Pola Penyebaran Kebakaran Hutan Menurut Musim Di Jawa Timur
View/Open
Date
1988Author
Halim, Zulfan
Rachmatsjah, Oemijati
Husaeni, Endang Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) musim kebakaran hutan, (2) hubungan antara unsur-unsur cuaca (curah hujan, kelembaban relatif, dan temperatur) dengan luas dan frekuensi kebakaran hutan, (3) kelas kebakaran hutan, (4) jumlah produksi dan kadar air serasah daun pada tegakan Jati (Tectona grandis L.f) di wilayah Jawa Timur.
Wilayah Perum Perhutani Unit II Jawa Timur mempunyai empat daerah bahaya kebakaran hutan, yaitu: rendah, sedang, tinggi, dan sangat keras. Untuk mewakili masing-masing daerah bahaya kebakaran hutan tersebut maka dengan purposive sampling dipilih KPH Banyuwangi Barat, KPH Malang, KPH Pasuruan, KPH Banyuwangi Selatan, dan KPH Banyuwangi Utara. Pengukuran produksi dan kadar air serasah daun dilakukan di KPH Pasuruan, KPH Banyuwangi Utara, dan KPH Malang, sedangkan data kebakaran hutan dan data iklim lima tahun terakhir (1983 - 1987) diambil dari masing-masing Kantor KPH, Stasiun Meteorologi dan Dinas Pertanian.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa KPH Pasuruan merupakan daerah yang paling rawan akan kebakaran hutan kemudian berturut-turut diikuti oleh KPH Banyuwangi Utara, KPH Malang, KPH Banyuwangi Selatan, dan KPH Banyuwangi Barat. Produksi serasah tertinggi di KPH Malang, kemudian KPH Pasuruan dan yang terendah KPH Banyuwangi Utara. Begitu pula dengan kadar air serasah daun Jati. Musim kebakaran hutan di Jawa Timur adalah bulan Agustus, September, dan Oktober. Selang waktu yang paling kritis yaitu, antara jam 12.00 - 15.00 dan jam 09.00- 12.00 dengan frekuensi kebakaran tertinggi terdapat pada Kelas kebakaran C dan B, sedangkan yang terendah terdapat pada Kelas F dan A.
Collections
- UT - Forest Management [3094]