Ekotipologi lamun di di Perairan Pulau Panjang Bojonegara, Teluk Banten
Abstract
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari
17.000 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km, memiliki potensi sumberdaya
pesisir dan laut yang sangat besar. Di wilayah pesisir dapat dijumpai berbagai
ekosistem, seperti mangrove, estuari, padang lamun, dan terumbu karang. Padang
lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh tumbuhan lamun sebagai
vegetasi yang dominan dan memiliki peranan ekologis yang sangat penting, karena
berfungsi sebagai produsen primer dan sebagai tempat asuhan, tempat berlindung,
tempat mencari makan, tempat tinggal atau tempat migrasi berbagai jenis biota laut.
Berdasarkan realitas tersebut di atas maka penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
mengkaji jenis-jenis lamun dan struktur komunitasnya di Pulau Panjang.
Penelitian dan pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Juni 2008
bertempat di Perairan Pulau Panjang. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun yang
masing-masing terdiri dari 3 substasiun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan transek garis dan transek kuadrat. Parameter biologi yang diukur
adalah kerapatan dan persen penutupan lamun, Indeks Nilai Penting (INP), pola
pemencaran dan pengelompokan lamun. Parameter fisika dan kimia yang diukur
meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu, substrat, pH, salinitas, oksigen
terlarut (DO), nitrat, dan fosfat. Pengukuran parameter fisika dan kimia silakukan
secara in-situ kecuali analisis nitrat, fosfat, dan substrat dilakukan di Laboratorium
Produktivitas Lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Jenis-jenis lamun yang ditemukan dalam penelitian ini terdiri dari 4 jenis yang
terbagi dalam 2 famili yaitu famili Hydrocharitaceae yang meliputi jenis Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halophila spinulosa famili Potamogetonaceae
yang meliputi Cymodocea rotundata. Stasiun 1 didominasi oleh Cymodocea
rotundata, stasiun 2 dan 3 didominasi oleh Thalassia hemprichii.
Nilai INP tertinggi dimiliki oleh Thalassia hemprichii, dan nilai INP terndah
dimiliki oleh Halophila spinulosa. Berdasarkan nilai Indeks Morisita didapat bahwa
pola pemencaran tiap spesies lamun pada 3 stasiun pengamatan cenderung acak.
Berdasarkan indeks Bray-Curtis stasiun-stasiun pengamatan terbagi atas 2 kelompok
besar. Kelompok yang memiliki tingkat kesamaan paling tinggi terdiri dari substasiun
2.1 dan 2.2 dengan tingkat kesamaan sebesar 95,64 %.
Nilai parameter fisika yang didapat bervariasi. Pada stasiun 1 didapat nilai
suhu sebesar 32 °C, kecepatan arus 0,225 m/detik, pH 8, DO 11,04 ppm, salinitas
30‰, kecerahan 100%, kedalaman 25,5 cm, nitrat kurang dari 0,001 mg/l, fosfat
kurang dari 0,005 mg/l, serta substrat yang terdiri dari pasir 96,64 %, dan debu 3,36
%. Pada stasiun 2 didapat nilai suhu sebesar 30 °C, kecepatan arus 0,339 m/detik, pH
8, DO 10,44 ppm, salinitas 30‰, kecerahan 100%, kedalaman 49,83 cm, nitrat kurang
dari 0,001 mg/l, fosfat kurang dari 0,005 mg/l, serta substrat yang terdiri dari pasir
98,22 %, dan debu 1,78 %. Pada stasiun 3 didapat nilai suhu sebesar 29 °C, kecepatan
arus 0,058 m/detik, pH 8, DO 10,03 ppm, salinitas 30‰, kecerahan 100%, kedalaman
63,73 cm, nitrat kurang dari 0,001 mg/l, fosfat kurang dari 0,005 mg/l, serta substrat
yang terdiri dari pasir 94,81 %, dan debu 5,19 %.
Berdasarkan nilai-nilai parameter fisika-kimia yang didapat, perairan pantai
Pulau Panjang merupakan tempat yang sesuai untuk tempat hidup lamun.