Show simple item record

dc.contributor.advisorAdrianto, Luky
dc.contributor.advisorKurniawan, Fery
dc.contributor.authorKusuma, Okky Rizal
dc.date.accessioned2024-03-25T06:57:58Z
dc.date.available2024-03-25T06:57:58Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143307
dc.description.abstractSumberdaya pesisir dan laut banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai jasa kultural. Eksistensi pemanfaatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung sebagai jasa kultural dipengaruhi oleh konektivitas, kondisi hubungan interaksi, dan keseimbangan sistem tata kelola. Tujuan penelitian ini adalah (1) memetakan jejaring sistem sosial-ekologi jasa kultural ekosistem pesisir dan laut; (2) menganalisis interaksi tata kelola jasa kultural; (3) menganalisis mekanisme tata kelola jasa kultural dan; (4) merumuskan model tata kelola jasa kultural ekosistem pesisir dan laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Desember 2022 di pesisir dan laut KEK Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif kualitatif pemetaan sistem sosial-ekologi (social-ecological network analysis), kondisi interaksi tata kelola (governance interaction analysis), evaluasi prospektif prioritas kondisi interaksi (participatory prospective analysis), performa tata kelola (governance performance analysis), mekanisme tata kelola (governance mechanism analysis), dan skenario model tata kelola terbaik (qualitative network models). Berdasarkan hasil pemetaan sistem sosial-ekologi jasa kultural ekosistem pesisir dan laut menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat 51 komponen (node) dan 85 hubungan (edge). Aktor pihak swasta (PriSec) sebagai pengelola kawasan merupakan komponen yang penting dalam mempengaruhi keberlanjutan unit sumberdaya. Perspektif konektifitas resource governance (RG) memiliki 46 interaksi tata kelola secara keseluruhan dengan 16 interaksi memiliki kondisi kurang, 21 interaksi kondisi cukup, dan 9 interaksi kondisi baik. Diperlukan peningkatan kondisi terhadap interaksi yang masih kurang dan penguatan pada kondisi cukup. Adapun terdapat 15 evaluasi kebutuhan terhadap kondisi interaksi yang masuk kedalam kuadran I sebanyak 6 prioritas, kuadran III sebanyak 6 prioritas, dan 3 kebutuhan yang masuk dalam bunch variabel. Capaian performa tata kelola jasa kultural di KEK Tanjung Lesung memiliki performa rendah dan perlu peningkatan dengan mekanisme lebih mengarah pada business as usual. Penelitian ini menggunakan simulasi untuk merumuskan model tata kelola interaktif jasa kultural ekosistem pesisir dan laut. Hasil simulasi menawarkan skenario terbaik melalui kolaborasi (co-governance) antar aktor pemanfaat dalam bentuk kerjasama dari para stakeholder pengelola, dan pemberdayaan yang dapat melibatkan masyarakat sekitar melalui pendampingan serta peningkatan kapasitas. Pemilihan model tata kelola ini diharapkan dapat menyeimbangkan keberlanjutan antar sistem dari pengembangan KEK Tanjung Lesung yang terus berlangsung.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleModel Tata Kelola Interaktif Jasa Kultural Ekosistem Pesisir dan Laut Berbasis Sistem Sosial-Ekologi (Studi Kasus: KEK Tanjung Lesung, Provinsi Banten)id
dc.title.alternativeInteractive Governance Model of Coastal and Marine Cultural Ecosystem Services Based on Social-Ecological System (A Case Study: SEZ Tanjung Lesung, Banten Province)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordJasa Ekosistem Kulturalid
dc.subject.keywordKolaborasiid
dc.subject.keywordKonektifitasid
dc.subject.keywordPesisir dan Laut Tanjung Lesungid
dc.subject.keywordSistem Sosial-Ekologiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record