dc.description.abstract | Mutu merupakan isu yang urgen untuk mendapat perhatian di kalangan dunia usaha Indonesia, termasuk sektor agroindustri. Dalam kedudukannya sebagai produsen dan eksportir utama teh dunia, maka usaha-usaha untuk meningkatkan mutu dan produktivitas perlu diupayakan dalam rangka menghadapi globalisasi ekonomi dan era perdagangan bebas pada PJPT II.
Dalam upaya meningkatkan mutu produk dan mutu organisasi melalui
pengembangan fungsi dan peranan aset SDM, Perkebunan Gunung Mas
mengimplementasikan Gugus Kendali Mutu (GKM). GKM ini merupakan bagian dari
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) sebagai strategi pendekatan mutu dengan
melibatkan pekerja dari setiap fungsi dan level organisasi untuk melakukan
pengendalian dan perbaikan mutu. GKM adalah suatu kelompok kerja kecil
(umumnya tidak lebih dari 10 orang) yang biasanya berasal dari satu bidang
aktivitas/unit kerja dan secara sukarela mengadakan kegiatan pengendalian mutu
dalam tempat kerja mereka, secara reguler mengadakan pertemuan untuk membahas
masalah-masalah yang dihadapi, serta berusaha mencari rumusan penyelesaiannya
sebagai saran kepada pimpinan organisasi.
Pembentukan dan implementasi GKM di sektor agribisnis relatif lebih sukar karena banyak masalah yang tak terkontrol dan penggunaan tenaga kerja yang relatif besar. Hal ini berpengaruh terhadap pengimplementasian GKM, yang konsep awalnya diterapkan di perusahaan manufaktur. Di lain pihak penilaian manfaat GKM secara kuantitatif relatif sulit, sehingga penilaian kualitatif perlu dilakukan.
Tujuan penelitian adalah mengetahui tahap-tahap pembentukan dan pengimplementasian GKM, permasalahan yang dihadapi, kinerja, dan manfaat GKM di Perkebunan Gunung Mas. Dasar kerangka pemikiran yang digunakan yaitu penganalogian implementasi GKM dengan pemeliharaan tanaman di "Kebun GKM Segienam". Untuk memperoleh panen mutu dan produktivitas, manajemen harus menyediakan lahan bagi benih (pekerja/karyawan), dengan bantuan seorang tukang kebun yang bertangan dingin (fasilitator), dan setelah benih ditanam (pilot program GKM dimulai), pertumbuhan akan terjadi secara alamiah dibawah pengawasan pihak manajemen yang penuh kesabaran. Bobot masalah, kinerja, dan manfaat ditentukan melalui Proses Hirarkhi Analitik. Penilaian secara kualitatif diskor dengan Skala Likert.
Metode penelitian adalah studi kasus. Lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) di PTP Nusantara VIII, Perkebunan Gunung Mas. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangnan bahwa Gunung Mas telah mengimplementasikan GKM. ... | id |