Analisa sistem pengelolaan dan nilai harapan hasil kebun pepohonan campuran (Studi kasus di Desa Nanggung dan Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor)
Abstract
Penggunaan konsep agroforestry pada pola kebun campumn di Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Sistem ini muncul dari pengalaman masyarakat sendiri dalam memaufaatkan lall3Il hutan sebagai akibat ditutupnya akses masyarakat setempat terhadap hutan atau sebagai tanggapan atas pemusnall3Il sumber daya yang ada. Meniugkatuya pertumbull3Il penduduk dan tidak jelasnya peningkatan ekonomi mereka juga mendorong masyarakat untuk memaufaatkan lall3II yang ada sebagai sarana pemenull3Il kebutuhan hidup mereka yang semakin lama semakin meningkat. Di propinsi Jawa Barnt pemaufaatan lall3II pada pola kebun campumn atau lebih dikenal dengan iStilall talun ini sebenarnya sndah sejak lan1a dilakukan secara tradisional oleh masyarakat disekitar huta.n sebagai SIIatu tradisi yang diperoleh dari leluhur mereka Pola pemaufaatan lall3II atau bertani di lall3Il hutan ini memanfaatkall sumber daya yang ada dihutan itu sendiri dengan selalu meruperhatikan kelestarian sumber daya hutan tersebut. Dalam perkembangauuya akibat ledakan penduduk dan pemekaran kota keberadaan kebun campumn ini semakin berkumng dan tanalt kosong di sekitar rumah atau perkarangan rumah banyak dikonversi menjadi kebun campuran. Meskipun telalt lama dipraktekan secara tradisional, namun sistem agroforestry tradisional pada pola kebull campumn ini masih dianggap sebagai sistem yang ll3IIya ditujukan untuk pemenull3Il kebutuIl3II sendiri saja dan juga belum mampu memberikan hasil yang menguntungkan seperti haJnya pertanian monokultur. Penelitian ini berusaha untuk menganalisa sistem pengelolaan dan Nilai Harnpan Hasil pola kebun pepohonan campuran pada masyarakat tradisional di Desa Nanggung dan Desa Parakammmcang wilayah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan untuk mendukung anaIisis adalall data primer dan data sekunder. Penentuan lokasi penelitian <liperoleh dari informasi dari Kecamatan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Sedangkan untuk penentuan sampel menggunakan metode Stratified Random Sampling (pengambilan contoh acak berlapis) dengan alokasi berimbang. Stratum yang digunakan berdasarkan luas pemilikan laltan keblJn campumn responden sejumlah tiga bUall yaitu, stratum I dengan luas lall3II pemilikan > O,S ha, stratum II dengan luas lall3II pemilikan kisaran 0,25- 0,5 ha, dan stratmn III dengan luas lall3II < 0,25 ha. Data-data yang diperoleh diolall dalam bentuk tabulasi sederll3Ila dan diolalt menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis statistik (uji beda (t) dan analisis regresi). Dari analisis terhadap pola bertani kebun campurari masyarakat di dua desa diketahui baltwa lall3Il kebun yang mereka miliki umwnnya berasal dari lall3II bekas hutan atanpun laI!all kosong yang mereka peroleh dari warisan atau dengan membeli dari orang lain. Lahan yang berisi beranekaragam jenis tanaman tersebut pada mulanya banya diurus untuk mengisi waktn kosong mereka saja, namun clari hasil nyata yang diperoleh saat panen tiba membuat mereka lebih kontinn mengurus kebun mereka, sampai saat ini kegiatan tersebut berJangsung dengan pola pengelolaan berupa sistem produksi, pemanfaatan hasi!, dan pemasaran hasil dengan sederhana. Sistem produksi seperti penanaman, pemanenan, dan pemeliharaan yang dilakukan belum memiliki tata waktn yang teratur atau tidak mengikuti daur. Penanaman dilakukan hanya pada saat penambaban jenis pada laban yang kosong dan ini juga sangat tergantung pada bibit yang ada Dengan tingkat produktivitas , usia yang berbeda maka pelaksanaan kegiatan pemanenan pada kebun campuran menjadi tidak terarur. Pemanenan 4ilakukan dengan dua cara yaitu pemanenan sendiri dan dengan orang lain (pembeli). Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara kontinyu dengan waktn yang tidak teratur hanya sebatas pembersihan laban dari turnbuhan bawah agar merangsang tumbulmya jenis-jenis yang berbarga. Kegiatan seperti pemupukan, penjarangan, pemangkasan, dan pemberantasan bama dan penyakit jarang dilakukan, banya pada kondisi tertentu saja. Pemanfaatan hasil yang diperoleh untuk dijual tergantung pada kebutuhan rumah tangga, ketersedian pangan, clan modal. Umumnya responden mengkonsumsi sendiri dan menjual basil yang diperoleb dari kebun campuran mereka. Sarana penjualan atau pemasaran basil pada dua desa terdiri atas 2 cara yaitu penjualan ke pasar dan para tengkulak. Sementara untuk pemilihan sarana penjualan pada dua desa contob lebih diakibatkan oleh harga dan kebutuhan. Dari aualisis data terhadap tingkat biaya per stratum per tahun yang dihasilkan kebun campuran, diperoleh hasil bahwa kecendrungan semakin besar luas laban kebun campuran maka biaya yang akan dikeluarkan untuk pengelolaan juga akan cenderung semakin besar. Sementara untuk perbandingan, ternyata biaya pengelolaan untuk kebun campuran jauh lebih rendah biaya pengelolaan kebnn monokultur (sawab). Untuk rata-rata biaya pengelolaan luasan I hektar kebun campuran membutuhkan biaya sebesar Rp. 776.667,67 per tahmmya, sedangkan sawah dengan luasan yang sama membutuhkan biaya sebesar Rp. 6.010.080,30 per tahun. Sarna halnya dengan biaya pengelolaan, untuk pendapatan kotor yang diperoleh dari kebun campuran per stratum per tallUunya, semakin luas laban kecenderungan pendapatan kotor yang diterima juga akan semakin besar. Dari ketiga stratum kontribusi terbesar terhadap pendapatan kotor dihasilkan dari tan31nan kehutanan (buah-buahan, kayu-kayuan,bambu dsb) sebesar 81,11 % sedangkan untuk tauaman pertanian hanya 18,89 %. Dengan luasan 1 hektar dalatn satu tahun pendapatan kotor yang diterirna dari kebun c31npuran sebesar Rp. 8.305.061,91, ini relatif lebih besar dari pendapatan koto! yang diterlma dengan luasan sarna dari sawah yaitu sebesar Rp. 6.113.996,72. Dalam Waktn pengelolaan selatua 20 tahun pendapatan kotor yang diterima dari kebun campuran sebesar Rp 87,033.064,29, ini juga lebill besar bila dihandingkan dengan pendapatan kotor yang diterima dari usaha tani sawah yaitu sebesar Rp 77.302.163,46.
Collections
- UT - Forest Management [3062]