Show simple item record

dc.contributor.advisorRumawas, Willy
dc.contributor.authorWigati, Sri
dc.date.accessioned2024-03-14T01:05:40Z
dc.date.available2024-03-14T01:05:40Z
dc.date.issued1988
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/141642
dc.description.abstractAflatoksikosis adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh keracunan aflatoksin, yaitu toksin yang dihasilkan oleh kapang A. flavus dan A. parasiticus. Kapang pengha- sil aflatoksin dapat tumbuh pada sebagian besar hasil pertanian, terutama kacang tanah dan jagung serta pada hasil olahan kedua bahan tersebut. Kondisi optimum bagi pertumbuhan kapang adalah pada suhu 24-25°C, kelembaban relatif 70-90% dan kadar kelembaban diatas 15%. Pemben- tukan aflatoksin terjadi beberapa tingkat pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu optimum. Aflatoksin merupakan senyawa kimia beracun yang berbentuk polisiklik, yaitu suatu senyawa tak jenuh yang terdiri atas : inti coumarin yang diapit oleh bifuran pada satu sisi dan pentanone (B toksin) atau 6-anggota lactone (G seri) pada sisi yang lainnya. Ada beberapa bahan yang telah diisolasi sebagai aflatoksin, tetapi hanya enam aflatoksin (B1, B2, G1, G2, M₁ dan M₂) yang sering ditemukan sebagai kontaminan dari makanan dan bahan pakan. Aflatoksin B₁ paling umum ditemukan dan paling toksik dibandingkan dengan aflatoksin yang lain. Aflatoksin mempunyai sifat-sifat: relatif resisten terhadap panas, tidak larut dalam air, dapat dideposit. dalam jaringan tubuh dan telur, karsinogen, mutagen, teratogen, immunosupresant dan merupakan agen perusak hati yang potensial (hepatotoksin) pada berbagai jenis hewan. Aflatoksikosis (keracunan aflatoksin) terjadi apabila unggas memakan aflatoksin melebihi dosis yang bisa ditoleransinya. Gangguan yang muncul pada aflatoksikosis. antara lain : kerusakan hati yang terdiri atas lesiolesio hati dari ringan sampai berat, hambatan pertumbuhan, kehilangan berat badan, menurunnya efisiensi makanan, menurunnya produksi dan meningkatnya kepekaan terhadap penyakit lain atau bahkan kematian pada unggas. Berat ringannya gejala aflatoksikosis tersebut tergantung pada : jenis dan umur hewan, lingkungan dan jumlah aflatoksin yang termakan…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAflatoksikosis dan efek immunosupresifnya pada unggasid
dc.titleAflatoksikosis dan efek immunosupresifnya pada unggasid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record