Aktinomiset Filosfer Penghasil Senyawa Antifungi sebagai Agens Biokontrol Penyakit Bercak Ungu (Alternaria porri Ell. Cif.) pada Tanaman Bawang Merah
Date
2024-05-15Author
Wati, Cheppy
Nawangsih, Abdjad Asih
Wahyudi, Aris Tri
Wiyono, Suryo
Munif, Abdul
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun dalam upaya meningkatkan produksi bawang merah banyak mendapatkan kendala diantaranya adanya gangguan organisme penganggu tanaman seperti penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh Alternaria porri. Ell. Cif. Penyakit ini dapat menginfeksi berbagai macam-macam genus Allium. Tingkat keparahan penyakit bercak ungu 29,5%-60,8%, dan menyebabkan kerugian hasil 30%-100%. A. porri dapat menginfeksi bawang merah mulai dari daun hingga umbi sehingga menurunkan hasil produksi. Pengendalian saat ini sangat bergantung pada penggunaan fungisida kimia sintetik. Pengendalian lain sebagai alternatif adalah penggunaan agens biokontrol aktinomiset. Beberapa aktinomiset telah dilaporkan dapat menekan patogen tanaman dengan memproduksi senyawa antifungi.
Penelitian bertujuan untuk: (1) memperoleh keanekaragaman aktinomiset filosfer dari tanaman Liliaceae; (2) mengetahui karakteristik aktinomiset filosfer tanaman Liliaceae yang memiliki aktifitas antifungi terhadap cendawan A. porri secara in-vitro; (3) mengetahui potensi galur aktinomiset filosfer dalam menekan penyakit bercak ungu, serta memacu pertumbuhan tanaman bawang merah secara in-planta; (4) mengidentifikasi aktinomiset terbaik melalui sekuen gen 16S rRNA; dan (5) mengidentifikasi kandungan senyawa bioaktif antifungi dari isolat terbaik.
Penelitian dilaksanakan melalui lima tahapan, yaitu: (1) eksplorasi aktinomiset filosfer dari berbagai jenis tanaman Liliaceae; (2) seleksi dan karakterisasi aktinomiset filosfer; (3) identifikasi isolat aktinomiset terpilih melalui sekuen gen 16S rRNA; (4) menguji keefektifan aktinomiset terpilih dalam menekan penyakit bercak ungu secara in planta di rumah kaca; dan (5) identifikasi kandungan senyawa bioaktif antifungi dari isolat terbaik.
Isolat yang berhasil diisolasi diuji keamanan hayatinya melalui uji reaksi hipersensitivitas pada tanaman tembakau, uji patogenisitas pada tanaman bawang merah, dan uji hemolisis pada agar darah. Isolat yang terseleksi selanjutnya diuji kemampuan antagonismenya terhadap A. porri melalui uji dual culture. Isolat yang memberikan penghambatan tertinggi diuji keefektifannya di rumah kaca. Isolat tersebut juga dikarakterisasi kemampuan fisiologinya dalam menghasilkan enzim kitinase, dan senyawa biosurfaktan. Isolat-isolat potensial diidentifikasi secara molekuler menggunakan primer universal aktinomiset 27F dan 16Sact1114R. Isolat terbaik yang mampu menekan A. porri baik secara in vitro maupun in vivo dianalisis kandungan senyawa bioaktifnya dengan menggunakan gas chromatography mass spectrometry (GC-MS).
Sebanyak 216 isolat aktinomiset berhasil diisolasi dari tujuh jenis tanaman Liliaceae. Setelah diseleksi makromorfologi dan mikromorfologi terseleksi 46 isolat, dari 46 isolat aktinomiset filosfer terdapat 15 jenis isolat yang bersifat positif reaksi hipersensitivitas, lima jenis isolat yang bersifat positif hemolisis, dan tiga jenis isolat yang bersifat positif patogenisitas, sehingga terseleksi 26 isolat yang bersifat non patogenik (negatif reaksi hiversensitivitas, negatif patogenesitas, dan negatif hemolisis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan berbagai galur aktinomiset filosfer pada tanaman Liliaceae yang memiliki morfologi beragam. Bentuk morfologi dari koloni aktinomiset filosfer tanaman Liliaceae memiliki bentuk seperti berkerut, bulat, bentuk L, kompleks, bulat dengan tepi serabut. Permukaan koloni seperti wool, tidak beraturan, halus, foliform, lobat, dan bergelombang. Koloni aktinomiset pada awal pertumbuhan seperti koloni bakteri pada umumnya sampai hari ketiga, pada umur 4-15 hari mulai muncul seperti tepung di atas permukaan koloni. Warna atau pigmentasi koloni bermacam-macam yaitu oranye, putih, abu kehitaman, dan kehitaman. Ukuran koloni aktinomiset 1,65-8,57 mm dengan skala 2 mm. Ukuran hifa 0,71-2,30 µm pada perbesaran 200x, dan memiliki gram positif. Aktinomiset yang didapat memiliki keragaman dari tipe rantai spora spiral, retinaculiaperti, dan rectiflexibeles.
Pada pengujian dual culture terhadap 26 isolat, menghasilkan penghambatan terhadap A. porri sebesar 4,22-57,78%. Sebanyak 10 isolat potensial untuk dilihat karakteristiknya dan dilanjutkan ke pengujian in vitro. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro didapat bahwa 10 isolat aktinomiset yang diujikan mampu memproduksi enzim kitinase dengan indeks kitinolitik sebesar 0,08-0,72. Isolat BBW14 merupakan penghasil kitin tertinggi pada hari ketujuh dengan indeks kitinolitik sebesar 0,72, nilai OD (optical density) sebesar 1,0982 U/mL. Aktinomset filosfer juga mampu memproduksi senyawa biosurfaktan dimana nilai zona jernih tertinggi sebesar 30,33 mm dengan waktu terbentuknya ODA 54 detik, dan indeks emulsifikasi tertinggi sebesar 22,52%.
Pengaplikasian aktinomiset dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang merah terutama diameter umbi, bobot basah, dan bobot kering umbi. Selain itu agens biokontrol aktinomiset ini dapat menurunkan persentase keparahan penyakit dan kejadian penyakit bercak ungu, serta dapat memperpanjang waktu inkubasi A. porri hingga 8,5 hari. Penggunaan agens biokontrol aktinomiset filosfer efektif mengendalikan A. porri di rumah kaca dengan persentase keefektifan pengendalian tertinggi mencapai 78,3% pada isolat CFS 28. Tiga spesies aktinomiset terbaik yang terindentifikasi yaitu isolat CFS28 adalah Streptomyces enissocaesilis, isolat BBW 12 adalah S. maritimus, dan isolat BBW 14 adalah S. rochei. Tiga senyawa bioaktif tertinggi yang terdeteksi dari ketiga isolat terbaik yaitu 11-octadecenoic acid, methyl ester; hexadecanoic acid, methyl ester; dan 9- octadecanoic acid, methyl ester. Ketiga spesies aktinomiset tersebut memiliki bioaktivitas sebagai antifungi.
Collections
- DT - Agriculture [755]