Show simple item record

dc.contributor.advisorNurisjah, Siti
dc.contributor.authorKuma'at, Hesly A.V.
dc.date.accessioned2024-05-29T02:38:23Z
dc.date.available2024-05-29T02:38:23Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152131
dc.description.abstractHa Negara kepulauan Indonesia memiliki pesisir yang sangat panjang dan kaya akan sumberdaya alam yang tersebar di wilayah darat dan lautan. Sumberdaya alam wilayah pesisir yang khas telah lama dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang memiliki nilai positif seperti transportasi dan pelabuhan, industri, rekreasi serta pemukiman. Banyaknya fungsi yang dapat terakomodasikan di wilayah pesisir membuat wilayah ini menjadi pusat perkembangan di banyak kota di Indonesia. Pemanfaatan wilayah pesisir yang semakin kompleks dan cenderung mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan berimplikasi pada terjadinya konflik kepentingan dan masalah kelestarian sumberdaya alam wilayah pesisir. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang menyeluruh dalam pemanfaatan wilayah pesisir guna menjamin kelestarian sumberdaya alam yang ada. Studi perencanaan lanskap wilayah pesisir ini dilaksanakan di wilayah pesisir Kotamadya Bitung, Propinsi Sulawesi Utara yang memiliki sumberdaya alam yang potensial serta dimensi pengembangan yang kompleks. Studi ini secara umum bertujuan untuk merencanakan lanskap wilayah pesisir Kotamadya Bitung yang sesuai dengan nilai kepekaan sumberdaya alam yang dimiliki. Proses perencanaan lanskap wilayah pesisir Kota Bitung meliputi identifikasi area studi, inventarisasi ekologis, analisis, sintesis, dan perencanaan. Perencanaan dilakukan dengan pendekatan perencanaan ekologi yang dikemukakan oleh McHarg (1995), yang melakukan analisis terhadap kepekaan sumberdaya. Pengidentifikasian area studi meliputi pengenalan akan karakteristik wilayah pesisir baik secara umum (menyangkut perairan Sulawesi Utara) maupun spesifik wilayah pesisir Kotamadya Bitung. Data yang diinventarisasi adalah komponen ekologis dari suatu wilayah pesisisr. Analisis tiap sumberdaya dilakukan sesuai kriteria ekologi dengan pemberian nilai kepekaan, yang menghasilkan beberapa peta kriteria kepekaan sumberdaya yang selanjutnya di-overlay sehingga menghasilkan peta tingkat kepekaan. Selanjutnya zonasi yang ada dievaluasi dengan menggunakan empat kategori lahan yang akan dikembangkan, sehingga menghasilkan ruang dengan empat prioritas utama. Konsep perencanaan dibagi dalam dua tahap (menengah dan panjang) yang mempertimbangkan faktor perubahan garis pantai yang terjadi di tapak. Hasil akhir studi berupa rencana induk lanskap yang meliputi seluruh wilayah pesisir Kotamadya Bitung. Kota Bitung dikenal dengan sebutan "Kota Pelabuhan" karena sebagian besar aktivitas yang berlangsung di kota ini terpusat dan berkaitan langsung dengan pelabuhan lautnya. Lanskap pesisir Kota Bitung secara alami dicirikan dengan dua jenis pantai yaitu pantai terjal dan pantai yang landai dan berpasir. Kondisi pantai yang terjal pada perairan selat dengan kedalaman rata-rata 50 m, dimanfaatkan dengan pembangunan pelabuhan barang / manusia, pelabuhan perikanan, serta pusat armada pertahanan laut yang menjadi identitas dari kota ini. Sedangkan pantai-pantai landai dan berpasir pada umumnya dimanfaatkan untuk pariwisata dan sebagian lagi termasuk wilayah konservasi…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcLandscapeid
dc.titleRencana induk lanskap wilayah pesisir kotamadya Bitung, Propinsi Sulawesi Utaraid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record