Show simple item record

dc.contributor.advisorSuprehatin, Suprehatin
dc.contributor.advisorUtami, Anisa Dwi
dc.contributor.authorSudewo, Vieri Revaly Prasasta
dc.date.accessioned2024-06-06T23:41:00Z
dc.date.available2024-06-06T23:41:00Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152708
dc.description.abstractUrbanisasi, perubahan pola makan, dan pergeseran dalam rantai pasokan pangan telah menjadi pendorong utama transformasi pangan di Indonesia. Preferensi belanja konsumen telah bergeser dari produk beras ke produk pertanian bernilai tinggi seperti sayur dan buah. Dalam memahami faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pangan individu, penelitian sering menggunakan alat seperti Food Choice Questionnaire (FCQ) yang terdiri dari sembilan faktor utama pilihan pangan oleh individu konsumen yaitu harga, kesehatan, suasana hati, kemudahan, daya tarik sensoris, kandungan alami, kontrol berat badan, familiaritas, dan pertimbangan etis. FCQ diyakini sebagai kuesioner yang mampu menangkap pilihan pangan konsumen berdasarkan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Studi empiris mengenai motif pilihan pangan baik di negara maju maupun berkembang telah menggunakan FCQ telah diterapkan pada berbagai segmen konsumen, seperti konsumen pangan organik, remaja, dan dalam studi perbandingan antar gender. Penelitian mengenai konsumen pekerja masih terbatas, meskipun segmen ini memiliki pola tersendiri dalam pilihan pangan karena tingkat pendidikan, alokasi waktu di kantor, dan lingkungan kerja yang dinamis. WHO dan ILO menekankan pentingnya meneliti kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja, yang mencakup hampir setengah populasi global. Pola makan sehat dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas pekerja, namun penelitian menunjukkan pilihan makanan pekerja sering tidak memadai secara gizi, meningkatkan risiko penyakit kronis. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan FCQ untuk memahami motif pilihan pangan pekerja, serta pengaruh lingkungan kerja dan kebiasaan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik konsumen pekerja, faktor-faktor sosioekonomi yang memengaruhi pilihan pangan, dan klasterisasi konsumen pekerja berdasarkan faktor sosioekonomi dan dimensi FCQ, dengan fokus pada pekerja di Jakarta, pusat bisnis dan provinsi berpendapatan tertinggi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui survei daring menggunakan kuesioner FCQ dengan 36 item bahasa Indonesia. Populasi responden adalah pelanggan Telkomsel yang bekerja di Jakarta, dengan pengambilan sampel menggunakan pendekatan stratified random sampling. Penelitian ini mendapatkan 296 responden pekerja pria dan wanita dengan proporsi yang hampir seimbang. Data dikumpulkan pada bulan Februari 2024 melalui platform Tsurvey. Metode analisis data mencakup analisis deskriptif, principal component analysis (PCA), dan analisis klaster. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan profil responden, PCA dilakukan untuk mengurangi kompleksitas data, sedangkan analisis klaster digunakan untuk mengelompokkan responden berdasarkan kesamaan faktor pilihan pangan. Hasil analisis faktor pada variabel sosioekonomi menunjukkan adanya dua faktor yang saling berkorelasi, yaitu faktor profil sosioekonomi dan dimensi pendidikan dan ekonomi. Berdasarkan hasil PCA, teridentifikasi enam faktor utama yang memengaruhi preferensi pangan pada konsumen pekerja di DKI Jakarta yaitu harga, kesehatan, suasana hati, kemudahan dan daya tarik sensoris, kandungan alami dan kontrol berat badan, serta familiaritas dan pertimbangan etis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada penggabungan beberapa faktor dari sembilan faktor FCQ orisinil berdasarkan hasil PCA. Teridentifikasi enam faktor, yaitu kesehatan, suasana hati, kemudahan dan daya tarik sensoris, kandungan alami dan kontrol berat badan, harga, familiaritas dan pertimbangan etis. Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prioritas faktor-faktor pilihan pangan antara konsumen pekerja pria dan wanita berbeda. Faktor pilihan pangan yang menjadi prioritas utama bagi konsumen pekerja pria adalah kesehatan (0.786), diikuti oleh harga (0.778) dan suasana hati (0.702). Sementara itu, konsumen pekerja wanita lebih memprioritaskan suasana hati (0.745), diikuti oleh kesehatan (0.708), serta kandungan alami dan kontrol berat badan (0.689). Hal ini mengindikasikan variasi dalam pilihan pangan di antara kedua kelompok segmen konsumen tersebut. Hasil analisis klaster menunjukkan bahwa ada tiga klaster konsumen pekerja berdasarkan faktor sosioekonomi dan FCQ. Tiga klaster unik yang masing-masing memiliki kecenderungan yang sama dalam pilihan pangan tersebut yaitu klaster konsumen pekerja lajang, pekerja menikah, dan pekerja mapan. Berdasarkan jenis kelamin, ada perbedaan klaster antara segmen konsumen pekerja pria dan wanita. Ada tiga klaster signifikan pada konsumen pekerja pria, yaitu klaster konsumen pekerja pria menengah ke bawah, pria muda, dan pria tua mapan. Di lain pihak, terdapat empat klaster yang pada segmen konsumen pekerja wanita, yaitu klaster konsumen pekerja wanita karir, wanita muda, wanita lajang, dan wanita menikah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kompleksitas dan variasi dalam pilihan pangan di antara klaster-klaster konsumen pekerja di Jakarta, dengan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok jenis kelamin pada konsumen pekerja tersebut. Secara keseluruhan, hasil penelitian memberikan wawasan yang berharga mengenai motif pilihan pangan konsumen pekerja di Jakarta. Implikasi utama dari hasil penelitian ini adalah pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi pilihan pangan konsumen pekerja di negara berkembang khususnya Indonesia selain mengutamakan faktor harga juga terdapat faktor-faktor lain seperti kesehatan, suasana hati, dan lainnya. Temuan ini memberikan peluang bagi industri pangan dan agribisnis untuk memproduksi pangan dengan ragam credence attributes dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif, dengan menekankan pada nilai kesehatan dan lainnya. Selain itu, penelitian mengungkap bahwa konsumen pekerja sebagai golongan mayoritas di masyarakat Indonesia mengalami penurunan konsumsi pangan berupa beras dan mulai bergeser ke konsumsi pangan bernilai tinggi seperti buah dan sayur, sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan kembali kebijakan-kebijakan yang berfokus pada beras saja untuk menjaga kestabilan pangan bernilai tinggi lainnya.id
dc.description.abstractUrbanization, changes in dietary patterns, and shifts in the food supply chain have been the main drivers of food transformation in Indonesia. Consumer shopping preferences have shifted from rice products to high-value agricultural products such as vegetables and fruits. In understanding the factors that influence individual food preferences, research often uses tools such as the Food Choice Questionnaire (FCQ), which consists of nine main factors of food choice by consumers: price, health, mood, convenience, sensory appeal, natural content, weight control, familiarity, and ethical consideration. The FCQ is believed to be a questionnaire capable of capturing consumer food choices based on the development of previous research. The FCQ has also proven to be effective as a tool for measuring food motives and preferences in various population groups. Empirical studies on food choice motives, both in developed and developing countries, have used the FCQ and have been applied to various consumer segments, such as organic food consumers, adolescents, and in studies comparing gender differences. Research on working consumers is still limited, even though this segment likely has distinct patterns in food choices due to specific educational levels, office time allocation, and dynamic work environments. WHO and ILO emphasize the importance of studying the health, safety, and well-being of workers, who comprise nearly half of the global population. A healthy and balanced diet can improve workers' health and productivity, but studies show that workers' food choices are often nutritionally inadequate, increasing the risk of chronic diseases. Therefore, this study uses the Food Choice Questionnaire (FCQ) to understand the motives behind workers' food choices and how their work environment and daily habits influence these choices. The research aims to identify the characteristics of working consumers, socio-economic factors influencing their food choices, and clustering of working consumers based on socio-economic factors and FCQ dimensions. The study focuses on working consumers in Jakarta, a metropolitan area that is the business center and the province with the highest per capita income in Indonesia. This study used primary data obtained through an online survey using an FCQ questionnaire with 36 items in the Indonesian language. The population of respondents consisted of Telkomsel customers working in Jakarta, with the sampling method using a stratified random sampling approach. The study obtained 296 male and female worker respondents with nearly balanced proportions. Data were collected in February 2024 through the Tsurvey platform. Data analysis methods included descriptive analysis, principal component analysis (PCA), and cluster analysis. Descriptive analysis was used to describe respondent profiles, PCA was conducted to reduce data complexity, and cluster analysis was used to group respondents based on similarities in food choice factors. The factor analysis results on socioeconomic variables indicate two correlated factors: socioeconomic profile and the education and economic dimension. Based on the PCA results, six main factors influencing food preferences among worker consumers in DKI Jakarta were identified: price, health, mood, convenience and sensory appeal, natural content and weight control, as well as familiarity and ethical considerations. This research shows a combination of several factors from the original nine FCQ factors based on PCA results. Six factors were identified: health, mood, convenience and sensory appeal, natural content and weight control, price, familiarity, and ethical considerations. Based on gender, the research results also indicate that the priority of food choice factors differs between male and female worker consumers. The primary food choice factor for male worker consumers is health (0.786), followed by price (0.778) and mood (0.702). Meanwhile, female worker consumers prioritize mood (0.745), followed by health (0.708), and natural content and weight control (0.689). This indicates variation in food choices between the two consumer segment groups. Cluster analysis results indicate three clusters of worker consumers based on socioeconomic factors and FCQ. Three unique clusters, each with similar tendencies in food choices, are single worker consumers, married worker consumers, and established worker consumers. Based on gender, there is a difference in clusters between male and female worker consumer segments. There are three significant clusters among male worker consumers, namely lower-middle-class male worker consumers, young males, and established older males. On the other hand, there are four clusters in the female worker consumer segment, namely career women worker consumers, young women, single women, and married women. These research findings indicate the complexity and variation in food choices among worker consumer clusters in Jakarta, with significant differences between the two gender groups in worker consumer segment. Overall, the research provides valuable insights into the food choice motives of worker consumers in Jakarta. The main implication of this research is a deep understanding of the factors influencing the food choices of worker consumers in developing countries, especially in Indonesia. Besides prioritizing price factors, other factors such as health, mood, and others are also significant. These findings provide an opportunity for the food and agribusiness industry to develop more effective marketing strategies by emphasizing the value of health and other factors. Additionally, the research also reveals that workers, as the majority group in Indonesian society, are showing a decrease in consumption of rice and are shifting towards higher-value food consumption such as fruits and vegetables. Therefore, the government may reconsider policies that focus solely on rice to maintain the stability of other high-value foods.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleMotif Pilihan Pangan Konsumen Pekerja di Jakartaid
dc.title.alternativeMotives for Food Choice Among Workers in Jakartaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanalisis klasterid
dc.subject.keywordjakartaid
dc.subject.keywordkonsumen pekerjaid
dc.subject.keywordpilihan panganid
dc.subject.keywordprincipal component analysisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record