jumlah V. parahaemolyticus. Populasi jumlah vibrio total dan jumlah V. parahaemolyticus tertinggi setelah 1 hari uji tantang (H+1) terdapat pada perlakuan kontrol positif berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Lalu 14 hari (H+14) dan 28 hari setelah uji tantang (H+28), jumlah vibrio total dan jumlah V. parahaemolyticus semua perlakuan menunjukkan penurunan. Total V. parahaemolyticus pada masing masing perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami penurunan dengan nilai lebih rendah (P<0.05) dibanding perlakuan kontrol positif. Histopatologi yang diamati yaitu organ hepatopankreas udang vaname pada hari ke 30, H+1(1 hari setelah uji tantang), dan H+28 (28 hari setelah uji tantang). Didapatkan hasil pengamatan pada perlakuan P1, P2, dan P3 dapat mengurangi kerusakan pada organ hepatopankreas dibandingkan kontrol positif yang banyak mengalami kerusakan seperti vakuolisasi, tubulus nekrosis, dan sel B nekrosis. Pengamatan ekspresi gen LGBP dan gen PE udang vaname yang dipelihara dengan perlakuan penambahan EBPA dan diuji tantang bakteri V. parahaemolyticus memberikan nilai ekspresi gen yang berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol positif, baik sebelum dan setelah uji tantang pada hari ke-30, H+1 (1 hari setelah uji tantang), H+7 (7 hari setelah uji tantang). Hasil dari pengamatan gejala klinis didapatkan perlakuan P1, P2 dan P3 mengalami infeksi sedang setelah uji tantang dan terus mengalami peningkatan hingga menjadi infeksi ringan sedangkan untuk kontrol positif mengalami infeksi yang berat setelah uji tantang dan berakhir hanya sampai infeksi sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian EBPA mampu meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname terhadap infeksi V. parahaemolyticus. Perlakuan (P2) dengan dosis 0,75 g kg-1 pakan merupakan dosis terbaik yang mampu meningkatkan performa pertumbuhan, respons imun, ekspresi gen terkait imunitas, mengurangi populasi V. parahaemolyticus pada usus, hepatopankreas dan gejala klinis pada udang vaname sebelum dan setelah uji tantang.id
dc.description.sponsorshipKEMENDIKBUD RISTEK (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEfektivitas ekstrak batang pisang ambon Musa cavendishii var. dwarf Paxton untuk pencegahan infeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus pada udang vaname Litopenaeus vannameiid
dc.title.alternativeEffectiveness of Ambon Banana Stem Extract Musa cavendishii var. dwarf Paxton for Prevention Vibrio parahaemolyticus Bacterial Infection in Vaname Shrimp Litopenaeus vannameiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordambon banana stem extractid
dc.subject.keywordvannamei shrimpid
dc.subject.keywordVibrio parahaemolyticusid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record