Show simple item record

dc.contributor.advisorSyah, Hamdan M
dc.contributor.advisorHermawan, Aji
dc.contributor.authorDarwanto, Boedi Dwi
dc.date.accessioned2024-05-22T07:08:53Z
dc.date.available2024-05-22T07:08:53Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151000
dc.description.abstractPertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan usaha di bidang pangan, sehingga turut mengembangkan industri minyak goreng khususnya industri minyak goreng kelapa. Lambatnya perkembangan kebun kelapa dan kebiasaan petani menjual kelapa dalam bentuk segar, serta munculnya kecenderungan untuk mengekspor bahan baku berupa kopra menyebabkan peranan minyak goreng kelapa semakin tergeser oleh minyak goreng sawit, dengan demikian diperkirakan konsumsi minyak goreng kelapa pada tahun 1998 s/d 2005 akan menurun sebesar 2,85% per tahun. Pada tahun 1998 kinerja usaha PT Madu mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, terlihat dari penurunan hasil penjualan sebesar 34% dan penurunan laba sebesar 74,7%. Kecenderungan penurunan kinerja usaha tersebut menimbulkan permasalahan bagi manajemen untuk mengetahui sampai seberapa jauh penurunan volume penjualan yang dapat ditolelir, dan bagaimana pengaruh volume penjualan terhadap perolehan laba, serta bagaimana prospek penjualan pada tahun 1999 berikut implikasinya terhadap kegiatan usaha. Berdasarkan estimasi terhadap biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan usahanya selama tahun 1998, maka secara keseluruhan biaya terbagi ke dalam biaya variabel sebesar Rp 5.580,254 per kg produk, dan biaya tetap sebesar Rp 2.016.044.553 per tahun. Berdasarkan peramalan dengan metode eksponensial maka pada tahun 1999 PT Madu diperkirakan dapat mencapai volume penjualan sebanyak 3.010.080 kg, sedangkan harga jual produk diperkirakan akan berada di antara Rp 5.007 s/d Rp 7.231 per kg, yang berarti rata-rata menurun sebesar 3% dibandingkan dengan harga jual pada tahun 1998. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan, diketahui bahwa perubahan harga jual sangat terpengaruh oleh perubahan harga bahan baku kopra dan minyak kelapa. Mengikuti hasil analisis tersebut maka pada tahun 1999 juga diperkirakan akan terdapat penurunan terhadap biaya bahan baku sebesar 15,4%, sehingga biaya variabel yang 95% diantaranya terdiri dari bahan baku juga akan menurun menjadi Rp 4.909,5 per kg produk. Berdasarkan estimasi biaya, perkiraan volume penjualan, dan skenario harga jual pada tahun 1999, maka diperkirakan laba yang diperoleh pada tahun 1999 adalah sebesar Rp 2.771.315.264. Dibandingkan jumlah laba yang direncanakan oleh manajemen sebesar 50% dari rata-rata laba 2 tahun terakhir atau sebesar Rp 380.115.470, maka jumlah laba tersebut masih berada sekitar 629% di atas rencana laba yang hanya membutuhkan pencapaian tingkat penjualan sebesar 1.506.662 kg ekivalen hasil penjualan sebesar Rp 9.792.894.448, sedangkan titik impas akan tercapai melalui volume penjualan sebanyak 1.267.617 ekivalen hasil penjualan sebesar kg 8.239.396.085. Berdasarkan hasil perhitungan Margin of Safety maka kemampuan perusahaan untuk bersaing berada di antara 15,9 s/d 57,9%, sedangkan hasil perhitungan Degree of Operating Levarage menunjukkan bahwa peningkatan 1% volume penjualan akan meningkatkan laba sebesar 6,303 %. Berdasarkan keseluruhan hasil analisis tersebut di atas maka PT Madu disarankan untuk untuk melakukan penelitian pasar, agar dapat menemukan adanya kemungkinan pasar domestik yang belum digarap selama ini termasuk juga pasaran ekspor, untuk selanjutnya pasar tersebut dapat segera digarap dengan mulai menerapkan strategi pemasaran yang lebih agresif melalui peningkatan strategi promosi dan reorientasi bisnis menuju pasaran ekspor, mengingat selama ini PT Madu belum menerapkan hal tersebut, sehingga dapat memperbesar margin yang diperoleh yang sebagai hasil akhirnya adalah perolehan laba sebesar 57,9% di atas titik impas seperti tercermin dari hasil perhitungan Margin of safety di atas. Di sisi lain, di bidang produksi juga agar dilakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya langkah-langkah efisiensi yang dapat dilakukan agar dapat menurunkan biaya variabel per kg sehingga kontribusi marjin per kg yang diperoleh dapat meningkat untuk meningkatkan laba secara optimal. Melalui upaya-upaya di atas, diharapkan PT Madu pada tahun 1999 dan juga tahun-tahun berikutnya akan dapat meningkatkan kiprahnya pada industri minyak goreng, khususnya minyak goreng kelapa melalui perolehan laba yang semakin meningkat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titlePerencanaan Laba Melalui Penggunaan Analisis Biaya Volume Iaba : Studi Kasus Di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Pt.Madu,Jakartaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAnalisis Biayaid
dc.subject.keywordAnalisis Volumeid
dc.subject.keywordAnalisis Labaid
dc.subject.keywordMinyak Gorengid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record