| dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis perendaman S. cerevisiae yang efektif untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan terhadap infeksi Aeromonas hydrophila dan gambaran darah ikan Jambal Siam (P. hypophthalmus). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dari bulan Februari-Juli 1998.
Penelitian dilakukan melalui melalui dua tahap yaitu tahap I dengan dosis 0, 5. 10, dan 15 mg/l S. cerevisiae; tahap II dengan dosis 30, 60, dan 90 mg/l. Ikan uji (P. hypophthalmus) normal dengan bobot rata-rata 25-30 gram diberi perlakuan perendaman selama 10 menit. Ikan dipelihara dan diberi makan dengan pakan komersil selama 4 minggu. Pada minggu ke-2 (hari ke-16) ikan diuji tantang dengan menggunakan bakteri uji (A. hydrophila) galur virulen sebanyak 0.1 ml dengan dosis 10º cfu secara intramuskuler. Sampel darah diambil setiap minggu pada hari ke-0, 7. 14, 23, dan 30. Parameter yang diamati pada tahap I ialah tingkat kelangsungan hidup setelah uji tantang dan tahap II meliputi gejala klinis dan gambaran darah (hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan jumlah sel darah putih). Hasil yang diperoleh dari tahap II dianalisa menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan setiap perbedaan diuji dengan uji Wilayah Berganda Duncan.
Dari penelitian tahap I, setelah uji tantang mortalitas kumulatif mencapai 100%. Dari penelitian tahap II, pada hari ke-0, 7, dan 14 (sebelum uji tantang) nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan total sel darah merah tidak berbeda nyata. Namun pada hari ke-23 dan 30 (setelah uji tantang) nilai parameter-parameter tersebut menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu antara dosis 60 mg/l dengan dosis 0 dan 30 mg/l serta dosis 90 mg/l dengan dosis 0 dan 30 mg/l. Sedangkan jumlah sel darah putih tidak terdapat perbedaan yang nyata antar dosis perlakuan pada hari ke-0. Tetapi mulai hari ke-7 terdapat perbedaan yang nyata antara dosis 60 dan 90 mg/1 dengan dosis 0 mg/l dan hari ke-14 terdapat perbedaan yang nyata antara dosis 90 mg/l dengan dosis 0 dan 30 mg/l serta dosis 60 mg/l dengan dosis 0 mg/l. Sedangkan pada hari ke-23 dan 30 terdapat perbedaan yang nyata antara dosis 60 dan 90 mg/l dengan dosis 0 dan 30 mg/l. Sementara tingkat kelangsungan hidup mencapai 100% dimulai pada dosis 60 mg/l. Pada ikan yang terinfeksi, gejala klinis yang timbul yaitu melanisasi dan hiperemia di bekas suntikan terjadi pada jam ke-4. Pada jam ke-8 sampai 20 terjadi peradangan dan timbul nekrosis. Ulser mulai teramati pada jam ke-24 yang selanjutnya menjadi semakin dalam dan terlihat adanya pertumbuhan jamur pada hari ke-3. Pada hari ke-4 jamur tumbuh lebat dan akan lepas dari daging dan pada hari ke-5 ulser menjadi luka yang lebar. Hari ke-6 luka sudah mulai sembuh.... | id |