Peran Tepung Kunyit dan Melatonin dalam Induksi Pematangan Gonad Induk dan Kualitas Benih Ikan Beureum Panon (Systomus orphoides Valenciennes, 1842)
Date
2024Author
Radona, Deni
Sudrajat, Agus Oman
Alimuddin, Alimuddin
Manalu, Wasmen
Carman, Odang
Dewi, RR Sri Pudji Sinarni
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan beureum panon merupakan salah satu spesies perairan air tawar Indonesia yang distribusi sebarannya ditemukan di perairan Jawa Barat, seperti Sungai Citarum dan Ciliwung. Ikan ini memiliki nilai ekonomis sebagai ikan budidaya dan komoditas ikan hias. Sejauh ini, dalam memenuhi kebutuhan konsumsi ikan beureum panon masih sepenuhnya mengandalkan tangkapan dari alam. Kegiatan penangkapan yang dilakukan secara terus menerus akan berdampak pada penurunan jumlah populasi ikan beureum panon di alam, bahkan pada saat ini distribusi sebarannya sudah sulit untuk ditemukan lagi. Untuk itu perlu dilakukan upaya domestikasi dalam rangka pelestarian sumber daya hayati perairan dan peningkatan jumlah populasinya. Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan kinerja reproduksi induk dan kualitas benih ikan beureum panon melalui suplementasi tepung kunyit dan melatonin dalam wadah budidaya. Penelitian dibagi menjadi lima tahap, yaitu: 1) fisiologi dan siklus reproduksi tahunan ikan beureum panon betina pada wadah budidaya, 2) evaluasi suplementasi tepung kunyit dalam meningkatkan aktivitas vitelogenesis, fungsi hati, kinerja reproduksi, dan performa ikan beureum panon betina, 3) induksi maturasi ikan beureum panon betina dengan menggunakan kombinasi hormon melatonin dan PMSG+AD, 4) induksi ovulasi ikan beureum panon dengan menggunakan kombinasi hormon (melatonin dan GnRH), serta 5) evaluasi pengaruh suplementasi melatonin dalam pakan pada produksi benih ikan beureum panon.
Penelitian tahap pertama bertujuan menganalisis profil perkembangan diameter oosit, tingkat kematangan gonad (TKG), perubahan konsentrasi hormon estradiol-17β, vitelogenin, testosteron, melatonin, dan kisspeptin serta gambaran siklus reproduksi pada induk ikan beureum panon betina sebagai dasar pengembangan domestikasi. Ikan beureum panon yang berukuran panjang 17,4 ± 0,5 cm dan bobot 132,67 ± 8,70 g sebanyak 15 ekor dipelihara secara komunal pada kolam beton ukuran 2 m 5 m 1 m. Pengamatan dilakukan setiap bulan mulai dari September 2021 hingga September 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puncak kematangan gonad ikan beureum panon betina terjadi pada musim penghujan di bulan Desember 2021 dan September 2022 dengan ukuran diameter telur berkisar 0,9-1,2 mm. Terdapat korelasi positif antara konsentrasi vitelogenin dan rata-rata diameter telur yang menunjukkan bahwa vitelogenin berperan dalam pematangan gonad. Konsentrasi melatonin dan kisspeptin mengalami fluktuasi dengan puncak konsentrasi tertinggi masing-masing (932,54 ± 13,92 ng/L dan 481,33 ± 57,56 ng/L) terjadi di bulan Juni 2022, sedangkan konsentrasi estradiol-17β dan testosteron memiliki konsentrasi tertinggi masing-masing (0,64-0,95 pg/mL dan 0,4-0,47 ng/mL) di bulan November-Desember 2021. Musim pemijahan ikan beureum panon dalam wadah budidaya terjadi pada musim penghujan dengan puncak kematangan gonad dengan konsentrasi vitelogenin tertinggi terjadi pada Bulan Desember 2021 dan September 2022 (124,84 μg/mL dan 106,79 μg/mL), serta persentase induk yang matang gonad berkisar 73,3%-80,0%.
Penelitian tahap dua bertujuan untuk mengevaluasi pemberian suplementasi tepung kunyit pada pakan dalam meningkatkan aktivitas vitelogenesis, fungsi hati, kinerja reproduksi, dan performa ikan beureum panon betina. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas empat perlakuan dosis suplementasi tepung kunyit, yaitu kontrol (tanpa suplementasi tepung kunyit), 100 mg/100 g pakan, 250 mg/100 g pakan, dan 500 mg/100 g pakan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Pemberian pakan dilakukan secara at-satiation dengan frekuensi tiga kali sehari selama 90 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan gonad ikan beureum panon yang diberi suplementasi tepung kunyit 250 dan 500 mg/100 g pakan berada pada posisi akhir (TKG IV); sedangkan untuk perlakuan kontrol dan suplementasi tepung kunyit dengan dosis 100 mg/100 g pakan hanya berada pada TKG II dan III. Suplementasi tepung kunyit dengan dosis 250 mg/100 g pakan merupakan dosis terbaik yang mampu meningkatkan aktivitas vitelogenesis, fungsi hati, kinerja reproduksi, dan pertumbuhan ikan beureum panon betina di wadah budidaya.
Penelitian tahap tiga bertujuan untuk menganalisis respons maturasi induk betina ikan beureum panon setelah diinduksi menggunakan hormon melatonin dan pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) + anti dopamin (AD). Penelitian maturasi pada ikan beureum panon dilakukan secara eksperimental menggunakan 9 perlakuan dengan 3 ulangan. Kombinasi PMSG+AD yang digunakan terdiri atas tiga level (0; 0,25; dan 0,5 mL/kg ikan) dan melatonin terdiri atas tiga level (0; 0,25; dan 0,5 mg/kg ikan). Induksi hormon dilakukan setiap 15 hari sekali selama 60 hari pemeliharaan (hari ke-1, 15, 30, dan 45). Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi maturasi pada perlakuan NMP1 (PMSG+AD 0,25 mL) dan perlakuan M1P1 (PMSG+AD 0,25 dan melatonin 0,25 mg) memberikan hasil TKG akhir pada level IV dan ukuran diameter telur berkisar 0,9-1,2 mm dengan persentase kematangan gonad sebesar 100%. Hasil pengukuran konsentrasi hormon estradiol-17β dan vitelogenin pada perlakuan NMP1 dan M1P1 mengalami konsistensi peningkatan konsentrasinya setiap bulan pengamatannya. Kadar estradiol-17β dan vitelogenin yang dihasilkan pada perlakuan NMP1 masing-masing sebesar 0,35 ± 0,01 pg/mL dan 84,19 ± 10,62 μg/mL, sedangkan pada perlakuan M1P1 sebesar 0,34 ± 0,01 pg/mL dan 102,24 ± 6,35 μg/mL. Pemberian melatonin dosis 0,25 mg/kg yang dikombinasikan dengan hormon PMSG+AD (0,25 mL/kg) mampu mempercepat proses kematangan gonad akhir pada ikan beureum panon betina dengan nilai GSI, ukuran diameter telur, dan fekunditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Melatonin berperan dalam meningkatkan konsentrasi vitelogenin pada perlakuan kombinasi hormon.
Penelitian tahap empat bertujuan untuk menganalisis respons ovulasi dan keberhasilannya dalam proses pemijahan ikan beureum panon setelah diinduksi dengan hormon melatonin, LHRHa+AD, dan HCG. Stimulasi ovulasi pada ikan beureum panon dilakukan melalui induksi hormonal menggunakan empat perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan ovulasi dilakukan pada induk betina ikan beureum panon (TKG IV) sebanyak 12 ekor yang berukuran bobot 142,12 ± 18,08 g dan panjang 17,75 ± 0,38 cm, dengan induksi menggunakan hormon (per kg bobot ikan), yaitu induksi LHRHa+AD 0,6 mL/kg, induksi LHRHa+AD 0,3 mL/kg + melatonin 0,25 mg/kg, induksi HCG 500 IU/kg + melatonin 0,25 mg/kg, dan kontrol (melatonin 0,25 mg/kg). Induksi LHRHa+AD dilakukan 2 kali, yaitu pertama sebanyak 40% dari total dosis dan yang kedua pada 6 jam berikutnya sebanyak 60% dari dosis total, sedangkan induksi dengan melatonin dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan induksi LHRHa+AD yang pertama. Untuk perlakuan (HCG dan melatonin), induksi menggunakan melatonin dilakukan 24 jam setelah induksi HCG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk ikan beureum panon yang diinduksi dengan hormon LHRHa+AD 0,6 mL/kg dan kombinasi hormon (LHRHa+AD 0,3 mL/kg + melatonin 0,25 mg/kg) memiliki waktu laten ovulasi tercepat masing-masing (680 ± 7 menit dan 685 ± 7 menit), derajat ovulasi tertinggi (100%), dan memberikan nilai yang signifikan (P<0,05) pada karakter biologi reproduksi (IKG, fekunditas, derajat pembuahan, dan derajat penetasan) dibandingkan dengan perlakuan induksi menggunakan kombinasi hormon (HCG 500 IU/kg + melatonin 0,25 mg/kg) dan kontrol (melatonin 0,25 mg/kg). Induksi ovulasi dengan kombinasi hormon (LHRHa+AD 0,3 mL/kg + melatonin 0,25 mg/kg) memiliki kinerja yang sama dengan hormon LHRHa+AD 0,6 mL/kg dengan peningkatan nilai derajat pembuahan telur. Penambahan melatonin pada hormon LHRHa+AD mampu menyubstitusi 50% konsentrasinya tanpa mengurangi kinerja reproduksi.
Penelitian tahap lima bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi melatonin pada produktivitas benih ikan beureum panon dalam wadah budidaya. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas empat perlakuan suplementasi melatonin dengan dosis berbeda: kontrol (tanpa suplementasi melatonin), dosis 0,2 mg/100 g pakan, dosis 0,4 mg/100 g pakan, dan dosis 0,6 mg/100 g pakan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Benih ikan beureum panon dipelihara menggunakan akuarium berukuran 30 cm 36 cm 60 cm dengan ketinggian air 40 cm sebanyak 12 buah. Setiap akuarium ditebar benih sebanyak 150 ekor dan diberi sistem aerasi dengan intensitas tekanan udara yang sama. Selama 180 hari pemeliharaan, benih ikan beureum panon diberi pakan secara at-satiation dengan frekuensi tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi melatonin sebanyak 0,6 mg/100 g pakan mampu meningkatkan pertumbuhan benih ikan beureum panon dengan nilai sintasan tertinggi (81,33 ± 0,54 %), dan rasio konversi pakan terbaik (2,61 ± 0,14). Suplementasi melatonin 0,6 mg/100 g pakan memiliki nilai total leukosit (3,41 ± 0,73104 sel/mm3) dan hemoglobin (5,07 ± 0,12 g%) lebih tinggi serta memberikan performa produksi terbaik pada benih ikan beureum panon.
Peningkatan kinerja dan kualitas reproduksi ikan beureum panon di luar musim pemijahan dapat ditempuh melalui suplementasi tepung kunyit dosis 250 mg/100 g selama 3 bulan pemeliharaan, induksi menggunakan melatonin (0,25 mg/kg) yang dikombinasikan dengan PMSG+AD dosis 0,25 mL/kg bobot ikan selama 2 bulan pemeliharaan, sedangkan untuk proses ovulasi dapat melalui induksi menggunakan melatonin (0,25 mg/kg) dikombinasikan dengan LHRHa+AD (0,3 mL/kg). Untuk peningkatan produktivitas benih ikan beureum panon dapat melalui suplementasi melatonin dosis 0,6 mg/100 g pakan.
Collections
- DT - Fisheries [725]