Show simple item record

dc.contributor.advisorHardjosworo, Soehardjo
dc.contributor.authorSunyoto, Fransiskus Asisi
dc.date.accessioned2024-03-25T07:12:45Z
dc.date.available2024-03-25T07:12:45Z
dc.date.issued1981
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143317
dc.description.abstractDalam pertengahan REPELITA III ini kebutuhan bangsa Indonesia akan hasil ternak semakin meningkat. Peningkatan ini bukan saja disebabkan oleh jumlah penduduk yang makin meningkat, tetapi juga karena keadaan sosial ekonomi yang makin baik. Jika kita lihat konsumsi daging, telur, dan susu dari tahun 1973-1979 rata-rata naik 2,1%, 18,5%, dan 31,1%. Pada tahun 1979 konsumsi daging dan telur masing-masing naik 1,5% dan 6,3%, sedangkan konsumsi susu turun 12,5% dibanding tahun 1978 (Anon., 1981a). Selanjutnya dijelaskan, konsumsi gizi hasil ternak berupa protein, kalori, dan lemak yang berasal dari daging, telur, dan susu. Konsumsi protein dari tahun 1973-1979 rata-rata setiap tahun naik 2,6%, sedangkan tahun 1979 naik 1,6% dibanding tahun 1978. Total konsumsi protein dari daging, telur, dan susu pada tahun 1979 sebesar 1,94 gram/kapita/ hari. Kalau dibanding target konsumsi protein hewani asal ternak sebesar 5 gram/kapita/hari maka pada tahun 1979 baru mencapai 38,8%. Menurut Direktur Jendral Peternakan Prof. Dr. J.H. Hutasoit pada seminar Konggres PDHI VIII di Jakarta, 5 gram/kapita/hari setara dengan 8,1 Kg daging, 2,2 Kg telur (44 butir), dan 2,2 Kg susu per kapita per tahun. Dengan demikian baru terpenuhi 41,2% untuk tahun 1978, 44% tahun 1979, dan 50% untuk tahun 1980. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBovine ephemeral feverid
dc.titleBovine ephemeral feverid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record