Potensi Crackers Daun Ashitaba (Angelica keiskei) terhadap Enzim α-Glukosidase dan Hormon Insulin Tikus Diabetes
View/ Open
Date
2024-03-20Author
Khoiriyah, Romyun Alvy
Marliyati, Sri Anna
Ekayanti, Ikeu
Handharyani, Ekowati
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap utama, yaitu tahap pertama melakukan
identifikasi senyawa flavonoid pada daun ashitaba dengan menggunakan metode
LCMS/MS-Q-TOF. Penelitian kedua, yaitu melakukan formulasi dan analisis sifat
kimia dan sensori crackers daun ashitaba (angelica keiskei) serta potensinya
sebagai penghambat enzim α-glukosidase. Tahap akhir dari penelitian ini adalah
melakukan uji pemberian crackers daun ashitaba terhadap tikus diabetes.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2022 - Mei 2023. Beberapa
Laboratorium yang digunakan untuk penelitian diantaranya adalah PT. Saraswati
Indo-Genetech Bogor untuk melakukan uji identifikasi senyawa flavonoid daun
ashitaba dan uji komposisi zat gizi crackers daun ashitaba. Uji kandungan flavonoid
pada daun dan crackers daun ashitaba dilakukan di Laboratorium Farmasi
Universitas Airlangga. Pembuatan produk crackers daun ashitaba dilaksanakan di
Laboratorium Percobaan Makanan dan Teknologi Pangan Fakultas Psikologi dan
Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Analisis
antioksidan dilakukan di Laboratorium Instrumen Fakultas Sains dan Teknologi
(FST) UINSA. Uji daya hambat enzim α-Glukosidase dilaksanakan di
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University. Penelitian hewan
coba dan pemeriksaan serum darah dilakukan di Laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka Tropika IPB University, Laboratorium Tropical Disease Universitas
Airlangga, Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor
yaitu formulasi crackers dengan penambahan daun ashitaba 12% (CAST 1) dan
18% (CAST 2) dari total tepung yang digunakan. Subjek penelitian adalah tikus
jantan Sprague Dawley yang berusia dua bulan berjumlah 30 ekor dan
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok tikus diabetes yang diberi
perlakuan CAST 1 dan CAST 2, kontrol positif dengan pemberian obat
glibenclamid dan kontrol negatif yaitu tikus diabetes tanpa perlakuan, serta tikus
normal. Aklimatisasi pada tikus dilakukan selama 15 hari atau hingga tercapai
bobot badan tikus 250-280 g. Perlakuan dilakukan selama 14 hari sejak tikus
ditetapkan menjadi tikus diabetes. Penelitian ini telah memperoleh persetujuan etik
dari Komisi Etik Hewan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University
dengan nomor 010/KEH/SKE/II/2023.
Hasil penelitian tahap satu yaitu ditemukan hasil identifikasi sebanyak dua
puluh senyawa flavonoid pada daun ashitaba. Senyawa flavonoid dengan jumlah fragmen tertinggi antara lain Kaempferol-3 glukuronida, Quercetin-3-O-α-Larabinofuranosida (-)-Epiafzelechin-3-O-(6”-O-acetyl)-β-D-allosepyranosida, Bavachinin, Quercetin-3-O-α-L-arabinofuranosida, dan Quercetin-7-O-[β-Dglukopiranosil(1→6)-β-D-glukopiranosida]. Penelitian tahap dua yaitu analisis
kandungan zat gizi dan sensori crackers daun ashitaba yang menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil analisis statistik terdapat perbedaan yang nyata dari dua formulasi
crackers untuk uji kadar zat gizi crackers daun ashitaba (p-value<0,05) kecuali
kadar protein (p-value=0,237). Kadar karbohidrat, kadar abu dan kadar serat pangan
paling tinggi yaitu pada formulasi CAST 1. Kadar lemak dan kadar air
menunjukkan nilai CAST 2 yang lebih besar. Analisis statistik terhadap kadar
flavonoid, daya hambat enzim α-glukosidase (%) dan aktivitas antioksidan
menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara dua formulasi crackers daun
ashitaba (p-valuei < 0,05). Uji hedonik pada parameter kerenyahan dan
keseluruhan, serta uji ranking menunjukkan bahwa formulasi CAST 2 merupakan
formulasi terbaik yang dipilih oleh panelis.
Tahap ketiga pada penelitian ini yaitu hasil uji intervensi crackers daun
ashitaba pada tikus diabetes yang terdiri dari beberapa pengamatan yaitu untuk
bobot tikus tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kelompok perlakuan,
meskipun secara rata-rata bobot badan tikus kelompok perlakuan CAST lebih stabil
dibandingkan kelompok lainnya. Hasil uji glukosa darah menunjukkan pengaruh
yang signifikan menurut uji statistik Anova pada hari kedelapan dan hari kelima
belas pengamatan, dimana glukosa darah paling rendah menurut uji lanjut Duncan
secara berbeda nyata yaitu tikus dengan kelompok perlakuan CAST 2. Pengamatan
selanjutnya menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap uji
hormon insulin dan MDA serum darah tikus. Namun sebaliknya pada uji SOD
terdapat pengaruh yang signifikan menurut Anova dengan kelompok perlakuan
yang memiliki SOD paling tinggi dan berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan
yaitu pada kelompok CAST 1 dan CAST 2. Secara umum, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian crackers daun ashitaba pada tikus diabetes
memberikan dampak yang baik terhadap glukosa darah dan kadar SOD tikus
diabetes. Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan implikasi
terhadap pengembangan produk makanan ringan alternatif yang efektif terhadap
pemeliharaan glukosa darah pada penderita diabetes melitus.
Collections
- DT - Human Ecology [564]