Show simple item record

dc.contributor.advisorWisudo, Sugeng Hari
dc.contributor.advisorTaurusman, Am Azbas
dc.contributor.advisorImron, Mohammad
dc.contributor.authorIndriani, Lina
dc.date.accessioned2024-03-19T07:54:46Z
dc.date.available2024-03-19T07:54:46Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142450
dc.description.abstractIkan kakap merah merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Wilayah pendaratan ikan dengan komoditas hasil tangkapan utamanya ikan kakap merah di Kabupaten Lamongan salah satunya ada di Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran. Pendapatan nelayan ABK perikanan kakap merah masih tergolong rendah sehingga dapat memengaruhi tingkat kesejahteraan hidup. Usaha untuk memperbaiki kesejahteraan hidup salah satunya adalah tugas dari pemerintah. Pemerintah Daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan) sudah menyusun dan melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan. Program yang telah diupayakan oleh pemerintah sampai saat ini belum mampu meningkatkan pendapatan nelayan, karena pada faktanya pendapatan nelayan masih rendah. Akibatnya jika pendapatan nelayan masih tergolong rendah, maka tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup nelayan akan menjadi rendah juga, serta akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan ekonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah perlu rumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk merumuskan strategi peningkatan pendapatan guna memperbaiki kesejahteraan nelayan pancing ulur untuk kakap merah di Kabupaten Lamongan. Metode survei yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria responden adalah nelayan ABK, pemilik kapal yang mampu menjawab. Hal ini diawali dengan mengetahui upah ideal untuk nelayan ABK dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan penerimaan (revenue) nelayan. Data dianalisis secara deskriptif, selanjutnya strategi dirumuskan dengan pendekatan SWOT. Masalah yang diteliti pada usaha penangkapan ikan kakap merah di Lamongan adalah tentang kesejahteraan nelayan ABK kakap merah ditinjau dari aspek ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan umum rumah tangganya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dari sektor perikanan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga nelayan ABK. Perhitungan upah ideal berdasarkan penelitian ini senilai Rp3.280.052/bulan yang dihitung dari nilai rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan ABK sehingga yang dinilai dapat memenuhi kebutuhannya. Rata-rata pendapatan riil yang didapatkan nelayan ABK saat musim banyak aktivitas penangkapan ikan sebesar Rp3.380.388/bulan, sedangkan saat musim sedang aktivitas penangkapan ikan senilai Rp85.993/bulan. Berdasarkan hal tersebut upah yang didapatkan saat musim sedang aktivitas penangkapan ikan dan tidak melaut tidak cukup mencukupi kebutuhan. Perbedaan jumlah pendapatan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan (revenue) nelayan. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan (revenue) nelayan diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu biologi, sosial ekonomi, dan teknologi. Pengaruh dari aspek biologi yaitu musim penangkapan ikan yang tidak dilakukan sepanjang hari karena kondisi cuaca. Ditinjau dari segi faktor-faktor yang memengaruhi dari aspek sosial ekonomi adalah harga ikan yang tinggi saat produksi menurun, dan harganya rendah saat produksi meningkat, kemudian biaya operasional melaut yang tinggi. Faktor yang memengaruhi dari aspek teknologi yaitu kapal yang terbuat dari kayu dan memiliki kapasitas muat palka kecil dan alat tangkap yang dibawa nelayan terbatas. Strategi yang dirumuskan untuk peningkatan pendapatan nelayan ABK meliputi lima strategi. Pertama yaitu peningkatan mutu hasil tangkapan ikan dengan mengganti es balok dengan slurry ice. Kedua memfasilitasi penciptaan mata pencaharian alternatif bagi nelayan ABK sesuai dengan keahlian dan minat. Strategi ketiga yaitu mengendalikan jumlah ikan yang dipasarkan sesuai kebutuhan dengan menggunakan sistem resi gudang. Strategi keempat yaitu Pemerintah Daerah khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan membantu menetapkan bagi hasil yang berkeadilan sesuai dengan peraturan yang ada yaitu menurut Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan dengan perubahan nelayan ABK mendapatkan 60% dari pendapatan bersih. Strategi kelima yaitu mengoptimalisasi jumlah tenaga kerja (nelayan) perkapal.id
dc.description.abstractThe red snapper is one of the fish product with high economic value in Indonesia. One of the fish landing areas with red snapper as the main catch commodity in Lamongan Regency is in Kandangsemangkon Village, Paciran Subdistrict. The income of red snapper fishers is still relatively low, which can influence their welfare level. Improving the fisher's welfare is one of the tasks of the local government. The Lamongan Regency Fisheries and Marine Agency has developed and undertaken efforts to improve the welfare of fishery business actors. The programs that the government has initiated have yet to be able to increase the income of fishers, particularly the crew fishers, still need to be increased. Thus, the level of welfare and quality of life of the fishers' families are still low, which will negatively affect the growth and sustainability of the regional economy. Hence, the government needs to formulate the right strategy to increase fishers' income. The main objective of this study is to formulate income enhancement strategies to improve the welfare of red snapper handline fishers in Lamongan Regency. The survey method used purposive sampling to collect the respondents' data. The respondents' criteria were crew fishers and boat owners who had the information related to the study. This study started with determining the optimal wage for a crew fisher and identifying the factors influencing the improvement of fishers' revenue. The data were analyzed descriptively, then the strategy was formulated using a SWOT approach. The main problem in the red snapper fishery in Lamongan is the welfare of the red snapper crew fishers to fulfill their household's basic needs. The study results indicated that fishers' income generated from fishing activities could not fulfill their household's basic needs. The ideal wage based on this research is IDR 3,280,052/month, estimated from the average fishers household expenditure, so they can meet their basic needs. The average real income of crew fishers during the high season of fishing activity amounted to IDR 3,380,388/month, while during the low season fishing activity was IDR 85,993/month. Based on this, the wages earned during the low season and offseason fishing activities need to be increased to meet the needs. The amount of income is influenced by fishers revenue factors. The fisher's revenue factors are categorized into three aspects, namely biology, socioeconomics, and technology. The biological aspect is related to the fishing season, which cannot be carried out throughout the year due to weather conditions. Socio-economic aspects are influenced by factors such as high fish prices when production decreases, low prices when production increases, and high operational costs of fishing. The influencing factors from the technological aspect are boats made from wood, having a small boat fish storage capacity, and the limited fishing gear carried by the fishers during fishing. Furthermore, the strategies for increasing the crew fishers' income consist of five factors strategy. First, the quality of fish catches was improved by replacing block ice with slurry ice. The second is to facilitate the development of alternative livelihoods for crew fishers based on their skills and interests. The third is controlling the amount of fish marketed as demanded using a warehouse receipt system. Fourth, the local government, particularly the Fisheries and Marine Affairs Agency, should establish equitable profit sharing based on existing regulations, National Act Number 16 of 1964 concerning Fisheries Revenue Sharing with improved crew fishers receiving 60% of net revenue from the catches. The fifth strategy is to optimize the number of crew (fishers) per boat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStrategi Peningkatan Pendapatan Nelayan Pancing Ulur untuk Kakap Merah di Kabupaten Lamongan, Jawa Timurid
dc.title.alternativeStrategies for Improving Fisher’s Income of Hand Line for Red Snapper Fisher in Lamongan Regency, East Javaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordFisher's Incomeid
dc.subject.keywordLonglineid
dc.subject.keywordLamongan Regencyid
dc.subject.keywordRed Snapperid
dc.subject.keywordWageid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record