Show simple item record

dc.contributor.advisorSumertajaya, I Made
dc.contributor.advisorWijayanto, Hari
dc.contributor.advisorKurnia, Anang
dc.contributor.advisorSirait, Timbang
dc.contributor.authorSalam, Rudi
dc.date.accessioned2024-05-19T23:42:36Z
dc.date.available2024-05-19T23:42:36Z
dc.date.issued2024-05
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/150462
dc.description.abstractPartial least squares path modeling (PLS-PM) merupakan metode yang bisa menjelaskan hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, baik yang teramati maupun yang laten. PLS-PM dibentuk dari dua model yaitu model pengukuran dan struktural. Pendugaan PLS-PM dilakukan dengan prosedur iterasi, dimana iterasi akan berhenti ketika mencapai kondisi konvergen. Algoritma iterasi PLS-PM menggunakan pendekatan regresi OLS yang mengasumsikan bahwa semua indikator adalah kontinu. Oleh karena itu, penerapan prosedur PLS tradisional kurang tepat digunakan untuk peubah kategori baik nominal ataupun ordinal. Penggunaan PLS-PM untuk data skala ordinal telah tersedia dan dikenal dengan nama PLS ordinal (OrdPLS) dan PLS konsisten ordinal (OrdPLSc). Proses simulasi ketika metode ini dikembangkan menggunakan pendekatan sebaran normal multivariat yang kemudian dikonversi ke dalam kategori ordinal. Selain itu, metode ini masih dalam model orde satu atau belum orde tinggi. PLS-PM orde tinggi sangat membutuhkan penggunaan skor faktor dalam proses pendugaan parameter. Penentuan skor faktor dari OrdPLS dan OrdPLSc hanya menggunakan metode median, modus dan rata-rata padahal seharusnya mengikuti sebaran dari data yang mendasarinya. Sebagai alternatif dan kontribusi utama dari disertasi ini adalah pemanfaatan skor faktor dari model teori respon butir atau item response theory (IRT) yang dikenal sebagai parameter kemampuan. Sebagai langkah awal penelitian dilakukan studi simulasi pada metode PLSPM orde tinggi dengan data biner. Data simulasi pada penelitian ini dibangkitkan dengan menggunakan pendekatan sebaran binomial dengan ukuran sampel 50, 100, 300 dan 1000 berdasarkan matriks korelasi implied dari model hipotesis yang sudah ditentukan. Peningkatan ukuran sampel dari 50 sampai 1000 merupakan peningkatan yang signifikan secara proporsional. Dengan data yang menyebar binomial ini, maka algoritma pada PLS-PM dimodifikasi supaya bisa digunakan untuk input dengan data biner yaitu menggunakan koefisien korelasi tetrakorik. Rancangan studi mempertimbangkan 500 ulangan untuk setiap ukuran sampel. Untuk setiap proses dan dalam setiap kondisi simulasi, digunakan pendekatan indikator berulang maupun dua tahap dalam menduga parameter dalam dan luar dari model. Skema pembobotan dalam yang digunakan adalah skema jalur. Melalui studi simulasi ini akan bandingkan metode PLS mana yang lebih baik digunakan dan pendekatan orde tinggi mana yang sebaiknya digunakan ketika input data adalah biner. Kinerja metode dan pendekatan dilihat dari nilai MSE-nya. Model yang diuji dalam penelitian bervariasi dalam hal ukuran sampel. Secara umum, jika ingin dipilih metode mana yang paling efisien di antara metode PLS tradisional, PLS biner dan PLSc biner, terlihat bahwa PLSc adalah yang paling berkinerja baik diantara ketiganya. Selanutnya, pendekatan indikator berulang lebih baik di PLS tradisional dan PLSc biner, sementara dua tahap adalah lebih baik pada PLS biner. Dari penilaian MSE terhadap koefisien jalur gamma dan beta dapat disimpulkan bahwa untuk PLS tradisional dan PLSc biner, pendekatan dua tahap adalah lebih baik dibandingkan pendekatan indikator berulang karena mempunyai MSE yang lebih kecil. Sementara untuk PLS biner, pendekatan indikator berulang adalah lebih baik dibandingkan pendekatan dua tahap karena mempunyai nilai MSE yang lebih kecil. Di antara metode PLS tradisional, PLS biner dan PLSc biner, terlihat bahwa metode PLSc adalah yang terbaik dibandingkan metode PLS tradisional dan PLS biner jika dilihat dari besaran MSE karena mempunyai MSE yang paling kecil untuk semua ukuran sampel. Sebagai studi empiris dari PLS-PM orde tinggi dengan data biner, diterapkan fungsi produksi dari Mankiw et al. (1992) dengan mengikuti Nakabashi (2018) dimana respon adalah kemiskinan multidimensi. Model ini digabungkan dengan model perlindungan sosial dari Khaliq & Uspri (2017). Model ini digunakan untuk menunjukkan bagaimana pekerjaan memengaruhi kemiskinan multidimensi dan bagaimana pendidikan (education), kesehatan (health) dan standar hidup (living standard) yang adalah dimensi dari kemiskinan multidimensi, mempengaruhi perlindungan sosial (SP). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data susenas 2021 Provinsi Jawa Timur dengan unit analisis adalah rumah tangga sebanyak 5988. Pada PLS-PM orde tinggi dengan data biner, penilaian pengukuran validitas dan reliabilitas model dengan pendekatan indikator berulang adalah lebih baik secara simulasi maupun empiris dibandingkan pendekatan dua tahap. Hal ini bisa dilihat dari nilai AVE yang sudah melebihi ambang batas yang direkomendasikan. Secara umum, PLS biner pendekatan indkator berulang adalah yang terbaik. Sementara pada penilaian model struktural, kedua hubungan adalah signifikan dan nilai koefisien jalur pada pendekatan indikator berulang adalah lebih besar sehingga bisa menjelaskan lebih besar variasi dari peubah laten endogen dibandingkan pendekatan dua tahap. Demikian juga untuk besaran nilai koefisien determinasinya, pendekatan indikator berulang adalah yang paling besar. Jika dilihat dari model fit, PLSc biner pendekatan dua tahap adalah yang terbaik. Selain penggunaan korelasi tetrakorik untuk data biner, PLS-PM orde tinggi juga bisa dikembangkan untuk penggunaan input data dengan data campuran atau menggunakan korelasi biserial. Penggunaan korelasi biserial pada PLS-PM belum ada yang menelitinya. Dengan data dan model hipotesis penelitian yang sama, akan diterapkan PLS-PM orde tinggi dengan korelasi biserial atau data campuran. Pada PLS-PM orde tinggi dengan data campuran, penilaian pengukuran validitas dan reliabilitas model dengan pendekatan indikator berulang adalah lebih baik secara empiris dibandingkan pendekatan dua tahap. Hal ini bisa dilihat dari nilai AVE yang sudah melebihi ambang batas yang direkomendasikan. Secara umum, PLS mixed pendekatan indikator berulang adalah yang terbaik. Sementara pada penilaian model struktural, kedua hubungan adalah signifikan dan nilai koefisien jalur pada pendekatan indikator berulang adalah lebih besar sehingga bisa menjelaskan lebih besar variasi dari peubah laten endogen dibandingkan pendekatan dua tahap. Demikian juga untuk besaran nilai koefisien determinasinya, pendekatan indikator berulang adalah yang paling besar. Namun jika dilihat dari model fit, PLS mixed pendekatan dua tahap adalah yang terbaik. Secara umum PLS mixed adalah yang terbaik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.titlePengembangan Partial Least Squares Path Modeling Orde Tinggi Menggunakan Korelasi Tetrakorik dan Biserial Serta Pemanfaatan Skor Faktor Teori Respon Butirid
dc.title.alternativeDevelopment of Higher Order Partial Least Squares Path Modeling Using Tetrachoric and Biserial Correlation and Utilization of Score Factor From Item Response Theoryid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordbinary dataid
dc.subject.keywordmultidimensional povertyid
dc.subject.keywordcapability parametersid
dc.subject.keywordsocial protectionid
dc.subject.keywordhigher order PLS-PMid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record