Patologi dari penyakit distemper pada anjing
Abstract
Distemper terjadi diseluruh bagian dunia dan merupakan penyakit yang mempunyai sifat sangat kontagious yang dapat mematikan. Penyakit distemper ini selain menyerang anjing dapat juga menyerang hewan-hewan liar lainnya seperti srigala, rubah, ferret, dingo, raccoon (washingbear), wasab (weasel) dan teledu (skunk).
Distemper disebabkan oleh virus yang biasa disebut virus Carre, yang termasuk dalam famili Paramyxoviridae dan genus Morbilivirus. Infeksi virus ini sering disertai oleh infeksi sekunder kuman Streptococcus haemolotica, Staphylo- coccus sp, Brucella bronchoseptica dan kuman Salmonella, in feksi sekunder ini kadang-kadang sebagai penyebab kematian. Virus distemper ini mempunyai kesukaan khusus untuk menyerang sel-sel epitel kulit, selaput lendir konjunctiva mata, selaput lendir saluran pernafasan, selaput lendir saluran pencernaan dan dapat menyerang otak.
Penularan penyakit distemper secara alamiah terjadi secara kontak langsung antara hewan yang peka dengan hewan yang telah mengalami infeksi virus dan melalui udara yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Selain kontak langsung dan udara, distemper pada anjing dapat ditularkan melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh virus.
Gejala klinis terpenting dari penyakit ini adalah ptechie pada kulit perut dan paha bagian dalam, adanya hard pad disease (HPD) pada telapak kaki, adanya peradangan pada selaput lendir mata berupa konjunctivitis, hidung (rhinitis), faringitis, bronchitis, pneumoni parah, gejala khas lain adalah muntah-muntah dan diare berdarah, gerakan otot-otot bagian belakang yang tak terkendali oleh adanya gangguan pada syaraf-syaraf yang mengontrol otot tersebut. Pada pemeriksaan seksi terlihat berbagai tingkat peradangan pada alat respirasi, pleura ditutup oleh eksudat berwarna merah dan terjadi penebalan paru-paru yang terbatas. Perubahan lain yang terjadi adalah berupa radang hemorrhagie pada selaput lendir dari usus kecil.
Secara histopatologis, virus canine distemper menghasilkan badan inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik dalam sel-sel epitel alat pernafasan, alat pencernaan, saluran urin dan sel raksasa pneumoni intertitial.
Untuk mendiagnosa penyakit distemper pada anjing yang harus diperhatikan adalah gejala klinik yang dapat terlihat dan dibantu dengan pemeriksaan darah dan diagnosa patologi anatomi serta histopatologi.
Gambaran tanda klinik distemper mudah dikelirukan dengan toxoplasmosis, coccidiosis, ascariasis, hepatitis menular anjing, rabies, leptospirosis dan infeksi viral bakterial lainnya.