Beberapa aspek biologi reproduksi pada buaya
View/ Open
Date
1988Author
Sahesti, Aprilla
Djojosudarmo, Suharto
Taurin, Buyung
Metadata
Show full item recordAbstract
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan biolo- gi reproduksi buaya seperti organ reproduksi, saa, dewasa kelamin, tingkah laku kelamin, masa bersarang dan penetasan telur dalam hubungannya dengan pelestarian satwa ini. Buaya termasuk amniota yang bersifat carnivora. Ter- dapat sisik epidermal sepanjang tubuhnya. Mempunyai lam- aung pengunyan yang mirip gizzard Letapi tidak mempunyai vesica urinaria. Kaki depan terdiri dari 5 jari, kaki be- lakang terdiri dari 4 jari dan ada cakar sejati.
Organ reproduksi buaya jantan terdiri dari testes, epi- didymis, ductus deferens dan penis. Organ reproduksi buaya betina terdiri dari ovarium, oviduct, uterus dan klitoris. Penis dan klitoris berada di ruang kloaka yang paling luar. Oviduct dan uterus mempunyai kelenjar penghasil albumin dan kerabang untuk melapisi sel telur sebelum telur dikeluarkan. Mempunyai dua macam gonadotropin, yaitu FSH dan LH.
Dewasa kelamin dicapai pada umur ± 2,5 tahun dimana panjang tubuh maksimum belum tercapai. Buaya mengeluarkan suara yang khas dan bau yang merangsang pasangannya sepan- jang musim kawin.
Telur buaya berkerabang keras, berwarna putih atau putih kekuningan dengan bercak-bercak coklat kemerahan. Ukur- annya bervariasi dengan panjang 6,1 - 9,9 cm, lebar 4,2 - 5,7 cm, volume 90 -105 ml dan beratnya 66 - 140 gram.
Ada dua macam bentuk sarang yaitu berbentuk gundukan dengan ceruk berbentuk V di atasnya (Crocodylus porosus dan C. novaeguineae) dan berbentuk lubang (C. siamensis dan C. palustris). Masa bersarang untuk sarang berbentuk gundukan adalah pada waktu musim kering dan yang berbentuk lu- bang pada awal musim hujan. Masa pengeraman pada spesies C. porosus 40 - 90 hari, C. novaeguineae 77 - 83 hari, C. palustris C.. siamensis 40. - 60 hari dan tidak ada catatan pada spesies
Pada C. porosus dan C. palustris ada kebiasaan induk dalam menjaga sarangnya selama pengeraman, anak bersuara di dalam telur sehingga merupakan panggilan kepada induknya untuk membantu membuka sarang untuk merangsang penetasan te- lur dan membebaskan anaknya dari dalam sarang. Dua spesies lainnya tidak mempunyai sifat semacam ini….