Show simple item record

dc.contributor.advisorAdiratma, E. Roekasah
dc.contributor.authorWidati, Cicilia Wahyu
dc.date.accessioned2024-05-16T02:13:29Z
dc.date.available2024-05-16T02:13:29Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/150012
dc.description.abstractIndustri kayu lapis merupakan salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Pasar ekspor terbesar saat ini adalah Jepang yang merupakan importir terbesar dunia. Indonesia telah mendominasi pasar Jepang sejak tahun 1984 dan sampai dengan tahun 1989 pangsa pasar Indonesia terus meningkat. Mulai tahun 1990 pangsa pasar Indonesia terus menurun, baik dalam volume maupun nilai ekspor. Melihat fenomena ini maka dipertanyakan apakah pasar Jepang masih bisa dipertahankan, dan apakah industri kayu lapis masih bisa diandalkan sebagai sumber devisa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang; menganalisa posisi kayu lapis Indonesia di pasar Jepang; dan merumuskan strategi pemasaran kayu lapis yang tepat. Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi masukan bagi pengambil keputusan di bidang kehutanan agar kebijakan yang diambil lebih efektif. Data yang diperoleh diolah dengan metode SWOT yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi pemasaran kayu lapis Indonesia ke Jepang. Di samping itu dilakukan analisa terhadap posisi kayu lapis Indonesia di pasar Jepang dengan menggunakan matriks portfolio BCG dan daur hidup produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak faktor-faktor yang menjadi kelemahan dan ancaman daripada faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan peluang. Hal ini menandakan bahwa daya saing kayu lapis Indonesia mulai melemah, terutama dalam hal mutu. Bukti yang menguatkan adalah meningkatnya komplain terhadap mutu kayu lapis Indonesia dari konsumen. Kelemahan utama bersumber dari minimnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang dimiliki, sehingga manajemen hutan dan manajemen mutu menjadi buruk. Manajemen hutan yang buruk mengakibatkan ancaman terhadap ketersediaan bahan baku. Kelemahan lain adalah tata niaga kayu lapis yang dimonopoli oleh APKINDO. Pemasaran melalui APKINDO pada prakteknya banyak mengandung kelemahan, antara lain matinya pemasar, menurunnya mutu produk karena kurang kompetisi dan pungutan yang tidak efesien. Ancaman terbesar berasal dari pesaing, yaitu bangkitnya industri kayu lapis Malaysia yang didukung relokasi beberapa pabrik kayu lapis Jepang ke Malaysia. Indonesia kalah dalam perebutan pasar karena mutu dan prosedur pembelian yang lama. Jepang lebih menyukai produk Malaysia yang notabene dari pabrik sendiri. Di lain pihak, kekuatan yang bisa dimanfaatkan adalah Indonesia tidak tergantung pada negara lain dalam pengadaan bahan baku. Peluang yang ada adalah estimasi konsumsi kayu lapis di Jepang yang meningkat dan harga pesaing yang lebih tinggi…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural economicid
dc.subject.ddcExportid
dc.titleKajian ekspor kayu lapis Indonesia ke pasar Jepangid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record