| dc.description.abstract | Ikan nila merah merupakan jenis ikan air tawar yang diprioritaskan dalam kegiatan budidaya karena selain mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan disenangi oleh masyarakat, juga mempunyai keuntungan antara lain pemeliharaannya mudah dan pertumbuhannya yang relatif cepat. Adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan antara ikan nila merah jantan dan betina memberikan peluang bagi usaha budidaya dengan sistem kelamin tunggal yaitu dengan memproduksi ikan nila merah jantan.
Salah satu cara untuk memproduksi ikan nila merah dengan sistem kelamin tunggal (jantan) adalah dengan menggunakan hormon steroid yaitu hormon androgen untuk mengarahkan diferensiasi kelamin menjadi jantan. Selain itu, cara yang dapat digunakan adalah dengan memproduksi individu jantan super homogamet (YY). Produksi jantan super homogamet ini dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu feminisasi (mengarahkan diferensiasi kelamin menjadi betina dengan hormon estrogen), uji progeni (mengawinkan individu betina hasil feminisasi dengan jantan normal) dan tahap mengawinkan jantan super homogamet (YY) yang dihasilkan dengan betina normal. Penelitian ini merupakan tahap awal, yaitu upaya mengarahkan diferensiasi kelamin menjadi betina (feminisasi) dalam rangka menghasilkan jantan super homogamet (YY).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon estron dengan dosis yang berbeda melalui perendaman embrio fase bintik mata nisbah kelamin ikan nila merah.
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Basah, Stasiun Lapang Fakultas Perikanan, IPB, Darmaga, Bogor. Percobaan berlangsung dari bulan Maret 1997 sampai Agustus 1997.
Hasil pemeriksaan gonad ikan uji menunjukkan adanya individu betina, jantan dan hermaprodit. Berdasarkan analisa statistik terhadap persentase individu betina diperoleh bahwa perlakuan berbeda nyata dengan kontrol (p<0,01), artinya perlakuan pemberian hormon estron dengan cara perendaman terhadap embrio ikan nila merah berpengaruh terhadap pengarahan diferensiasi kelamin ikan nila merah menjadi betina. Sedangkan antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05), artinya masing- masing perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap pengarahan diferensiasi kelamin menjadi betina.
Pada pemeriksaan jaringan gonad terhadap ikan uji ditemukan pula gonad hermaprodit yaitu adanya sel telur dan spermatozoa dalam satu individu. Ikan hermaprodit ini tidak ditemukan pada ikan kontrol, sehingga diduga adanya individu hermaprodit terjadi karena pengaruh pemberian hormon estron.
Berdasarkan analisa statistik terhadap sintasan, penggunaan hormon estron yang diberikan dengan cara perendaman embrio fase bintik mata selama 48 jam dengan kisaran dosis (200-500)µg/1 tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05), artinya perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap sintasan pada akhir perlakuan maupun pada akhir pemeliharaan. Selain itu, perlakuan tersebut tidak berpengaruh pula terhadap pertumbuhan ikan uji selama pemeliharaan. | id |