View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Undergraduate Theses
      • UT - Faculty of Forestry and Environment
      • UT - Conservation of Forest and Ecotourism
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Undergraduate Theses
      • UT - Faculty of Forestry and Environment
      • UT - Conservation of Forest and Ecotourism
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Kajian tentang teknik penangkapan monyet ekor panjang (Macaca fascicular Raffles) dan beruk (Macaca nemestrina Linnaeus) di Daerah Sumatera Selatan dan Lampung

      No Thumbnail [100%x80]
      View/Open
      Full text (19.03Mb)
      Date
      1989
      Author
      Matondang, Rionsky
      Thohari, Machmus
      Santoso, Nyoto
      Sajuthi MST, Dondin
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Satwa primata merupakan hewan yang memiliki sifat- sifat anatomis dan morfologis mendekati manusia, sehingga sering digunakan sebagai hewan percobaan, terutama dalam pengembangan teknologi dibidang biomedis. Primata yang banyak digunakan adalah monyet rhesus dari India, + monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beruk (M. nemestrina). Dua yang disebut terakhir banyak terdapat di Indonesia. Indonesia sejak tahun 1970 telah mengekspor monyet ekor panjang dan beruk ke negara-negara di Eropa dan Ame rika. Untuk ekspor ini pengadaannya tergantung kepada hasil tangkapan dari hutan. Tingkat kematian satwa pada waktu penangkapan, penampungan sampai pengangkutannya menurut Brotoisworo (1981) dalam Mukhtar (1982) adalah se- besar 60 sampai 75 persen. Hal ini karena cara-cara pe- nangkapan dan penanganan selanjutnya terhadap satwa, ku- rang memikirkan keselamatan dan kesehatan satwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penangkapan monyet dan beruk dari hutan, cara penampungan/pengandangan dan faktor-faktor penyebab kerusakan dan kematian satwa. Ada 2 cara penangkapan yang diamati yaitu cara perangkap bambu di Sumatera Selatan dan cara jaring di Lam pung. Para penangkap di Sumatera Selatan adalah penduduk setempat sedangkan di Lampung dilakukan oleh suku Badui dari Jawa Barat. Perbedaan peralatan ini karena ke- biasaan dan pengetahuan dari para penangkap yang berbeda. Jika dilihat dari harga, tingkat kematian karena penggu naan alat, jumlah tangkapan persatuan waktu dan efisi- ensi alat, cara perangkap jaring lebih baik. Untuk satwa yang baru tertangkap, kandang yang baik adalah kandang yang tertutup, sebab jika pandangan satwa terbuka keluar, satwa cenderung berontak. Di penampungan pemasok, kandang yang baik adalah kandang individual…dst
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142509
      Collections
      • UT - Conservation of Forest and Ecotourism [2404]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      NoThumbnail