dc.description.abstract | Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh berbagai kombinasi konsentrasi BAP dan IAA terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan tanaman Daun Dewa dalam media padat Murashige dan Skoog (MS) yang dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian IPB Darmaga pada bulan Juni sampai September 2002.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dua faktor. Faktor pertama BAP dengan konsentrasi 0, 1, 2, dan 3 ppm. Faktor kedua adalah konsentrasi LAA 0, 0.5, dan 1 ppm. Pada masing-masing perlakuan digunakan ulangan sebanyak 10 kali dengan penanaman satu eksplan untuk setiap botol.
Sumber eksplan berasal dari tanaman Daun Dewa hasil perbanyakan in vitro dalam media MS dengan kandungan BAP 0.5 ppm dan IAA 1 ppm. Untuk perlakuan diambil eksplan dengan satu buku berdaun dan ditanam satu eksplan per botol. Penanaman dilakukan didalam laminar air flow cabinet, kemudian setelah selesai botol disimpan dalam ruangan berpendingin dengan suhu 16-18°C.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah tunas terbanyak diperoleh dari pembe- rian BAP 3 ppm dan IAA 0.5 ppm sebanyak 85.4 tunas per botol. Waktu munculnya tunas tidak dipengaruhi oleh interaksi BAP dan IAA. Tunas tertinggi yaitu 10.3 cm diperoleh dari perlakuan kontrol sementara tunas terendah diperoleh dari pemberian BAP 1 ppm dan IAA 1 ppm setinggi 1.5 cm. Selain menghasilkan tunas tertinggi, perlakuan kontrol juga mempunyai akar terpanjang yaitu 13.3 cm, sementara pemberian BAP 1 ppm dan IAA 0.5 ppm menghasilkan akar terpendek yaitu 0.3 cm namun memunculkan akar paling cepat yaitu yaitu 0.3 Minggu Setelah Tanam (MST). Waktu yang paling lama dibutuhkan untuk memunculkan akar yaitu 2.9 MST diperoleh dari pemberian BAP 0 ppm dan IAA 0.5 ppm. Pemberian BAP dan IAA juga memunculkan kalus pada kultur. Persentase terbesar 100% kultur berkalus diperoleh dari perlakuan BAP I ppm dengan IAA 0, 0.5, 1 ppm, BAP 2 ppm dengan IAA 0.5 dan 1 ppm, serta BAP 3 ppm dengan IAA 0.5 dan 1 ppm. Kalus tidak terdapat pada perlakuan BAP 0 ppm dan IAA 0.5 ppm. Diameter kalus terbesar yaitu 0.8 cm diperoleh dari perlakuan BAP I ppm dan IAA 1 ppm serta terendah 0.2 cm diperoleh pada perlakuan kontrol. Munculnya kalus pada perlakuan kontrol disebabkan pengaruh pada saat scalling up. Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa pemberian BAP 3 ppm dan IAA 0.5 ppm menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu 85.4 tunas per botol. | id |