Show simple item record

dc.contributor.advisorSyamsu, Khaswar
dc.contributor.advisorSunarti, Titi Candra
dc.contributor.authorIntegrani, Hemas
dc.date.accessioned2024-05-13T07:11:51Z
dc.date.available2024-05-13T07:11:51Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/149374
dc.description.abstractStyrofoam merupakan salah satu wujud dari plastik. Styrofoam merupakan kemasan untuk makanan yang banyak digunakan saat ini. Styrofoam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% n-butana atau n-pentana. Bahan tersebut mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang, mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, dapat mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, ringan, serta murah. Meski banyak kelebihannya, penggunaan styrofoam untuk kemasan makanan cukup berbahaya karena memungkinkan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat monomer stirena dari bahan plastik ke dalam makanan hingga dampak buruk bagi lingkungan adalah terjadi penumpukan sampah styrofoam di permukaan badan air bahkan di Samudra Pasifik terdapat pulau sampah (plastik dan styrofoam) dari seluruh dunia. Hal ini disebabkan densitas dari styrofoam yang sangat ringan, sekali pakai dan tidak bisa hancur oleh mikroorganisme. Untuk mengurangi dampak buruk dari styrofoam diperlukan pengganti kemasan yang memiliki karakteristik mirip dengan styrofoam namun ramah terhadap lingkungan yaitu biofoam. Biofoam terbuat dari campuran polimer alami, polimer sintetik, plasticizer dan bahan tambahan lainnya dan memiliki fungsinya masing-masing. Polimer alami yang digunakan adalah tapioka dan cocopeat. Tapioka dipilih karena pati memiliki kemampuan menghasilkan biofoam yang berkarakteristik baik mirip styrofoam komersial dan ketersediaannya di alam berlimpah. Cocopeat sebagai limbah hasil olahan buah kelapa adalah sumber serat yang dapat meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas foam yang dihasilkan. Polivinil alkohol (PVA) adalah polimer sintetik yang digunakan untuk meningkatkan sifat hidrofobik dan memperbaiki sifat mekanis biofoam. Air diperlukan sebagai plasticizer dan blowing agent dalam proses ekspansi pati. Bahan tambahan lain yang digunakan yaitu magnesium stearat untuk mencegah lengketnya adonan terhadap peralatan cetak sehingga mempermudah proses pembuatan biofoam. Penelitian ini secara umum bertujuan mengkaji pembuatan biofoam berbahan baku tapioka dan cocopeat serta secara khusus bertujuan untuk mengkaji pengaruh formulasi bahan antara tapioka dan cocopeat terhadap karakteristik fisik dan mekanik biofoam serta biodegradasi biofoam yang dihasilkan. Penambahan cocopeat sebagai filler pada biofoam diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik biofoam.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Technologyid
dc.subject.ddcAgroindustrial Technologyid
dc.subject.ddcBogorid
dc.subject.ddcJawa Baratid
dc.titlePembuatan biofoam berbahan baku tapioka dan serbuk sabut kelapa (cocopeat)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordCocopeatid
dc.subject.keywordBiofoamid
dc.subject.keywordTapiocaid
dc.subject.keywordPhysical propertiesid
dc.subject.keywordMechanical propertiesid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record