dc.description.abstract | Kapal rawai tuna sebagai suatu unit produksi ikan tuna memiliki kendala dalam merealisasikan target produksi tuna yang telah direncanakan sebelumnya, karena keberhasilan penangkapan tuna banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang sulit diantisipasi seperti dinamika populasi ikan dan tingkat eksploitasi sumberdaya perairan laut yang sedang berlangsung. Pada kondisi seperti ini terjadi pengeluaran biaya operasonal (input) untuk produksi (output) yang kuantitas dan kualitasnya belum dapat dipastikan terealisir. Bahkan prestasi produksi dari penangkapan yang telah lalu tidak me pakan jaminan akan tercapainya target produksi penangkapan berikutnya.
Dari pengoperasian dua unit kapal kelas 40 Gross Ton (GT) milik PT Perikanan Samodra Besar (Persero) Cabang Benoa Bali pada tahun 1992 dan 1993 diketahui struktur biaya sebagai berikut : (1) biaya tetap kapal KS-31 dan KS-30 pada tahun 1992 berturut-turut Rp. 82.250.415,- dan Rp. 191.682.324,:- serta pada tahun 1993 berturut-turut Rp. 204.263.004,- dan Rp. 259.648.032,-, (2) biaya variabel kg ikan pada kapal KS-31 dan KS-30 pada tahun 1992 berturut-turut Rp. 1.853,- dan Rp. 506,- serta pada tahun 1993 Rp. 1.408,- dan Rp. 647,-, (3) total biaya produksi kapal KS-31 dan KS-30 pada tahun 1992 berturut-turut Rp 204.727.914,- dan Rp. 224.371.034,- serta pada tahun 1993 Rp. 295.490.016,- dan Rp. 309.356.341,-.
Pada tahun 1992 KS-30 mengeluarkan biaya tetap lebih besar dari KS-31 yang disebabkan adanya perbedaan dalam pengeluaran biaya operasional kapal, misalnya biaya docking tahun 1992 pada KS-30 Rp. 18.652.295,- sedangkan pada KS-31 Rp. 9.560.475,-. Biaya variabel pada KS-30 lebih kecil dari KS-31, yang menunjukkan KS-30 lebih efisien dalam memproduksi ikan. Hal tersebut dapat dilihat dari total volume tangkapan KS-30 yang lebih banyak dibandingkan hasil tangkapan KS-31 | id |