Mempelajari penambahan cairan asinan kubis dan sawi sebagai sumber bakteri asam laktat pada pembuatan bekasam Ikan Sepat Rawa (Trichogastes trichopterus)
View/ Open
Date
1995Author
Yuliana, Ernik
Nurjanah
Nitibaskara, Rudy R.
Murtini, J.Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan perairan umum (khususnya ikan sepat) di Indonesia kurang mendapat perhatian, oleh karena itu harganya murah. Selama ini ikan sepat banyak diolah menjadi ikan asin kering untuk memperpanjang daya awetnya. Peranan ikan asin kering sebagai sumber protein, menjadi berkurang, karena jumlah yang biasa dikon- sumsi sangat terbatas. Untuk itu perlu adanya bentuk pengolahan lain, agar ikan dapat berperan lebih baik sebagai sumber protein.
Fermentasi ikan merupakan salah satu cara pengolahan ikan yang cukup penting, sebab dengan cara ini diperoleh produk-produk yang digemari oleh masya- rakat tertentu karena flavor dan aromanya yang khas, dan sulit ditinggalkan begitu saja oleh para penggemarnya. Produk-produk fermentasi ikan yang sudah dikenal oleh masyarakat diantaranya: terasi, kecap, dan peda. Khusus untuk ikan air tawar yang biasa dilakukan adalah pengolahan bekasam. Proses fermentasinya mengguna- kan sumber karbohidrat, misalnya nasi, tape ketan, atau singkong. Fermentasi karbohidrat oleh bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat, hidrogen peroksida, dan bacteriocin. Hal ini dapat menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan mikroba lainnya. Bekasam sangat dikenal di Sumatera Selatan.
Proses pembuatan bekasam yang biasa dilakukan di masyarakat adalah menggunakan sumber karbohidrat nasi. Pada penelitian ini digunakan sumber karbohidrat tape nasi, karena menurut penelitian sebelumnya tape nasi lebih baik daripada nasi. Pada penelitian ini dicoba menggunakan sumber bakteri asam laktat dari cairan asinan sawi dan kubis dengan tujuan untuk menambah unit koloni bakteri asam laktat sendiri.
Collections
- UT - Aquaculture [1988]