Implementasi Brand Reputation through Compliance Global Standards (BRCGS) Food Safety di Indonesia
Date
2024Author
Utami, Tiara Anjarsari Nurul
Nurjanah, Siti
Hasanah, Uswatun
Metadata
Show full item recordAbstract
Sistem manajemen keamanan pangan dan budaya keamanan pangan yang positif memiliki peran penting dalam mengurangi penyakit bawaan pangan. Brand Reputation through Compliance Global Standards (BRCGS) Food Safety merupakan standar keamanan pangan internasional yang menawarkan banyak manfaat. Namun, perusahaan menghadapi hambatan dalam penerapannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat dan hambatan yang dialami, sekaligus menganalisis iklim keamanan pangan sebagai persepsi karyawan terhadap budaya keamanan pangan di perusahaan tersertifikasi BRCGS Food Safety di Indonesia, serta hubungan antara keduanya untuk merumuskan rekomendasi implementasi yang lebih baik.
Pendekatan kuantitatif dikembangkan melalui kuesioner daring untuk pengumpulan data yang disebarkan kepada perusahaan tersertifikasi BRCGS Food Safety di Indonesia, dengan target responden adalah orang yang bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan pangan di perusahaan. Manfaat dan hambatan ditentukan berdasarkan tinjauan pustaka sistematis menggunakan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Dari 1566 literatur yang teridentifikasi pada data base jurnal nasional maupun internasional, 37 literatur dikaji secara lengkap dan 12 literatur terpilih digunakan untuk menentukan manfaat serta hambatan yang digunakan dalam kuesioner. Dari 12 literatur tersebut, 15 manfaat dan 9 hambatan teridentifikasi.
Kuesioner diujicobakan kepada 30 responden dari perusahaan tersertifikasi BRCGS Food Safety dengan hasil valid (Cronbach Alpha 0,82 – 0,95) dan reliabel (r hitung > r tabel). Analisis statistika dilakukan terhadap 62 respon dari 144 kuesioner yang dikirimkan, dengan response rate sebesar 43,05% yang dinilai mencukupi apabila dibandingkan dengan penelitian lain sejenis dengan respons berkisar antara 21,6% hingga 68%. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat karakteristik responden, dengan mayoritas responden adalah perusahaan dengan 100 karyawan atau lebih (82%) dan perusahaan yang melakukan ekspor (98,37%) dengan tujuan beragam seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Australia, dan Timur Tengah. Sebagian besar responden adalah perusahaan dengan kategori produk perikanan, 61% responden tidak menggunakan konsultan eksternal dalam implementasi BRCGS Food Safety, dan mayoritas responden memiliki sertifikat BRCGS Food Safety grade A maupun A+.
Lebih dari 50% responden sepakat bahwa penerapan standar ini meningkatkan mutu dan keamanan produk, memastikan kepatuhan terhadap peraturan, serta berdampak positif terhadap citra perusahaan, selaras dengan manfaat yang ditawarkan oleh BRCGS. Analisis faktor eksplorasi dengan metode ekstraksi principal axis factoring dan rotasi varimax mengidentifikasi dua faktor hambatan: (1) investasi, yang mencakup pembiayaan, dan (2) fasilitas, yang meliputi karyawan dan infrastruktur.
Skor rata-rata iklim keamanan pangan seluruh responden adalah 4,01 ± 0,81 dari 5, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi iklim keamanan pangan di perusahan tersertifikasi BRCGS Food Safety di Indonesia sudah cukup baik. Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam skor iklim keamanan pangan antar perusahaan dengan berbagai ukuran, grade BRCGS Food Safety, tipe audit, maupun penggunaan jasa konsultan eksternal (sig. > 0,05). Namun, terdapat kecenderungan bahwa perusahaan yang memiliki grade BRCGS yang lebih baik, menggunakan konsultan eksternal dalam implementasi, atau menjalani audit secara unannounced memiliki skor rata-rata iklim keamanan pangan yang lebih tinggi.
Korelasi Spearman dilakukan untuk melihat adanya korelasi antara skor iklim keamanan pangan dengan faktor dari manfaat dan hambatan. Uji korelasi mengindikasikan bahwa manfaat yang dirasakan berkorelasi secara positif dan signifikan pada level 0,01 (2-tailed) dengan kepemimpinan perusahaan, komunikasi, komitmen, sumber daya, dan kesadaran risiko, sedangkan tantangan investasi dan sumber daya berkorelasi secara negatif. Korelasi antara hambatan fasilitas signifikan pada level 0,05 (2-tailed) dengan komitmen, sumberdaya, dan kesadaran terhadap risiko perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk meningkatkan iklim keamanan pangan untuk memaksimalkan manfaat yang diperoleh dan mengatasi hambatan. Food safety management system and a positive food safety culture play crucial roles in reducing foodborne diseases. Brand Reputation through Compliance Global Standard (BRCGS) Food safety is an international food safety standard that offers numerous benefits, yet companies encounter barriers during its implementation. This research aimed to identify the benefits and barriers experienced, while analyzed the food safety climate as employees' perception of food safety culture in BRCGS Food Safety certified companies in Indonesia and their relationship to formulate recommendations for better implementation.
A quantitative approach was developed through an online questionnaire for data collection which sent to BRCGS Food Safety certified companies througout Indonesia with targeted to person in charge of food safety and quality in the companies. Benefits and barriers were determined based on a systematic literature review using Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). From 1566 literatures identified in national and international journal data base, 37 literatures are fully reviewed and 12 literatures were chosen to select benefit and barrier used in the questionnaire. From those 12 literatures, 15 benefits and 9 barriers were identified.
The questionnaire was tested on 30 respondents from BRCGS Food Safety certified companies with valid results (Cronbach Alpha 0.82 – 0.95) and reliable (r count > r table). Statistical analysis was carried out on 62 responses from 144 questionnaires sent, with a response rate of 43.05% which was considered sufficient when compared with other similar studies with responses ranging from 21.6% to 68%. Descriptive analysis was carried out to see the characteristics of respondents, with the majority of the respondents being companies with 100 employees or more (82%) and companies that export (98.37%) to various destinations such as the United States, Japan, Europe, Australia and the Middle East. Most of the respondents are companies in the fishery product category, 61% of respondents do not use external consultants in implementing BRCGS Food Safety, and the majority of the respondents have BRCGS Food Safety grade A or A+.
Over 50% of respondents concurred that the standard's implementation enhances product quality and safety, ensures regulation compliance, and positively impacts the company's image, in line with benefits that BRCGS offered. Exploratory factor analysis with principal axis factoring as extraction method and varimax rotation identified two challenge factors: (1) investment, encompassing financing, and (2) facility, involving employees and infrastructure.
The average food safety climate score for all respondents is 4.01 ± 0.81 out of 5, so it can be said that the food safety climate conditions in BRCGS Food Safety certified companies in Indonesia are good. The Kruskal Wallis test shows that there is no significant difference in food safety climate scores among companies of varying sizes, BRCGS Food Safety grades, audit type, and the use of external consultant (sig. > 0,05). However, there is a tendency that companies that have better BRCGS grade, having external consultant during implementation, or underwent unannounced audit have a higher mean score.
Spearman correlation was carried out to see the correlation between the food safety climate score and the factors of benefits and barriers. Correlation test indicated that benefits experienced correlate positively and significantly in level 0,01 (2-tailed) with company’s leadership, communication, commitment, resources, and risk awareness while investment and resources challenge are negatively correlated. The correlation between facility barriers is significant at the level 0.05 (2-tailed) with commitment, resources and risk awareness of the company. It is important for company to improves its food safety climate to maximize benefits gained and overcome the barriers.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2220]