Pengetahuan Gizi dan Praktik Gizi Seimbang serta Status Gizi Siswa/i Sekolah Menengah di Kabupaten Aceh Barat
Date
2024-06Author
Dewi, Ranita Suri
Dwiriani, Cesilia Meti
Khomsan, Ali
Metadata
Show full item recordAbstract
Remaja menjadi aset berharga bagi bangsa untuk mewujudkan generasi penerus yang lebih berkualitas. Masalah gizi yang terjadi pada remaja termasuk dalam triple burden of malnutrition, yaitu kekurangan dan kelebihan gizi serta kekurangan zat gizi mikro (Rah et al. 2021). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (Kemenkes, 2013) menunjukkan prevalensi remaja 13-15 tahun yang mengalami gizi kurang 11,1% dan turun menjadi 8,7% di tahun 2018, gizi lebih 10,8 % meningkat menjadi 16% di tahun 2018, gizi pendek 35,2% dan turun menjadi 25,7 % pada 2018 (Kemenkes, 2018a). Di Kabupaten Aceh Barat, prevalensi remaja usia 13-15 tahun yang mengalami gizi kurang 4,7%, pendek 52,1% dan gizi lebih 16,4%. Pada remaja 16-18 tahun yang mengalami gizi kurang 7,3%, pendek 30,8% dan gizi lebih 18,0% (Kemenkes, 2018). Kabupaten Aceh Barat menjadi kabupaten dengan prevalensi remaja pendek usia 13-15 tertinggi di provinsi Aceh. Faktor pemicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja di antaranya adalah kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, dan mudah terpengaruh oleh media massa. Pengetahuan gizi merupakan faktor fundamental untuk memperoleh pola makan yang sehat. Sekolah menjadi tempat bagi siswa untuk belajar dan memberikan peluang besar untuk memungkinkan mereka membentuk dan mengubah praktek gizi. Selain itu karakteristik wilayah tempat tinggal yang berbeda dapat memengaruhi akses pangan, ketersediaan pangan, dan kebiasaan makan yang pada akhirnya memengaruhi status gizi seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan praktek gizi seimbang serta status gizi siswa/i sekolah menengah di Kabupaten Aceh Barat.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Barat yang terbagi atas dua wilayah, yaitu desa dan kota. Penelitian ini telah lolos kajian etik yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Universitas Muhammadiyah Semarang dengan No. 221/KE/09/2023. Pada metode kualitatif penelitian data diperoleh melalui hasil Focus Group Discussion (FGD) dan content analysis (analisis konten). Sampel minimal pada penelitian ini sebanyak 78 subjek sehingga total keseluruhan subjek sebanyak 312 orang. Data yang didapat pada penelitian ini adalah data primer meliputi: karakteristik subjek, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, praktek hidup bersih dan sehat, aktivitas fisik serta pemantauan berat badan yang dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data asupan menggunakan food recall 2x24 jam, antropometri menggunakan timbangan BIA dan microtoice. Analisis data menggunakan SPSS versi 26.0 dengan menggunakan uji deskriptif, Mann Whitney Test, Chi Square Test dan uji regresi logistik berganda.
Terdapat tujuh mata pelajaran di sekolah menengah di desa dan kota yang memuat materi gizi yaitu IPA (Biologi dan kimia), Bahasa Inggris, Pra karya, Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits dan Fiqih, sedangkan hanya satu mata pelajaran yang memuat materi gizi seimbang yaitu PJOK. Sebagian besar guru sekolah menengah di desa dan kota di Aceh Barat tidak mengetahui Pedoman Gizi Seimbang.
Lebih dari tiga perempat orang tua di desa dan di kota berusia 19-59 tahun. Hampir seperlima pendidikan orang tua di kota dan di desa sampai tingkat SMA/MA/Sederajat. Lebih dari tiga perempat ayah di desa dan sepertiga ayah di kota bekerja sebagai buruh/petani. Hampir dua per tiga pendapatan orang tua di desa dan di kota adalah <Rp579.227. Lebih dari seperlima keluarga di desa dan di kota beranggotakan 5-6 orang. Hampir dua per tiga siswa berjenis kelamin perempuan. Skor rata-rata pengetahuan gizi, skor rata-rata tingkat kecukupan energi dan zat gizi, skor rata-rata kualitas diet, skor rata-rata praktik hidup bersih dan sehat, serta frekuensi pemantauan berat badan siswa di kota signifikan lebih tinggi dibanding di desa. Skor rata-rata aktivitas fisik siswa di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Rata-rata Z-score IMT/U siswa di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Rata-rata % lemak tubuh dan Z-score TB/U siswa di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Pengetahuan gizi, tingkat kecukupan zat gizi, kualitas diet, aktivitas fisik dan total % lemak tubuh berhubungan signifikan positif dengan Z-score IMT/U di desa, lalu tingkat kecukupan zat gizi dan % lemak tubuh juga berhubungan signifikan positif dengan Z score IMT/U di kota. Tingkat kecukupan energi berhubungan signifikan negatif sedangkan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan zat gizi, kualitas diet dan Z-score IMT/U berhubungan signifikan positif dengan % lemak tubuh di desa. Praktik hidup bersih dan sehat, aktivitas fisik dan Z score IMT/U signifikan berhubungan positif dengan % lemak tubuh di kota. Pengetahuan gizi tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein dan tingkat kecukupan lemak berhubungan signifikan negatif dengan Z-score TB/U di desa. Faktor risiko malnutrisi gizi lebih (Z-score IMT/U) pada siswa sekolah menengah adalah tingkat kecukupan protein lebih (OR: 2,723) dan tingkat kecupan lemak lebih (OR: 4,181). Faktor risiko malnutrisi gizi lebih (% lemak tubuh) pada siswa sekolah menengah adalah remaja dengan usia 16-18 (OR: 1,826), remaja perempuan (OR: 2,050), tingkat kecukupan energi lebih (OR: 2,563), tingkat kecukupan lemak lebih (OR: 1,712) dan jumlah keluarga kecil OR: 2,010). Faktor risiko malnutrisi stunting pada siswa sekolah menengah adalah % lemak tubuh tinggi (OR: 1,844).
Perlu adanya evaluasi terhadap buku pelajaran di sekolah menengah yang masih memuat materi terkait empat sehat lima sempurna. Diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada guru agar guru dapat menyampaikan informasi kepada siswa sekolah terkait gizi seimbang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Berdasarkan hasil analisis, perlu dilakukan edukasi gizi dalam upaya meningkatkan pengetahuan gizi dan edukasi terkait kualitas diet pada siswa sekolah menengah meliputi anjuran membatasi asupan gula sehari, batasan mengonsumsi minyak dan lemak, meningkatkan konsumsi pangan nabati, meningkatkan konsumsi sayur dan buah serta anjuran mengonsumsi air putih minimal delapan gelas sehari. Perlu dilakukan edukasi gizi dalam upaya meningkatkan kesadaran siswa untuk melakukan pemantauan berat badan secara berkala dan anjuran melakukan aktivitas fisik/olahraga minimal 150 menit selama lima hari dalam seminggu atau sesuai anjuran yang termuat di pedoman gizi seimbang. Adolescent are valuable assets for the nation to create a higher quality next generation. Nutritional problems that occur in adolescents are included in the triple burden of malnutrition, namely undernutrition and excess nutrition and micronutrient deficiencies (Rah et al. 2021). Basic Health Research (Riskesdas) data (Ministry of Health, 2013) showed that the prevalence of adolescents 13-15 years old who are undernourished was 11.1% and 8.7% in 2018, while overnutrition was 10.8% and increased to 16% in 2018, then malnutrition was 35.2% and decreased to 25.7% in 2018 (Ministry of Health, 2018a). In West Aceh, the prevalence of adolescents aged 13-15 years who undernutrition was 4.7%, stunting was 52.1% and overnutrition was 16.4%. In adolescents 16-18 years old, 7.3% was undernourished, 30.8% was stunted and 18.0% was overnourished (Ministry of Health, 2018). West Aceh Regency is the district with the highest prevalence of stunted adolescents aged 13-15 years in Aceh province. Factors that trigger nutritional problems in adolescents include bad eating habits, wrong understanding of nutrition, excessive preference for certain foods, and being easily influenced by the mass media. Nutritional knowledge is a fundamental factor for achieving a healthy diet. Schools provide a place for students to learn and provide great opportunities to enable them to shape and change nutritional practices. Apart from that, different characteristics of the area where you live can influence food access, food availability and eating habits which ultimately affect a person's nutritional status. Therefore, this study aims to analyze the knowledge and practice of balanced nutrition as well as the nutritional status of middle school students in West Aceh Regency.
The design used in this research is a mixed methods cross sectional study. The research was conducted at four (4) state middle schools in rural (district of Woyla) and urban areas (district of Johan Pahlawan). This research has passed the ethical review issued by the Ethics Commission of the Muhammadiyah University of Semarang with No. 221/KE/09/2023. In qualitative research methods, data is obtained through the results of Focus Group Discussions (FGD) and content analysis. The minimum subject in this study were 78 subjects obtained in the rural and urban and the total number of subjects was 312 people. The data obtained in this study are primary data including: subject characteristics family characteristics, nutritional knowledge, clean and healthy living practices, physical activity and frequency of weight monitoring were collected using questionnaires. Food consumption data using 2x24 hour food recall, anthropometric measurements using BIA and microtoices. Data analysis used SPSS version 26.0 using descriptive tests, Mann Whitney tests, Chi Square tests and multiple logistic regression tests.
There are seven subjects in middle schools in villages and cities that contain nutritional material, namely Natural Sciences (Biology and Chemistry), English, Craft, Morals, Al-Qur'an Hadith and Fiqh, while only one subject contains nutritional material balanced, namely physical education. Most middle school teachers in rural and urban in West Aceh do not know about balanced nutrition guidelines.
More than three quarters of parents in rural and urban aged 19-59 years. Almost one fifth of parents' education in rural and urban were high school/MA/equivalent level. More than three -quarters of fathers in rural and one third of fathers in urban worked as laborers/farmers. Almost two -thirds of parents' income in rural and urban was <Rp579,227. More than a fifth family in rural and urban consists of 5-6 people. Nearly two -thirds of students are female. The average score of nutritional knowledge, the level of energy and nutritional adequacy, the quality diet, clean and healthy life practices, and the frequency of monitoring weight in urban was significantly higher than in rural. The average score of students' physical activity urban was higher than in the village. The average BAZ of students in rural was higher than in urban. The average % body fat and HAZ of students in urban were higher than in rural. Nutritional knowledge, the level of adequacy of nutrients, diet quality, physical activity and total % body fat significantly related to the BAZ in rural, then the level of adequacy of nutrients and % body fat was also significant positive with the BAZ in urban. The level of energy adequacy is significantly negative while nutritional knowledge, the level of adequacy of nutrients, the quality of the diet and the BAZ was significantly positive with % body fat in rural. The practice of clean and healthy living, physical activity and BAZ significantly related to % body fat in urban. Nutrition Knowledge The level of energy adequacy, the level of protein adequacy and the level of fat adequacy is significantly negative with HAZ in rural. Malnutrition risk factors for malnutrition (BAZ) in middle school students are the level of adequacy of more protein (OR: 2,723) and the level of more fat kiss (OR: 4,181). Malnutrition risk factors for malnutrition (% body fat) in middle school students are adolescents with ages 16-18 (OR: 1,826), adolescent girls (OR: 2,050), more energy adequacy levels (OR: 2,563), more fat adequacy rates ( OR: 1,712) and the number of small families OR: 2,010). Malnutrition risk factors of stunting in middle school students were % high body fat (OR: 1,844).
There needs to be an evaluation of textbooks in middle schools that still contain material related to four healthy five perfect. Efforts are needed to increase knowledge and understanding of teachers so that teachers can convey information to school students related to balanced nutrition in accordance with balanced nutrition guidelines. Based on the results of the analysis, nutritional education needs to be carried out in an effort to increase nutritional knowledge and education related to the quality of diet in middle school students including recommended to limit the intake of daily sugar, the limits of consuming oil and fat, increasing the consumption of vegetable food, increasing the consumption of vegetables and fruits as well as recommendations for consuming water at least eight glasses a day. Nutrition education needs to be carried out in an effort to increase student awareness to monitor body weight regularly and recommended physical/exercise activity at least 150 minutes for five days a week or according to the recommendations contained in the Balanced Nutrition Guidelines.
Collections
- MT - Human Ecology [2239]